All Chapters of JEJAK HITAM SANG PENGUASA AKHIR: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

Bab 71. Kota Hantu

Angin berhembus kencang, membawa hawa kematian yang menyesakkan. Kota Hantu berdiri di hadapan mereka, diselimuti kabut pekat yang berputar seperti roh-roh penasaran. Pintu gerbang kota yang besar dan usang tampak menjulang di depan mereka, dihiasi ukiran-ukiran aneh yang menyerupai wajah-wajah menyeringai. Suasana begitu sunyi, hanya terdengar suara napas mereka yang tertahan.Mo Tian melangkah maju, tangannya menggenggam erat Pedang Langit Membara. Namun, sebelum ia sempat mendekati gerbang, tanah tiba-tiba bergetar. Dari balik bayangan, muncul sesosok penjaga yang mengenakan baju zirah hitam legam. Matanya kosong tanpa cahaya, tetapi auranya begitu menekan."Apa yang mencari kehidupan lakukan di tempat orang mati?" Suaranya terdengar berat, seperti berasal dari dunia lain.Mo Tian tidak langsung menjawab. Ia bisa merasakan tekanan kuat dari makhluk itu. Liu Qingxue dan Fang Zhi juga merasakan hawa membunuh yang begitu pekat, membuat mereka bersiaga penuh."Kami mencari sesuatu di d
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 72. Jejak Bayangan

Setelah berhasil mengalahkan penjaga gerbang, Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi melangkah masuk ke dalam Kota Hantu. Suasana di dalamnya lebih mencekam daripada yang mereka bayangkan. Bangunan-bangunan tua berdiri dalam kesunyian, beberapa sudah runtuh dan tertutup oleh kabut tipis yang bergulung-gulung di antara reruntuhan.Tidak ada tanda kehidupan—tidak ada suara langkah kaki, tidak ada hembusan nafas makhluk hidup, bahkan suara angin pun terasa seperti tertahan di tempat ini. Kota ini benar-benar seperti telah lama ditinggalkan, namun tetap menyimpan aura yang mengancam."Apa ini benar-benar kota?" Fang Zhi bergumam, matanya menyapu ke sekeliling. "Tempat ini lebih mirip kuburan raksasa."Mo Tian mengangguk. "Kita harus tetap waspada. Bisa saja sesuatu mengintai kita dalam bayangan."Liu Qingxue berjalan sedikit di belakang mereka, tangannya sudah bersiap dengan senjata jika sewaktu-waktu bahaya datang. Namun, semakin mereka melangkah ke dalam kota, semakin aneh rasanya.Mereka m
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 73. Dimensi Lain

Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi kembali mengikuti jejak yang samar-samar tertinggal di jalanan Kota Hantu. Jejak itu terus membawa mereka ke arah timur, melewati bangunan-bangunan yang semakin terlihat aneh. Kadang, jejak itu tampak jelas di tanah berdebu, tetapi di lain waktu, jejak itu seperti melayang, tidak meninggalkan bekas di tanah."Ini benar-benar aneh," gumam Liu Qingxue. "Seolah dia bisa berjalan di udara."Fang Zhi menyipitkan mata, melihat sekeliling dengan curiga. "Yan Luo... apa dia manusia atau bukan?"Mo Tian tak langsung menjawab. Sejak awal, ia sudah merasa ada yang tidak biasa dengan sosok itu. Bayangannya yang muncul lalu lenyap seperti asap, gerakannya yang secepat kilat, dan jejak-jejak misterius ini membuat mereka bertanya-tanya: apakah Yan Luo benar-benar nyata?Saat mereka tiba di depan sebuah bangunan tua yang besar, jejak itu berhenti di sana. Bangunan ini tampak lebih utuh dibandingkan dengan reruntuhan lainnya di kota ini, seolah memiliki energi yang m
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 74. Pemegang Buku Kematian

Tubuh Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi terlempar ke udara saat pilar batu hitam itu hancur. Mereka merasa seperti jatuh ke dalam kehampaan, dikelilingi oleh kegelapan yang tak berujung. Angin menderu, suara berdesir mengelilingi mereka seolah-olah ada bisikan dari dunia lain.Saat mereka akhirnya mendarat, mereka mendapati diri mereka berada di sebuah lapangan luas yang gelap. Tidak ada langit, tidak ada tanah, hanya kekosongan tak terbatas yang membentang ke segala arah."Apa ini…?" Liu Qingxue bangkit perlahan, matanya menyapu sekitar dengan waspada.Fang Zhi menyentuh permukaan tempat mereka berdiri. "Kita benar-benar berada di tempat lain… tapi ini bukan Kota Hantu."Mo Tian berdiri, tubuhnya sedikit goyah akibat perjalanan yang tidak mereka duga. Namun, sebelum ia bisa berbicara, bayangannya sendiri muncul di sekeliling mereka.Mo Tian terkejut saat melihat puluhan—tidak, ratusan—bayangan dirinya sendiri berdiri di sekitar mereka. Setiap bayangan memiliki bentuk yang identik de
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 75. Kutukan atau Anugrah?

Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi berjalan tertatih-tatih menyusuri jalan berbatu, meninggalkan Kota Hantu yang sudah menolak mereka. Tubuh mereka terasa lelah, luka-luka yang mereka dapat dari perjalanan sebelumnya masih terasa perih, dan kepala mereka dipenuhi pertanyaan tentang Buku Kematian."Kita harus menemukan penginapan," ujar Liu Qingxue. "Kalau kita terus berjalan seperti ini, kita akan tumbang sebelum menemukan jawaban."Mo Tian mengangguk. "Aku setuju. Kita juga perlu berpikir lebih jernih tentang apa yang sebenarnya terjadi."Setelah berjalan beberapa saat, mereka akhirnya menemukan sebuah desa kecil di kaki bukit. Desa itu terlihat tenang, dengan rumah-rumah kayu yang berjejer rapi dan cahaya lentera yang menerangi jalan setapak. Mereka segera mencari penginapan dan akhirnya menemukan Rumah Peristirahatan Angin Timur, sebuah penginapan sederhana yang dijalankan oleh seorang wanita tua bernama Madam Xiu.Setelah memesan satu kamar untuk bertiga, mereka segera membersihka
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 76. Takdir yang Tidak Bisa Ditolak

Setelah berdiskusi panjang dengan Liu Qingxue dan Fang Zhi, Mo Tian tahu bahwa ia membutuhkan waktu untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Jika Buku Kematian benar-benar ada di dalam dirinya, maka ia harus menemukan jawabannya sendiri.Mereka memutuskan untuk menunda perjalanan ke Kuil Seribu Bayangan selama satu hari agar Mo Tian bisa bermeditasi dan memulihkan diri.Mo Tian duduk bersila di dalam kamar penginapan, menarik napas dalam dan menutup matanya. Liu Qingxue dan Fang Zhi berjaga di luar, membiarkan Mo Tian mendapatkan ketenangan.Ia mulai merasakan aliran energi dalam tubuhnya, menenangkan napasnya, dan berusaha menyelami kesadarannya sendiri.Namun, semakin dalam ia memasuki meditasi, semakin besar kegelapan yang menyelimuti pikirannya.Pada awalnya, ia merasa tenang—suara nafasnya terdengar jelas di antara keheningan. Namun, tak lama kemudian, sesuatu yang aneh mulai terjadi.Bayangan hitam mulai bermunculan di pikirannya.Sosok-sosok tak berbentuk berger
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 77. Kehilangan Kendali

Perjalanan menuju Kuil Seribu Bayangan terasa lebih menegangkan dari yang mereka perkirakan. Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi berjalan melewati jalan setapak yang semakin sunyi dan berkabut, seolah-olah alam sendiri menolak keberadaan mereka.Langit tampak muram, awan gelap menggantung rendah. Udara begitu dingin, bahkan embusan angin yang melewati mereka terasa menggigit kulit.Mo Tian berjalan paling depan, menggenggam Pedang Langit Membara di tangan kanannya. Namun, tiba-tiba ia berhenti melangkah.Sebuah denyutan menyakitkan merambat dari pundaknya.Tanda hitam yang selama ini hanya berdiam diri mulai bersinar dengan cahaya gelap.“Mo Tian?” Liu Qingxue bertanya dengan nada khawatir.Mo Tian tidak menjawab. Wajahnya tampak tegang, keringat mengalir di pelipisnya.Lalu, Pedang Langit Membara bergetar hebat di genggamannya, seolah-olah mencoba melepaskan diri dari tangannya.Fang Zhi segera bersiaga. “Ada yang tidak beres.”Mo Tian merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Bayang
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 78. Ambang Kegelapan

Liu Qingxue dan Fang Zhi menatap ke depan dengan siaga. Kabut merah yang menyelimuti hutan semakin pekat, menghalangi pandangan mereka. Namun, suara langkah kaki yang berderap mendekat dari segala arah memberitahu mereka bahwa mereka tidak sendirian.Mo Tian masih pingsan di atas kudanya, tubuhnya terus memancarkan aura hitam pekat. Tanda hitam di pundaknya berdenyut, seolah mencoba membangkitkan sesuatu dari dalam dirinya.“Liu Qingxue, kita harus bergerak cepat,” kata Fang Zhi dengan nada tegas.Liu Qingxue mengangguk. “Aku akan melindungi Mo Tian. Kau hadapi mereka.”Fang Zhi mencengkeram tombaknya lebih erat. “Baik. Kita tidak boleh membiarkan mereka mendekat.”Dari dalam kabut, sosok-sosok hitam mulai muncul satu per satu. Mata mereka bersinar merah, tubuh mereka samar seperti bayangan."Hantu penjaga..." Liu Qingxue berbisik.Penjaga Kota Hantu—makhluk yang lahir dari arwah-arwah pendendam. Mereka bukan manusia, bukan iblis, melainkan roh-roh yang terperangkap dalam batas dunia.
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 79. Relief Mirip Mo Tian

Angin malam berembus pelan, membawa hawa dingin yang menyelinap ke dalam kulit. Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi melanjutkan perjalanan menuju Kuil Seribu Bayangan.Meskipun keadaan tampak tenang, Liu Qingxue dan Fang Zhi tetap waspada. Mereka selalu memperhatikan Mo Tian dari sudut mata mereka, memastikan dia tidak kehilangan kendali lagi.Mo Tian, yang berjalan di depan, merasa ada sesuatu yang aneh.Dia mengingat dengan jelas suara itu—suara yang memanggilnya untuk menjadi Dewa Kematian.Tangannya mengepal. Ia berpikir semuanya hanya mimpi, tetapi ternyata bukan."Aku kehilangan kendali?"Mo Tian terhenti. Dia menoleh ke Liu Qingxue dan Fang Zhi."Apa yang terjadi sebelumnya... Apa aku benar-benar kehilangan kendali?"Liu Qingxue menatapnya serius. "Ya. Kau hampir menyerang kami."Mo Tian terkejut. Dia mengira semua yang terjadi sebelumnya hanyalah bayangan dalam pikirannya, tapi ternyata..."Jadi… itu bukan mimpi?" suaranya terdengar pelan, hampir seperti bisikan.Fang Zhi menga
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 80. Kuil Seribu Bayangan

Saat Mo Tian, Liu Qingxue, dan Fang Zhi melangkah masuk ke dalam Kuil Seribu Bayangan, hawa dingin langsung menyergap mereka.Tempat itu dipenuhi oleh bayangan-bayangan samar yang bergerak tanpa bentuk yang jelas.Langit di dalam kuil berwarna ungu gelap, dan pilar-pilar tinggi di sekitar mereka seakan bergoyang seperti ilusi.Setiap langkah terasa berat.Liu Qingxue merapatkan jubahnya. "Tempat ini... tidak seperti kuil pada umumnya."Fang Zhi memperhatikan sekitar. "Tidak ada pendeta, tidak ada penjaga... Ini benar-benar tempat yang ditinggalkan."Mo Tian melangkah lebih dalam, tanda hitam di pundaknya berdenyut semakin kuat."Kau telah datang... akhirnya..."Suara itu kembali berbisik di telinganya.Mo Tian menggertakkan gigi. Ia merasa dadanya sesak, seolah ada sesuatu yang berusaha keluar dari tubuhnya. Lalu semuanya berubah.Dinding kuil yang tadinya kokoh mulai memudar, berubah menjadi bayangan hitam yang mengalir seperti kabut. Lantai di bawah mereka pun bergetar, membuat keti
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status