All Chapters of LINGGA KALAGENI: Pendekar Terkutuk dari Sekte Pedang Naga: Chapter 11 - Chapter 20

21 Chapters

Terluka Parah

Lingga kemudian mencoba mencari harta kelompok kumbang hitam. Dia sangat girang setelah menemukan 10 koin emas dan beberapa koin perak. Dia kemudian melesat pergi setelah mengantonginya untuk menuju ke kota awan perak. Saat sedang berlari, Lingga dihadang oleh pemuda yang sangat dia kenali. Pemuda itu adalah Adiprana yang sekarang bersama dua orang temannya, Gana dan Jaka. Mereka segera mengepung Lingga agar tidak bisa melarikan diri. "Bajingan terkutuk, akhirnya aku menemukanmu," ucap Adiprana. Lingga hanya tersenyum masam kemudian langsung mengambil sikap kuda-kuda. Melawan Adiprana saja dia tidak sanggup, apalagi harus menghadapi dua orang temannya yang lain? Dia segera memikirkan cara untuk kabur dari ketiganya. Adiprana yang memendam amarah yang sangat besar kepada Lingga segera menyerang Lingga dengan tombaknya. Dengan gerakan yang sangat lincah, Lingga menghindari serangan Adiprana sambil mencari celah untuk melarikan diri. Baru saja menghindari tombak Adiprana, Jak
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Pedang Langit

Adiprana harus kecewa karena ternyata Lingga sudah tidak ada di dalam kamarnya. Lingga bukanlah orang yang bodoh. Dia tahu jika Adiprana akan segera menemukan jejaknya. Karena hal itu, dia pergi meninggalkan penginapan sesaat setelah membalut lukanya. Adiprana sangat marah karena kehilangan Lingga. Untuk melampiaskan amarahnya, Adiprana dan dua temannya menghabisi seluruh warga desa dan membakar habis rumah-rumah mereka. Sementara itu, Lingga terus berlari agar semakin jauh dari Adiprana. Darah yang tidak lagi menetes dari tubuhnya membuat Adiprana kehilangan jejaknya. "Beruntung aku bisa lepas dari Adiprana," gumam Lingga sambil terus berlari. "Namun, luka-luka di tubuhku benar-benar sangat menyakitkan." Lingga terus berlari melewati hutan, sungai, perbukitan, lembah, dan gunung. Setelah beberapa saat berlalu, Lingga menemukan sebuah gua dan memutuskan untuk beristirahat disana sambil memulihkan luka-lukanya. Sebelum memasuki gua, Lingga terlebih dahulu mencari tanaman he
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Pertarungan Sengit

Lingga memasang sikap kuda-kuda, kemudian menghunuskan pedangnya ke arah Jaya Dwipa dan ratusan pemuda yang memandangnya dengan tatapan membunuh. "Jangan coba-coba mendekatiku atau aku akan membunuh kalian!" perintah Lingga. "Akulah yang akan membunuhmu." Jaya Dwipa tidak gentar dan langsung melesat ke arah Lingga dengan tinjunya. Sementara ratusan pemuda masih belum mengambil sikap untuk menyaksikan duel antara Lingga dan Jaya Dwipa. Lingga memutar tubuhnya sehingga tinju Jaya Dwipa hanya mengenai angin kosong. Dia kemudian memukul punggung Jaya Dwipa dengan gagang pedangnya. Jaya Dwipa terpental ke depan, kemudian segera berbalik arah dan kembali menyerang Lingga. Namun gerakan Jaya Dwipa sangat lambat bagi Lingga dan penuh celah. Bammm Lingga menendang Jaya Dwipa sehingga dia terpental tiga meter ke belakang dan mengeluarkan darah segar. Ratusan pemuda bergerak mundur setelah mengetahui jika Lingga ternyata pemuda yang cukup hebat. Namun mereka tetap menginginkan peda
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Pil Embun Pagi

Lingga melesat meninggalkan puncak gunung cakrawala hingga dia menemukan sebuah sungai. Lingga mandi di sungai dan membersihkan pakaiannya dari noda darah. Setelah bersih, Lingga kembali melanjutkan perjalanan dan sampai di kota daun emas, kota yang tiga kali lebih besar dari kota mawar putih dengan penjagaan yang ketat. Lingga melihat antrian orang-orang yang akan memasuki kota. Diapun ikut mengantri sambil mengeteng pedangnya. Beberapa orang memandangnya hina dan aneh karena berpakaian penuh sobekan dan mengeteng pedang, namun dia tidak menghiraukan mereka. "Lima koin perak!" penjaga gerbang meminta uang agar Lingga dapat memasuki kota. Linggapun mengambil lima koin perak dan memberikannya kepada penjaga. Dia lalu melenggang masuk dan melihat kemegahan kota yang membuatnya sangat kagum dan takjub. Di jalanan kota terlihat pertunjukan topeng, tari-tarian, sulap, seni beladiri dan lainnya yang membuat warga kota berkumpul menyaksikannya. Beberapa kios juga berdiri mega
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Kitab Naga Sukma

Mengetahui hal itu warga kota mulai memuji kemampuan Lingga dalam meracik pil. Mereka tidak meragukan alkemis kota dalam menilai sebuah pil. "Tuan muda, apa anda juga seorang alkemis?" tanya alkemis kota. Lingga sebenarnya tidak mengetahui apa itu alkemis, namun dia tidak ingin alkemis kota dan warga kota terlalu banyak bertanya sehingga dia hanya mengangguk membenarkan. "Tuan, biarkan aku membelinya," pria yang kalah bertarung meminta Lingga menjual pil embun pagi kepadanya. Dia sangat membutuhkan pil itu untuk menyembuhkan luka-luka ayahnya. "Aku memang akan menjualnya padamu," balas Lingga. "Aku hanya memiliki 20 koin emas ini," kata pria itu sambil menyodorkan kantong berisi 20 koin emas kepada Lingga. Lingga setuju dan mengambil kantong itu kemudian memberikan pil embun pagi kepadanya. "Terimakasih tuan." "Sama-sama," jawab Lingga. Pria itu kemudian bergegas pergi meninggalkan balai pengobatan agar dapat segera menyelamatkan ayahnya yang terluka parah. Alkemis
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Mendapat Hadangan

Lingga menunduk hormat kemudian bertanya, "Ada urusan apa walikota menemuiku?" Walikota menjelaskan jika dia mengetahui keberadaan Lingga dari alkemis kota. Ayahnya sedang terbujur sakit dan memerlukan pil obat untuk menyelamatkannya. Sakit yang dialami ayah walikota terbilang cukup parah. Alkemis kota tidak mampu membuat pil obat untuknya, oleh karenanya dia memberitahukan tentang Lingga kepada walikota. Alkemis kota menganggap Lingga adalah alkemis hebat yang mungkin mampu meracik pil obat untuk kesembuhan ayah walikota. "Bisakah tuan muda membuatkan pil obat untuk ayahku?" pinta walikota. Lingga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bukanlah seorang alkemis dan hanya bisa meracik pil embun pagi. Permintaan walikota terlalu berat baginya karena penyakit yang diderita ayahnya tidak cukup disembuhkan hanya dengan pil embun pagi. "Maaf walikota, aku baru belajar tentang alkemis, tidak dapat membuat pil obat untuk ayahmu," jawab Lingga. Walikota menganggap Lingga hanya
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Terdesak Mundur

"Aku memang bukan tandingan musuhmu yang berada ditingkatan pelatihan qi tahap kelima, namun ayahku berada ditingkatan pelatihan qi tahap ketujuh, jika dia sembuh, dia dapat melawan ketiga musuhmu," balas walikota. Walikota berada ditingkatan pelatihan qi tahap ketiga, dia mengetahui jika dia bukanlah lawan Adiprana, Gana dan Jaka. Begitupun dengan dua jenderalnya yang berada ditingkatan pelatihan qi tahap kedua dan para prajurit kota yang rata-rata berada ditingkatan pelatihan qi tahap kesatu. "Aku harap aku bisa menyembuhkan ayah tuan walikota," ucap Lingga. "Aku percaya tuan muda bisa mengobatinya," jawab walikota. Setelah mereka sampai di kamar Badrika, Lingga langsung mengecek kondisinya. "Tuan walikota, bisakah anda memberiku tiga jarum akupuntur!" pinta Lingga. "Baik, tunggu tuan muda!" Walikota meninggalkan kamar kemudian kembali dengan tiga jarum akupuntur yang diinginkan Lingga. "Ini tuan." Dia memberikannya kepada Lingga. Sementara itu, jenderal kota dan para
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Sangat Berjasa

"Benar, aku hanya melakukan apa yang aku bisa, " jawab Lingga. "Terimakasih tuan, aku sangat berhutang budi padamu. Bagaimana aku bisa membalasnya?" tanya Badrika. "Tidak perlu merasa berhutang budi, minumlah pil embun pagi ini untuk mengobati luka luarmu!" Lingga memberikan pil embun pagi kepada Badrika. Badrika tanpa ragu menelannya sehingga luka luarnya membaik secara perlahan. "Ayah, tiga orang pemuda berusaha membunuh tuan muda ini. Ayah lebih baik hadapi mereka terlebih dahulu! Mungkin saat ini sudah banyak prajurit yang tewas," sela walikota. Badrika mengepalkan tangannya. "Cecunguk mana yang berani berbuat onar di kota kita? Ayu kita keluar!" ajaknya. Di halaman istana, ratusan prajurit telah tewas oleh Adiprana, Gana dan Jaka. Dua jenderal kota juga mengalami luka yang sangat serius, entah berapa lama lagi mereka berhasil menahan Adiprana dan dua temannya itu. Mereka merasa sebentar lagi Adiprana dapat menerobos masuk kedalam istana. Saat jenderal dan prajurit k
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Kaisar Benua

Lingga tidak pergi meninggalkan kota daun emas, tetapi kembali ke penginapan. Dia akan berkultivasi dan memperbanyak lagi energi qi yang telah terkuras habis. Sementara itu, walikota menyuruh para prajurit kota mengurusi mayat-mayat yang tewas, begitupun dengan mayat Adiprana, Gana dan Jaka. Setelah sampai di penginapan, Lingga duduk dengan posisi lotus dan mulai menyerap energi qi. Sehari, dua hari, tiga hari Lingga terus berkultivasi. Energi qi dalam dantiannya kini telah bertambah semakin banyak sebesar kepalan tangan. Hal itu perlu dibanggakan dan Lingga bisa dikatakan sebagai pemuda yang sangat jenius. Kultivator pemula bahkan bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk melakukan seperti yang Lingga lakukan. Duarrr Ledakan spiritual tiba-tiba terjadi, hal itu menandakan jika Lingga berhasil mencapai tingkat pelatihan qi tahap pertama. Lingga tersenyum menyeringai. "Akhirnya aku berhasil, ternyata seperti ini rasanya menjadi kultivator pelatihan qi tahap pertama." B
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Tinju Auman Naga

Lingga berniat meningkatkan teknik dasar beladirinya dengan menghadapi singa buas. Dia langsung bersiap mengepalkan tangannya, akan mencoba menghadapinya dengan tangan kosong. Singa buas itu berbalik arah kemudian berlari sangat cepat ke arah Lingga. Saat sudah berada dekat dengan Lingga, dia melebarkan mulutnya seolah hendak memakannya. Dengan tumpuan kaki, Lingga menghentak ke tanah kemudian melesat menyambut singa buas dengan kepalan tinjunya. "Tinju Auman Naga." Lingga meneriakkan nama jurus secara asal. Saat kepalan tinju Lingga hendak mengenai kepala singa buas, singa itu bergerak ke kiri dengan gesit dan cekatan sehingga tinju Lingga hanya mengenai angin kosong. Lingga menghentikan langkahnya kemudian berbalik arah menghadap sang singa, begitupun dengan singa itu yang sudah kembali menghadap Lingga. "Sial, aku sudah mengumpulkan tenagaku untuk meninjunya tapi dia menghindarinya," gerutu Lingga. Goarrr Singa buas meraung, mukanya tampak lebih menyeramkan dari seb
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status