Home / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Ratu Indigo VS Bad Boy: Chapter 211 - Chapter 220

249 Chapters

Bab 211. Peony Putih

Heri melirik sebentar sebelum mengatakan pada Raga untuk menghampiri. Ada Ken di sisi Heri, seperti biasa. “Siang, Kek.” Amira berjalan mendekat. Dia menyerahkan sebuah buket bunga yang telah dibawanya dengan hati-hati. “Ini untuk Kakek,” kata Amira. Tangannya menyerahkan bunga peony putih. Amira tersenyum. “Aku harap Kakek cepat sembuh dan panjang umur.” Setelahnya, hanya ada hening. Amira tidak berharap Heri tersenyum atau mengucapkan terima kasih. Hanya saja, sunyi membuat dia tercekik. “Aku … tunggu di luar.” Amira menunjuk pintu keluar canggung. “Raga pasti mau bicara dengan Kakek.” Amira menghela. Dia melangkah cepat keluar ruangan. Namun, tangan Raga mencegahnya pergi sendirian. “Kita keluar bareng,” ucap Raga pelan. “Gue udah bilang ke Kakek semoga operasinya berjalan lancar.
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 212. Perangkap di Gelapnya Malam

“Mau ngomong apa?” Raga menatap curiga. Jelas saja, Raga tidak mungkin membiarkan Amira bicara berdua saja dengan Alex. Apa yang ingin Amira katakan tanpa dirinya tahu?“Minta cariin tissu basah. Gue mau ke toilet dulu. Emang lo mau beliin?” Ujar Amira seraya memicing. “Atau mau ikut?”Raga berdecak nyaring. Dia memilih menyingkir, membiarkan Alex membawakan apa yang Amira mau. Amira pun mencari toilet terdekat. Dia menunggu di sana sampai akhirnya pintu diketuk. Suara Alex terdengar kemudian. “Pak Alex.” Amira menarik Alex menjauh. Dia memastikan tidak ada yang menguping mereka. “Tolong bantu aku.” Alex mengernyit. “Ada apa, Nona?”Amira menarik Alex mendekat. Dia berbisik tepat di telinga sang pengawal. Kedua mata Alex membelalak sesaat, tapi dia tetap menutup mulutnya rapat. Amira menyelesaikan kalimatnya cepat sebelum Raga mencarinya. Benar saja, suara Raga terdengar kemudian. “Tolo
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 213. Terkepung

Amira menunjukkan sekilas layar handphone miliknya pada Alex. Dia sedang menghubungi Evan.“Udah sampai?” tanya Amira.Dengan sengaja, Amira menyalakan loudspeaker. Dia yakin Raga tidak akan mendengar. Bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi menunjukkan jika Raga sedang sibuk saat ini.“Kita udah di depan gang. Lagi jalan masuk.”Alex akhirnya mengangguk puas mendengar jawaban dari seberang sana. “Bagus. Jangan lupa satu orang jagain Raga di depan rumah gue.”Panggilan terputus. Amira tak mau membuang waktu lagi. Dia meminta Alex bersiap mengikuti.Pintu terkunci, dan Amira berdiri di samping Alex. Tangannya meraih sang pengawal, mencoba mencari sedikit petunjuk tentang masa depan. “Sama,” ucap Amira pelan. Tidak ada bayangan yang berubah. Para penjahat itu akan bergerak seperti yang Amira perkirakan.“Pak Alex,” panggil Amira dalam suara pelan. Saat itu, Alex menoleh. Dia mendapati Amira
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 214. Rencana Gila

"Amira!" Panggilan itu membuat Amira menolehm Dia mendapati sosok Raga berdiri di hadapannya. Napas cowok itu terengah. Wajah Raga dipenuhi kemarahan. “Lo gila ya?” Raga mengacak rambutnya kasar. "Lo ninggalin gue sendirian, ngunci pintunya, dan pergi gitu aja?!” Amira terdiam. Amukan Raga tentu saja membuat Amira meringis. Namun, ada satu hal yang mengalihkan perhatian Amira–baju Raga. Raga mengenakan pakaiannya. Pasti cowok itu mengambil asal dari dalam lemari Amira. Raga terlihat tidak pilih-pilih. Kaos Amira yang biasanya longgar, tampak terlalu kecil untuk Raga. Lengan bajunya tersingsing lebih tinggi dari yang seharusnya, bagian bawahnya bahkan tidak bisa menutupi perut Raga. Celana yang dipakai Raga pun sama saja. Amira bisa melihat jelas bagaimana celana panjangnya menggantung di kaki Raga. Cowok itu terlihat lucu meski dengan wajah memerah marah.
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 215. Markas Musuh

“Kita berangkat sekarang,” ucap Amira memberikan perintah. Perdebatan antara Raga dan Amira memang sudah jelas pemenangnya. “Lo yakin?” Raga bertanya sekali lagi. Saat itu, sekali lagi, Amira meraih tangan si supir. Supir penjahat itu menghindar, tapi Alex membuatnya tetap diam. “Yakin,” ucap Amira tiga detik kemudian. “Apa gue harus cek lo lagi?” tantang Amira. Tangan Amira terulur, menarik Raga, memeluknya singkat. “Ini masuknya ke modus, sih.” Amira tersenyum saat pelukan mereka terlepas. “Semuanya bakal aman. Tenang aja.”Tidak ada yang berubah. Amira sudah memastikannya beberapa kali. Raga akhirnya masuk ke mobil para penjahat. Dia duduk di kursi tengah dengan Alex di sampingnya. Di dalam, hanya sang supir yang benar-benar penjahat, sementara sisanya adalah pengawal Evan yang menyamar.Mobil pun melaju menuju sebuah gudang kecil di pinggiran kota, tempat markas para penjahat berada.
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 216. Musuh yang Sesungguhnya

“Takut?” Amira melanjutkan kalimat Roy dengan sebuah seringai. Roy mendecak pelan. “Enggak sama sekali.” Amira kembali memasang senyum di wajahnya. Kali ini, senyum itu jauh lebih lebar. “Inget ya, gue terpaksa ngelakuin ini. Karena lo keras kepala.” Ancaman Amira dianggap sebelah mata oleh Roy. Pria itu mencibir sambil mengejek. Roy tertawa dengan suara sumbang, meragukan apa yang bisa Amira lakukan. Amira menghela napas pelan, lalu menghunus pisaunya. Tapi bukan ke arah Roy. Dia menarik seseorang mendekat—John. John, tangan kanan Roy, yang sejak tadi hanya diam, kini berlutut di hadapan Amira dengan Alex yang menahannya. Roy sontak melangkah maju. “Lo ngapain?!” Amira tetap tenang. “Gue bakal ngasih lo alasan buat ngomong.” Jari Amira bermain-main di bilah pisaunya sendiri. Pandangannya tidak meninggalkan Roy. “Lo tau, jadi anak yatim piatu itu nyebelin banget. Nggak punya siapa-siapa … hidup sendirian.” Roy mulai gemetar. Amira pun tersenyum dingin. “Gue tahu John i
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 217. Permainan Berakhir

“Bisnis lo udah hancur!”Dengan mata penuh kemarahan, William merogoh sakunya, lalu menghunuskan pisau ke arah Raga dengan gerakan cepat. Dia ingin membungkam mulut kurang ajar Raga. “Tidak!” Saat itu juga, Amira keluar dari bayangan. Secepat kilat, Amira meraih pergelangan tangan William, menghentikan gerakannya sebelum pisau itu menyentuh Raga.William menoleh dengan kaget. “Hah?”Saat itu juga, Alex bergerak. Dalam sekejap, William sudah kehilangan cengkeramannya di pisau. Alex menariknya mundur dengan satu gerakan cepat, sementara Evan segera menghubungi Reynald.“Sekarang, masuk!”Seolah menunggu aba-aba, derap langkah kaki mendekat dari luar. Beberapa detik kemudian, sirene polisi meraung di udara.William menggeram. “Sialan!” Tangannya menunjuk Raga penuh kemarahan. “Liat aja nanti! Kalian enggak bakal bisa lolos!”Sementara itu, Amira balas menatap tanpa rasa takut. Raga pun ikut berdiri di sisi Amira.Jika Amira diam, maka Raga yang akan bicara. “Lo yang enggak bakal bisa l
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 218. Tamparan Halus

“Amira!” Seruan dari suara yang sangat Amira kenali. Raga, alias pacarnya, muncul dari balik pintu. Seolah cowok itu tahu semua yang Amira lakukan, dan hanya menunggu waktu yang tepat untuk muncul.“Lo udah bangun?” Raga bertanya sambil membimbing Amira kembali duduk di tepi ranjang. “Masih pusing? Ada yang sakit enggak?”Sekarang semuanya jadi jelas. Foto Amira yang ada di atas meja, juga fotonya bersama dengan Raga. Jelas saja, ini adalah kamar sang pacar. “Kenapa gue bisa ada di kamar lo?”Amira tentu saja ingat bagian pengejaran mereka semalam. Mereka berhasil menjebak William, tapi setelahnya dia tidak mengingat apa pun. “Lo pingsan. Bikin gue kaget.” Raga menarik Amira ke dalam pelukan, menunjukkan semua kekhawatiran yang sebelumnya dia pendam.“Gue takut elo kenapa-kenapa. Tapi pas gue bawa ke dokter, katanya lo cuma kecapekan.”Amira menghela tanpa suara. Syukurlah. Dia sempat khawatir karena memaksakan diri untuk melihat masa depan terus-menerus. Sepertinya sekarang Ami
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 219. Mata-mata

“Sorry.” Amira yang memulai pembicaraan. Sejak tadi, suasana di dalam mobil hening tanpa suara, membuat Amira serba salah. “Bukan lo yang harus minta maaf!” Raga berseru kesal. “Ayah sama Ibu gue yang harusnya dengerin dulu penjelasan gue!” Amira menggeleng. “Gue salah. Gue masuk ke rumah lo tanpa izin.” Raga berdecak kesal. “Gue yang bawa lo masuk!” Amira meraih tangan Raga ke dalam genggaman. Dia mencoba menenangkan sang pacar. “Kita sama-sama salah. Lain kali jangan diulang.” Perlahan, Amira bersandar di bahu Raga. “Lebih baik dengerin apa kata orang tua lo, selagi mereka masih ada.” Amira tahu jika Raga kesal. Wajah cowok itu menekuk sempurna. Bibir Raga mengatup rapat dengan rahang yang mengeras. Bahkan sejak tadi Amira bisa mendengar gumam-gumam kemarahan dari Raga. “Tapi lo udah susah-susah bantu! Sampai pingsan begini. Harusnya lo dapet ucapan terima kasih! Kenapa malah minta maaf?!” Raga masih tidak terima. “Enggak masalah,” sahut Amira tanpa peduli. “Gue b
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 220. Batas Kesabaran

“Kamu gila!”Begitu Raga dan Amira membuka pintu kamar VIP rumah sakit, Heri menyambut dengan makian. Amira terkejut, apalagi Heri berteriak dengan suara yang memekakkan telinga. Tangan Heri, menunjuk lurus ke arah Raga. “Kamu itu cucuku, penerus keluarga Wijaya! Harusnya kamu berhati-hati!”Raga tidak menyahut. Dia membiarkan Heri meluapkan seluruh amarahnya, sampai akhirnya Heri kehabisan napas, tersengal. Suara monitor detak jantung yang sebelumnya stabil, kini berubah cepat. Ken yang sejak tadi hanya mengawasi di sudut ruangan, segera menekan tombol darurat untuk memanggil dokter. Namun, Heri mencegahnya.“Tidak usah!” Heri menggeram sambil berusaha mengendalikan napasnya. “Aku baik-baik saja!”Heri kembali memandang Raga. Kedua matanya langsung menatap tajam. Tidak ada ekspresi kesakitan di sana, hanya ketegasan juga dominasi yang tak ingin dibantah. Amira menyadari tatapan Heri yang sekarang beralih padanya. Dia menarik napas dalam, mencoba untuk tidak mengambil langkah mund
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more
PREV
1
...
202122232425
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status