Home / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Upik Abu Mertua: Chapter 41 - Chapter 50

54 Chapters

Bab 41. Lestari Bertemu Hafidz

Sejak dini hari hingga pukul enam pagi, Lestari tetap berjaga, mengamati rumah Hafizah dari kejauhan. Tidak ada seorang pun yang terlihat keluar masuk rumah itu. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, apakah Hafizah sudah pindah rumah? Ini bukan kebiasaan Hafizah. Biasanya, sesibuk apa pun, ia pasti menyempatkan diri keluar rumah, sekalipun hanya untuk membuang sampah.Merasa lelah, Lestari akhirnya memutuskan untuk kembali ke kontrakan barunya yang sengaja disewa tak jauh dari rumah Hafizah. Dari sana, ia bisa terus memantau gerak-gerik menantunya.Sementara itu, di dalam kamar, Hafizah dan Putri masih terlelap. Mereka tidur larut malam sebelumnya, sehingga belum juga terbangun.Di sebuah ruangan lain dalam rumah itu, Hafidz berdiri diam di dekat pintu kamar anaknya. Pandangannya tertuju pada wajah kedua orang yang ia sayangi, Hafizah dan Putri. Dalam hati ia merenung, betapa miripnya dua sosok di kamar itu. Seperti ibu dan anak kandung, pikirnya. Na
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 42. Kekhawatiran Hafidz

Hafidz menatap tajam ke arah Lestari, wajahnya memancarkan ketegasan yang tak terbantahkan. Dengan nada penuh peringatan, ia berkata bahwa lebih baik wanita itu pergi sebelum ia memanggil penjaga untuk mengusirnya dari kantor.Hafidz tak ingin menghabiskan waktu lebih lama berhadapan dengan perempuan tua yang tak kenal kendali itu. Mulut tajam Lestari hanya akan menimbulkan kekacauan, dan Hafidz sudah muak menghadapinya. Namun, Lestari jelas tidak ingin kalah begitu saja. Dengan suara mengancam, ia bersikeras agar Hafidz memberinya uang sebelum ia pergi. Bahkan, ancamannya semakin menjadi-jadi saat ia membawa-bawa nama Hafizah dan menyebutkan akan membuat hidup anak Hafidz menderita jika permintaannya tak dipenuhi. Hafidz tidak menggubris ancaman itu. Dengan nada tinggi, ia mengatakan bahwa ia tak takut dan mendesak Lestari untuk pergi sebelum dirinya benar-benar marah. Tanpa ragu, ia meraih tangan mertuanya dengan paksa dan menyeretn
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 43. Jawaban Hafidz

Hafizah mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara dengan Hafidz, menatap matanya dengan tekad bulat. Terasa berat baginya, namun ia tak ingin mundur. Harapannya kini bertumpu pada Hafidz, satu-satunya sosok yang mampu memberikan warna baru dalam hidupnya yang penuh kesedihan akibat kehilangan anak kandung.Sambil menarik napas dalam, Hafizah berkata, "Sebenarnya aku ingin membicarakan sesuatu. Perasaanku ini ingin aku sampaikan lagi. Tadi aku sudah bicara dengan Putri, dan dia merestui hubungan kita. Jadi, Hafidz, apakah kamu bersedia menjadi pasanganku?"Hafidz mendengarkan dengan serius lalu membalas, "Aku bisa menerimamu kalau benar Putri mendukung kita. Tapi ada satu hal penting yang harus diingat. Kita berdua masih terikat pernikahan masing-masing—kamu dengan Hamid dan aku dengan Dera. Bagaimana kalau kita menyelesaikan semuanya dulu agar tidak menimbulkan fitnah?""Baiklah, aku akan mengurusnya segera," jawab Hafizah dengan senyum lega. "Aku sangat bahagia mendengar jawabanmu.
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 44. Penuh Kemarahan

Saat Lestari mendekati Hafizah dan Putri yang bersembunyi di belakang Hafizah, suasana tegang langsung memuncak ketika percakapan sengit dimulai sebelum sempat mereka saling bertatapan.“Ibu Lestari, hentikan cara Ibu meminta uang dari aku! Pergi sekarang juga, atau aku tidak akan segan melaporkan Ibu ke polisi karena telah membuat onar!” Hafidz, dengan penuh tekad dan perlindungan untuk orang-orang yang dicintainya, mengucapkan kata-kata tegas meskipun ia harus menghadapi mertuanya sendiri.“Hafidz, akhirnya kamu muncul juga. Memang benar, demi uang aku rela melakukan apa saja, termasuk mencari alamatmu. Aku bukan Lestari kalau menyerah begitu saja. Sebaiknya kamu berikan uang yang aku minta sebelum aku melakukan sesuatu yang lebih buruk pada anakmu dan Hafizah. Jangan remehkan keberanianku.”Ancaman Lestari membuat Hafizah dan Putri semakin memperkokoh posisi mereka di belakang Hafidz. Lelaki itu berdiri teguh di hadapan wanita tua yang terbung
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 45. Memutuskan Pulang

"Hafidz, terima kasih sudah membelaku dari Ibu Lestari. Tapi, jujur saja, aku sedikit takut melihat keberanianmu melawan ibu mertua kita berdua."Hafizah berdiri di hadapan Hafidz sambil menggandeng Putri, yang memegang tangan ayahnya dengan erat."Jangan pikirkan itu terlalu dalam. Memang sudah seharusnya Ibu menerima konsekuensi atas tindakannya. Kamu tak perlu berterima kasih. Ngomong-ngomong, bisakah kamu membawa Putri masuk ke kamarnya? Aku perlu memastikan sesuatu di kamarku dulu.""Tentu, tenang saja."Hafidz menyerahkan Putri ke pelukan Hafizah. Dia percaya Hafizah mampu menjaga anaknya dengan baik. Setelah itu, Hafidz melangkah ke kamarnya sendiri, dengan hatinya berkecamuk dan diselimuti perasaan bersalah atas perlakuannya yang kasar terhadap mertuanya."Ini memang terasa salah, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku terpaksa melakukannya pada wanita tua itu. Aku harus menenangkan pikiran agar wajahku tidak memperlihatkan kekaca
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 46. Masih Berusaha Mencari Anakku

Hafizah akhirnya tiba di rumahnya sendiri. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mertuanya jika mengetahui dirinya pulang tanpa pendamping. Namun, saat Hafizah melangkah masuk, matanya sempat menangkap keberadaan orang-orang suruhan Hafidz yang berjaga di luar gerbang.Dalam hati, dia merasa bahwa hal terbaik sekarang adalah mandi dan beristirahat. Esok pagi, dia berencana menemui Ibu Lestari lagi untuk bertanya tentang keberadaan anaknya.Setelah mengambil handuk dari lemari, Hafizah segera menuju kamar mandi. Malam itu adalah waktu yang dia perlukan untuk menenangkan diri setelah hari yang penuh tekanan.Di tempat lain, Lestari sedang berjalan sambil memikirkan Hafizah. Dia menduga Hafizah mungkin berada di rumah Hafidz. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya—untuk pergi ke rumah Hafizah demi menyusup dan menginap di kamar lamanya.Namun, saat Lestari sampai di depan rumah Hafizah, dia melihat dua penjaga tengah berjaga dengan waspada di gerbang. Kehadiran mereka membuatnya
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 47. Hilang Harapan

Hafizah dan Lestari tiba di panti asuhan, tempat yang selama ini Hafizah yakini bisa memberinya harapan untuk menemukan anaknya. Perasaan campur aduk menghantui Hafizah, namun keyakinannya tetap kuat."Anakmu ada di sini," ujar Lestari sambil mengarahkan pandangannya ke sekelompok anak yang berlarian di taman panti asuhan. "Aku dan Dera meletakkan anakmu di depan pintu panti ini waktu itu. Aku yakin ibu panti asuhan mengambilnya. Mungkin salah satu dari mereka adalah anakmu." Degup jantung Hafizah semakin kencang mendengar pernyataan itu. Matanya menerawang, mencari sosok yang mungkin adalah buah hatinya. "Benarkah, Bu? Aku tidak sabar ingin memeluknya. Sebagai ibunya, aku yakin akan mengenalinya. Aku harus segera bertemu dengan ibu panti." Tanpa basa-basi, Hafizah melangkah terburu-buru. Janji kepada Lestari untuk memberikan uang hampir terlupakan."Tunggu dulu, Hafizah!" panggil Lestari dengan nada menuntut. "Ada apa, Bu?"
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 48. Selalu Ada Harapan

"Tenanglah, Hafizah. Kamu tidak perlu menangis sendirian. Sekarang ikutlah bersamaku ke villa untuk bertemu Putri," ujar Hafidz, berniat membawa kembali calon istrinya untuk berkumpul bersama dalam satu rumah. Namun, Hafizah tampaknya tidak begitu senang dengan ajakan itu. Dia enggan terlihat lemah karena terus-menerus mengandalkan Hafidz dan Putri untuk menghiburnya. "Mungkin lain kali. Sebenarnya aku ingin bertemu Putri, tapi hari ini aku harus bekerja. Kamu tahu, aku tidak mungkin meninggalkan tugas pentingku. Ini hari pertamaku mengambil alih perusahaan orang tuaku." Hafidz terdiam mendengar pernyataan itu. Ia baru menyadari bahwa Hafizah kini juga memilih jalan yang sama dengannya, yaitu fokus pada perusahaan. "Benarkah, Hafizah?" "Iya," jawab Hafizah singkat. "Sejak kapan ini terjadi? Kamu tidak pernah menceritakannya padaku. Aku benar-benar terkejut mengetahui kamu memiliki perusahaan sendiri. Tidak heran suamimu ing
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 49. Keceriaan Bersama

"Apa rencanamu setelah ini, Hafizah?" Hafidz membuka percakapan lagi setelah mereka berbincang cukup panjang. Nada suara dan sorot matanya memancarkan rasa ingin tahu yang mendalam terhadap wanita di hadapannya.Hafizah menatap balik, dalam dan penuh makna. Perasaannya—yang sejujurnya telah berubah sepenuhnya terhadap Hafidz—tak memberi ruang sedikit pun untuk kebimbangan. Ia telah yakin dengan keputusannya, meski jalan yang harus dilaluinya tak mudah."Aku ingin menikah denganmu, Hafidz," katanya. "Tapi sebelum itu, aku harus menyelesaikan proses perceraian dengan Mas Hamid. Kamu tahu tujuan hidupku sekarang. Awalnya, niatku keluar dari penjara hanyalah untuk bertemu anakku. Tapi ternyata anakku tidak di sini. Jadi, daripada terus terkungkung dalam penyesalan, lebih baik aku melanjutkan hidup tanpa beban dan berusaha bahagia."Perkataan Hafizah membuat hati Hafidz terasa berat. Sebab ia tahu betapa pentingnya anak Hafizah baginya. Ia juga tahu bagaimana H
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 50. Lestari Ditangkap Polisi

Hafizah menerima telepon dari pihak kepolisian tentang suatu hal, yang ternyata masih berkaitan dengan ibu mertuanya."Siapa yang menelepon, Hafizah? Kamu terlihat kaget setelah menerima telepon tadi," tanya Hafidz yang memperhatikan perubahan ekspresi calon istrinya. Hafidz tahu ada sesuatu yang tidak beres, terlihat dari raut wajah Hafizah yang sudah tidak seceria sebelumnya."Ibu ditangkap polisi atas dugaan kasus pencurian. Ini sepertinya ada hubungannya dengan teman-temannya sendiri. Aku masih sulit percaya, apalagi tanpa campur tangan kita berdua, Ibu akhirnya ditahan," ujar Hafizah, suaranya terdengar berat dan penuh perasaan campur aduk. Menghadapi ibu mertuanya memang selalu menjadi tantangan untuk mereka berdua, tetapi sekarang keadaannya telah berubah, ibu mertuanya harus menghadapi konsekuensi atas tindakannya sendiri."Dengan begitu, mungkin dia akan punya waktu untuk merenungkan semua yang pernah dia lakukan, bukan cuma soal masalah kita atau anak-anaknya. Tak bisa dipu
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status