Semua Bab Ratu Indigo VS Bad Boy: Bab 211 - Bab 215

215 Bab

Bab 211. Peony Putih

Heri melirik sebentar sebelum mengatakan pada Raga untuk menghampiri. Ada Ken di sisi Heri, seperti biasa. “Siang, Kek.” Amira berjalan mendekat. Dia menyerahkan sebuah buket bunga yang telah dibawanya dengan hati-hati. “Ini untuk Kakek,” kata Amira. Tangannya menyerahkan bunga peony putih. Amira tersenyum. “Aku harap Kakek cepat sembuh dan panjang umur.” Setelahnya, hanya ada hening. Amira tidak berharap Heri tersenyum atau mengucapkan terima kasih. Hanya saja, sunyi membuat dia tercekik. “Aku … tunggu di luar.” Amira menunjuk pintu keluar canggung. “Raga pasti mau bicara dengan Kakek.” Amira menghela. Dia melangkah cepat keluar ruangan. Namun, tangan Raga mencegahnya pergi sendirian. “Kita keluar bareng,” ucap Raga pelan. “Gue udah bilang ke Kakek semoga operasinya berjalan lancar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 212. Perangkap di Gelapnya Malam

“Mau ngomong apa?” Raga menatap curiga. Jelas saja, Raga tidak mungkin membiarkan Amira bicara berdua saja dengan Alex. Apa yang ingin Amira katakan tanpa dirinya tahu?“Minta cariin tissu basah. Gue mau ke toilet dulu. Emang lo mau beliin?” Ujar Amira seraya memicing. “Atau mau ikut?”Raga berdecak nyaring. Dia memilih menyingkir, membiarkan Alex membawakan apa yang Amira mau. Amira pun mencari toilet terdekat. Dia menunggu di sana sampai akhirnya pintu diketuk. Suara Alex terdengar kemudian. “Pak Alex.” Amira menarik Alex menjauh. Dia memastikan tidak ada yang menguping mereka. “Tolong bantu aku.” Alex mengernyit. “Ada apa, Nona?”Amira menarik Alex mendekat. Dia berbisik tepat di telinga sang pengawal. Kedua mata Alex membelalak sesaat, tapi dia tetap menutup mulutnya rapat. Amira menyelesaikan kalimatnya cepat sebelum Raga mencarinya. Benar saja, suara Raga terdengar kemudian. “Tolo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 213. Terkepung

Amira menunjukkan sekilas layar handphone miliknya pada Alex. Dia sedang menghubungi Evan.“Udah sampai?” tanya Amira.Dengan sengaja, Amira menyalakan loudspeaker. Dia yakin Raga tidak akan mendengar. Bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi menunjukkan jika Raga sedang sibuk saat ini.“Kita udah di depan gang. Lagi jalan masuk.”Alex akhirnya mengangguk puas mendengar jawaban dari seberang sana. “Bagus. Jangan lupa satu orang jagain Raga di depan rumah gue.”Panggilan terputus. Amira tak mau membuang waktu lagi. Dia meminta Alex bersiap mengikuti.Pintu terkunci, dan Amira berdiri di samping Alex. Tangannya meraih sang pengawal, mencoba mencari sedikit petunjuk tentang masa depan. “Sama,” ucap Amira pelan. Tidak ada bayangan yang berubah. Para penjahat itu akan bergerak seperti yang Amira perkirakan.“Pak Alex,” panggil Amira dalam suara pelan. Saat itu, Alex menoleh. Dia mendapati Amira
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 214. Rencana Gila

"Amira!" Panggilan itu membuat Amira menolehm Dia mendapati sosok Raga berdiri di hadapannya. Napas cowok itu terengah. Wajah Raga dipenuhi kemarahan. “Lo gila ya?” Raga mengacak rambutnya kasar. "Lo ninggalin gue sendirian, ngunci pintunya, dan pergi gitu aja?!” Amira terdiam. Amukan Raga tentu saja membuat Amira meringis. Namun, ada satu hal yang mengalihkan perhatian Amira–baju Raga. Raga mengenakan pakaiannya. Pasti cowok itu mengambil asal dari dalam lemari Amira. Raga terlihat tidak pilih-pilih. Kaos Amira yang biasanya longgar, tampak terlalu kecil untuk Raga. Lengan bajunya tersingsing lebih tinggi dari yang seharusnya, bagian bawahnya bahkan tidak bisa menutupi perut Raga. Celana yang dipakai Raga pun sama saja. Amira bisa melihat jelas bagaimana celana panjangnya menggantung di kaki Raga. Cowok itu terlihat lucu meski dengan wajah memerah marah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 215. Markas Musuh

“Kita berangkat sekarang,” ucap Amira memberikan perintah. Perdebatan antara Raga dan Amira memang sudah jelas pemenangnya. “Lo yakin?” Raga bertanya sekali lagi. Saat itu, sekali lagi, Amira meraih tangan si supir. Supir penjahat itu menghindar, tapi Alex membuatnya tetap diam. “Yakin,” ucap Amira tiga detik kemudian. “Apa gue harus cek lo lagi?” tantang Amira. Tangan Amira terulur, menarik Raga, memeluknya singkat. “Ini masuknya ke modus, sih.” Amira tersenyum saat pelukan mereka terlepas. “Semuanya bakal aman. Tenang aja.”Tidak ada yang berubah. Amira sudah memastikannya beberapa kali. Raga akhirnya masuk ke mobil para penjahat. Dia duduk di kursi tengah dengan Alex di sampingnya. Di dalam, hanya sang supir yang benar-benar penjahat, sementara sisanya adalah pengawal Evan yang menyamar.Mobil pun melaju menuju sebuah gudang kecil di pinggiran kota, tempat markas para penjahat berada.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status