Home / Romansa / Preman Kampung itu Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Preman Kampung itu Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

57 Chapters

Bab 41

"Maafin Lika yah Sar. Dia orangnya memang suka iseng. Kamu nggak apa-apa kan?? "Ucapan lembut Bagas membuat Malika mencebik melipat kedua tangannya. Hanya karena insiden di sawah tadi Malika harus bertanggung jawab menyumbangkan baju kesayangan untuk Sari kenakan saat ini.Yah seluruh baju Sari kotor karena terjerembab ke dalam saluran irigasi.Alhasil dia pulang dengan basah kuyup dan Lagi-lagi Bagas mengomeli Malika dan malah perhatian pada wanita di sampingnya. Bagaimana Malika tidak kesal setengah mati. "Nggak apa kok, Gas. Tapi--- " kalimat Sari menggantung dan pandangan nya tertuju pada pakaian yang ia kenakan. "Kayaknya aku gerah banget make baju tidur kayak gini. Nggak ada baju yang lebih bagus apa selain ini." Sari menarik gamis kuning telur yang ia pakai melihat sikap nya yang seenaknya Malika angkat bicara. "Eh, mbak. Yang mana-mana ini bukan baju tidur namanya tapi gamis. Bahkan harganya lebih mahal dari pada baju setengah tiang yang kamu pakai tadi " Malika mencebik
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 42

Bagas menjauhkan tubuh Sari sebelum beranjak dari tempat duduknya. "Mulai sekarang jangan pernah sembarang sentuh. Karena saya sudah punya istri yang harus saya jaga. " Ucap Bagas penuh penekanan sebelum berlalu meninggalkan Sari yang meraung tak terima dengan kenyataan ini. *****"Masih marah?? " Malika pura-pura tidak mendengar pertanyaan yang Bagas lontarkan. Malahan ia sibuk merapikan hijab yang sudah terpasang rapi. "Jangan abaikan saya seperti ini, Lika. Saya ini suami kamu. " Bagas menarik bahu Malika agar menatapnya. Namun sayangnya wanita dua puluh tahun itu memilih menghindar. "Mau kamu apa sih, Gas. Kalau kamu masih suka sama Sari, kalian berdua boleh balikan. Tapi sebelum itu, ceraikan saya." Entah dorongan dari mana kalimat itu kembali lolos begitu saja dari bibir Malika yang bergetar. Jelas untuk menutupi rasa kecewanya ia tertunduk.Bagas menghembuskan nafas berulang kali. Lagi-lagi Malika membahas hal yang membuat kepala nya pusing. "Saya tidak akan melakuk
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 43

Sari berjalan sempoyongan. Tenaga nya seolah habis terkuras. Padahal ia baru berjalan beberapa meter dari rumah Saidah. "mbak masih.. okey."Sari melirik pada Malik yang tersenyum ke arahnya. Ganteng sih, tapi sayang bukan tipe nya. "Menurut Lo?? Uda dandan cantik begini. Masih tanya lagi " ucap Sari ketus. "Bukan itu maksud saya. Mbaknya masih kuat nggak biar saya gendong." Malika berucap malu-malu seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kiranya Sari mau menerima tawarannya dengan senang hati, Malik akan melakukannya ikhlas. Kapan lagi coba nyentuh cewek modis kayak Sari yang bodynya kayak gitar spanyol.Sari terperanjat mundur. "Apa?? Enak aja. Emang kamu pikir saya cewek apaan. ""Nggak usah nge-gas juga kali mbak. Saya kan cuman nawarin doang. Kalau nggak mau juga nggak apa-apa. Saya yang rugi nggak nyentuh mbak. Eh.. "Malik menabok mulutnya yang latah. Sontak mendapatkan tatapan tajam dari Sari yang menoleh ke arahnya. Keberuntungan masih berpihak pada Malika, sebab Sari
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 44

Di saat bersamaan Ponsel miliknya berdering, panggilan dari Mama-nya. Dengan malas ia geser tombol hijau lantas mengangkatnya. "Iya Ma, ada apa. APAAA...?? Abian kabur dari penjara?? " "Iya Gas, sekarang pihak polisi sedang mencari keberadaan Abian." Terdengar isakan penuh kekhawatiran di sebrang sana, Bagas meraup wajahnya kasar. Kakinya seolah lemas untuk menjejak di atas tanah yang kini dipijaki. Cukup lama bergeming, membuat wanita di sebrang sana bertanya. "Kamu masih disana,Tam. Kalian berdua disana baik-baik aja kan. Tadi Mama sempat telpon Malika tapi nggak ada jawaban sama sekali. Entah kenapa Mama kangen Malika. Kalau sekarang kamu bareng dia berikan ponsel ini padanya, mama mau ngomong."Pinkan seolah mempunyai firasat buruk, buktinya saja ia menanyakan keberadaan Malika."Malika tidak ada disini, Ma. Malika hilang. Kayak nya dia di culik." Tukas Bagas dengan suara bergetar menahan air matanya agar tidak menetes. "Apa??? Bagaimana bisa?" "Saya juga nggak tau Ma. P
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 45

Tak berselang kepergian Bagas. Ponsel Sari kembali berdering. Panggilan sama yang tadi ia beri nama Pak Hartawan terpampang di sana. Hartawan adalah ayah Sari. Tapi pria yang menghubunginya sekarang bukan Ayahnya tapi pria lain yang sengaja ia beri nama Hartawan agar tidak ada yang mencurigai nya."Iya ada apa??" Wanita itu menjawab agak keras, meluapkan kekesalan yang sedang ia alami. Ia yang sadar mengedar sekeliling, ternyata situasi sudah sepi. Malik yang ia lihat di teras sudah tidak ada. Pintu rumah juga sudah tertutup, ia yakin bahwa pria itu sudah masuk ke dalam untuk menjaga ibunya yang sedang tak enak badan. Padahal sebenarnya Malik sudah beraksi memilih bersembunyi di balik tembok samping rumah mengamati gerak-gerik Sari yang mencurigakan."Sebentar, aku cari tempat aman untuk kita mengobrol. "Sari berjalan mengendap-endap menuju persimpangan jalan. Lalu ia menyalahkan panggilan pada orang yang sama menelpon nya. "Bisa nggak sih Bi. Nggak usah telpon-telpon saya terus.
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 46

Abian di larikan ke rumah sakit. Ia langsung mendapat penanganan dari medis, untungnya luka tembak yang Abian alami tidak terlalu serius. Setelah proses pengobatan selesai, Abian langsung di bawa kembali ke tahanan ibu kota, tentu saja di antar kedua orangtuanya. Tanpa Bagas ketahui turut datang bersama pihak kepolisian yang sempat ia hubungi. Padahal sebelumnya Bagas tidak memberitahu kan keberadaan Abian di desa ini. "Mama.. Papa nggak bisa lama-lama di sini. Kami berdua harus balik ke Jakarta. " Sebelum menjejak keluar rumah sakit, Pinkan dan Rudi menyempatkan menjenguk Bagas di ruang inap. Meski hanya luka sayatan kecil, pria itu merengek agar di obati hingga sembuh total."Ya, padahal saya masih kangen sama Mama dan Papa. Kita bahkan belum sempat berkeliling desa Wonosari yang indah dan sejuk. " Pinkan tersenyum, mengelus pucuk kepala Malika dengan sayang. Pinkan merasa bersalah ketika mengingat bagaimana perlakuan Abian padanya, karena ulah putranya, keduanya jadi terluka se
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 47

Malika terisak di pelukan sang ibu. Ia tak menyangka wanita itu mengikutinya sejauh ini. Mungkin karena fokus pada langkahnya ia jadi tak menghiraukan panggilan Saidah sejak memutuskan keluar rumah. Entah apa yang terjadi perasaannya, tiba-tiba saja ia merasa tidak rela perpisahan ini terjadi. Bukankah Malika menanti sudah sejak awal pernikahan. Ada apa dengan hatinya. "Sudahlah Malika, ngapain kamu nangis begini. Ibu sudah berkali memperingatkan kamu, jangan pernah bohongi perasaan kamu. Bilang terus terang, biar hati jadi lapang. Gini kan kamu yang tersiksa. Ingat, tidak ada kesempatan emas datang dua kali." Ucap wanita paruh baya itu ngedumel. Keduanya lesehan di bawah pohon beringin di pinggir jalan. Malika mengangguk saja. Namun tangisannya semakin kencang. Bukan nya mencari solusi, Saidah malah menyudutkan nya. Sekedar menatap wajah ibunya pun Malika tak berani. "Iya.. ibu memang benar. Terus aja salahin Malika, emang Lika nggak pernah benar di mata ibu. " Ucapnya di sela
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 48

Petugas mempersilahkan Abian masuk ke sebuah ruang kunjungan, tentunya di dalam sana beberapa penjagaan yang berdiri di setiap sudut ruangan itu. Sementara petugas yang bersamanya pamit undur diri yang mana tugasnya untuk mengantarkan Abian sudah selesai. Ia akan kembali menjemput setelah pertemuan itu usai. Setiap pengunjung tahanan akan di beri waktu lima belas menit Dari jauh tampak sebuah pasangan yang terlihat begitu tak asing. Abian berbalik, ia mengurungkan niatnya untuk bertemu keduanya. Seruan keputusasaan memanggilnya berulang kali, bersamaan derap langkah yang terus mendekat hingga sebuah telapak tangan berhasil merengkuhnya. "Untuk apa kalian kemari. Ingin menertawakanku. " Sinis Abian melepaskan tautan itu wanita itu kasar yang hampir tersungkur jika tidak ada seseorang yang menahan pinggangnya. Ia mungkin sudah terantuk dinding ruangan. "Abian, jaga bicaramu. Pinkan adalah ibu-mu yang seharusnya kamu hormati. Bukan kamu sakiti begini" Rudi tampak geram, ia tak men
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 49

Tanpa pikir panjang, Malika bergegas menyambangi rumah sakit tempat dimana Bagas kini tengah di rawat. Memerlukan waktu sejam untuk sampai di sana. Malika tidak berhenti khawatir ketika langkahnya menjejak masuk loby rumah sakit, meski pria muda di sampingnya terus mengatakan semua akan baik-baik saja."Biar saya saja. " Ucapnya menahan Malika untuk tetap diam di tempat nya. Mengingat kondisi Malika saat ini sedang terpuruk, ia mungkin tidak akan bisa berinteraksi dengan orang di sekeliling nya. " Pasien kecelakaan atas nama Pratama Bagas Adiwijaya dirawat di ruangan mana yah, sus. Kalau boleh tau. " Malik bersuara"Maaf Bapak dan ibu ini siapanya Pak Bagas yah. ""Kami berdua keluarganya, sus. " Terang pria itu membuat wanita dengan nurse di kepalanya itu mengangguk paham "Oh begitu. Sebentar yah Pak saya check dulu."Sembari menunggu suster itu mencari data di layar monitor, Malik menyempatkan untuk menghubungi Rudi di sebarang sana."Pak Bagas masih di tangani di ruang ICU. Te
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 50

Sebelum Malika kembali bersuara, pintu ruangan kembali terbuka. Hingga mendapati seorang pria paruh baya tengah berdiri di ambang pintu menatap keduanya."Suster Ana, sedang apa anda di sini."Tanya nya membuat Malika menoleh pada Pinkan. Wanita itu mudah sekali mengelabui orang sekitarnya yang mana saat ini masker yang tadi terlepas sudah ia kenakan kembali. Mungkin karena Pinkan mengenakan identitas suster Ana makanya Dokter Reno kira itu adalah suster Ana, tapi nyatanya bukan. "Saya tadi hanya mengambil ponsel saya yang tertinggal dok. " Jawabnya berbohong menunjukkan ponsel yang ada dalam genggamannya. Benda runcing yang berisi cairan racun itu entah ia taruh dimana. Setelah mengatakan itu Pinkan pamit undur diri. "Awas aja kalau kamu berani buka mulut di depan yang lain. Saya tidak akan segan menghancurkan kamu dan keluarga kamu di kampung " Bisiknya di telinga Malika saat melintas. Malika mematung, masih belum percaya dengan apa yang terjadi pada suaminya."Bu Malika, boleh
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status