Home / Romansa / Skandal Panas Pernikahan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Skandal Panas Pernikahan: Chapter 11 - Chapter 20

29 Chapters

Chapter 11 Droga

Amor mendorong, menyudutkan tubuh Lauretta pada tembok lalu ia balikkan tubuh wanita cantik itu menghadapnya. Menghimpit dua kaki Lauretta menggunakan kakinya agar dia tak bisa bergerak memberontak. “Aku benci kau yang seperti ini, Amor!” cerca Lauretta. Menggerakan kakinya dalam himpitan Amor serta tangannya yang diborgol dibelakang tubuh. Meskipun mustahil ia terlepas, tapi dia enggan untuk diam. Tak bisa dipungkiri lagi gangguan Amor yang tak ada habisnya. Lauretta pikir ia telah terbebas dari jerat pria tak memiliki otak ini. Namun dirinya salah. Semakin lama Amor tak menganggu, maka akan semakin berat kala gangguannya datang. “Apa yang ingin kau lakukan sekarang, uh? Memperkosaku?” Lauretta mengangkat dagunya, menantang pria itu berani. Keadaan tubuh yang tak terikat sama sekali tak menyudutkan nyalinya. “Itu tidak dihitung memperkosa jika kau sama maunya, Babe,” balas Amor. Mengelus pipi mulus Lauretta seraya ia jumput surai basah wanitanya ke belakang telinga. Bajingan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 12 Clan fiescho

Hujan rintik mengguyur pekarangan mansion. Membasahi setiap helai daun serta ranting yang tak sengaja jatuh berguguran diterpa angin. Kabut tipis menghalangi pemandangan, membuat suasana di pagi hari semakin sendu. Asap tebal keluar dari bibir seksi yang dipoles lipstik merona. Wajah datar serta tatapan lurus ke depan, pandangan yang kosong pun tak berkedip. Hanya tangannya yang bergerak mengarahkan batang nikotin yang terselip di jemari ke arah bibirnya. Suara sepatu pentofel menghentak lantai terdengar mendekat. Sama sekali yak membuyarkan kekosongan dalam pikiran wanita cantik itu. Tanpa menoleh ia mengetahui siapa yang baru saja datang pun kini berdiri di sampingnya. Seorang pria yang bisa ia kenali bahkan hanya dengan mencium aromanya. "Kau tidak akan datang jika tak diundang, sí? Ini kunjungan pertamamu sejak kau menikah." Tubuh besar nan berotot dibalut kemeja putih rapi. Tato memenuhi lengan kiri pria itu. Wajahnya yang tampan pun garang dipenuhi jambang yang cukup leba
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 13 Cocaína

Duduk menyender Lauretta pada sofa tunggal di dalam kamarnya, beserta dua kaki yang ia naikkan ke atas meja masih lengkap dengan higheels yang ia kenakan. Menyender kepalanya pada senderan kursi, mendongak ke atas wajah cantiknya pun memejam. Kalimat-kalimat sialan yang diucapkan Hector padanya kini memenuhi kepala, membuat pening dan menambah beban. "Aku lebih baik mati," gumamnya rendah. "Kau memang akan segera mati." Mata Lauretta kontan terbuka lebar kala seseorang berbicara padanya. Pria sialan lainnya datang yaitu Amor Calbi, pria yang tak tahu diri meskipun sudah ditolak puluhan kali. Amor melemparkan satu lembar kertas berisikan hasil lab pada Lauretta. Wanita itu mengeryit lantas membaca laporan yang Amor bawa tanpa mengubah sedikit pun posisi duduknya. "Ah~" Ia meremasnya hingga kusut lalu melempar pada sudut ruangan. Wajahnya datar tak peduli apapun menatap pada Amor. "Sí, sudah kulihat. Sekarang pergilah." Wajah Amor amat datar nan dingin meskipun kekesalan m
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Chapter 14 muñeca sexual

Untuk melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar hotel yang beberapa tahun sudah ia tinggalkan, Lauretta membutuhkan keberanian khusus sebab banyak kenangan yang akan muncul di setiap sudut ruangan. Di atas ranjang, di dalam kamar mandi, di atas meja, dan jendela kaca. Lauretta bisa melihat dirinya sendiri disudutkan oleh Amor di tempat tersebut. Hotel bintang lima yang dikelola khusus oleh Amor Calbi hingga seluruh kamar yang berada di lantai atas adalah miliknya. Salah satunya kamar VVIP terbesar dan ia letakkan nama Lauretta di dalam, khusus untuk dirinya dan wanita cantik itu. Tempat ini merupakan saksi betapa panas hasrat bercinta keduanya. Dalam waktu empat puluh delapan jam di dalam kamar tak membuat mereka merasa bosan. Panas membara berapi-api atmosfir di dalam kamar dipenuhi hasrat yang menggelora. Pandangan Lauretta menelisik pada setiap sudut ruangan. Tak ada satupun benda yang terganti maupun tergeser sejak tiga tahun yang lalu. Semuanya sama persis dengan terakhir kal
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Chapter 15 Mi amor

Santai Lauretta melangkah keluar dari kamar mandi. Terlilit handuk tipis putih menutupi tubuh sintalnya yang polos dan basah memperlihatkan belahan dadanya yang montok. Pandangannya langsung tertuju kepada Amor yang berdiri tepat di depan pintu. Namun, ia alihkan pandangannya segera kepada Alfonso yang berdori di belakang Amor. "Tolong ambilkan aku handuk yang lebih besar dari ini. Handuk kecil ini tak bisa menutupi bokongku sama sekali," gerutunya. Memang benar, bulatan bokongna masih terlihat saat ia berjalan menuju kamar, dan itu diperhatikan oleh Amor serta Alfonso. Alfonso pergi mengambilkan handuk, mengantarkannya ke dalam kamar dan untuk beberapa saat keduanya tak keluar dari sana. Membiarkan tamu tak diundang itu menunggu di depan pintu. "Hei, bawa tamu-mu pergi dari rumahku, aku tak ingin dia mengacaukannya seperti sebelumnya," kata Alfonso pada Lauuretta yang tengah mengenakan bra di depan cermin. "Kau usir saja dia, aku bahkan tak ingin keluar dari kamar ini," timp
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Chapter 16 el Pasado

"Mau masuk ke dalam kamarku, Amor?" Lauretta memegang tangan Amor, menarik membuat pria itu mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam kamar. Bibir cantik wanita ini tertarik ke atas kala ia lihat ekspresi Mara yang amat marah pun kesal di belakang sana. Mengambil ponsel di atas ranjang kemudian ia berikan kepada Amor yang menerimanya dengan ekspresi datar. "Kau meretas ponselku, lagi, uh?" tuduhnya pada Amor. Menyebalkan karena tak bisa memiliki privasi apapun sebab setiap detail kehidupannya diawasi oleh pria ini. "Aku selalu memiliki duplikat ponselmu," timpalnnya dengan nada amat sangat datar. Seolah hal yang dia akui bukanlah hal yang besar. "Senangkah kau mengawasiku setiap saat?" "Tidak sama sekali, sebab aku lebih senang berada di sampingmu setiap saat." Lauretta berdecak samar. "Dan aku sebaliknya.” "Ingat untuk tidak mengawasi diriku lagi, tak akan pernah kuijinkan kau memasuki kehidupanku untuk kedua kalinya! Aku cukup bodoh di masalalu karena memiliki kekas
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Chapter 17 Odior

"Tidak ada wanita sekejam dirimu. Manuel hanya memiliki dua putri yang diakui- kau dan kakakmu. Kakakmu hilang dan hanya tersisa dirimu sendiri, dan kini kau tak mengharapkannya kembali.” Kalimat Elazar terurai tanpa penekanan, tanpa nada suara apapun yang bisa membuatnya terdengar marah, kesal atau ekspresi lainnya. Suaranya begitu datar terdengar, seolah peduli dan tak peduli saat mengatakannya."Aku hanya menghindari manusia-manusia bodoh dalam hidupku. Menolak lamaran dari seorang pria berkuasa di Italia termasuk ke dalam tindakan yang amat sangat bodoh.""Si, dan dirimu yang paling pintar hingga terjebak dengan adik kekasihmu sendiri."Lauretta membalikkan posisi kursinya menghadap Elazar. Mata kucingnya begitu tajam menyorot menguliti pria itu hidup-hidup. "Jangan membahasnya. Aku sangat muak jika seseorang mengingatkanku akan masa lalu mengerikan itu."“Si.”Atensi Lauretta dan Elazar berpindah pada pintu yang diketuk secara tidak sabaran. Elazar segera mencapai pintu setelah
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Chapter 18 Mi Amor!

“Biar kukakatakan sekali lagi, ibumu adalah jalang hina yang pantas mati!”Sulutan nikotin semakin pendek kala bibir cantik nan merona itu menghisapnya. Mengepul asap dari bibirnya tepat mengenai wajah Alexandro. Pria ini mengerang penuh amarah, ingin sekali ia baik-cabik adik tirinya ini yang telah terang-terangan menghina sang ibu.Meludah Alexandro ke sembarang arah. Tatapannya yang tajam pun penuh kebencian terpatri pada wajah cantik di hadapannya. “Ibumu pun sama jalangnya.” Ia menekankan.Mengedip mata kucingnya perlahan. Ia patahkan wajah cantiknya ke samping pun tertarik ujung bibirnya ke atas. Sikapnya yang tenang dan berbanding terbalik dengan Alexandro ketika ibunya dicap sebagai seorang jalang. Berkerut kening Alexandro melihat, bertanya-tanya kenapa adik tirinya ini sama sekali tak marah.Lauretta buang puntung rokoknya ke bawah kemudian ia injak dengan kasar hingga padam. Beranjak dirinya dari kursi. Melenggang pelan mengitari Alexandro. “Kau tahu?” Ia berdiri di belakan
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Chapter 19 Herida

“Mi, Amor!” ______ Lauretta sibuk membalut luka tembak pada kaki Alexandro dengan robekan gaunnya di belakang, sementara Amor mengemudikan mobilnya seperti seorang supir. Sesekali Amor melirik wanita itu melalui kaca spion, menilik betapa telitinya dia membalut luka pria lain meskipn itu adalah kakaknya sendiri. Wajah pucat Alexandro mendongak ke atas menahan rasa ngilu pun sakit dari lukanya di mana masih tertanam peluru panas di dalam daging. Dia hampir pingsan kehabisan darah, dan Lauretta menamparnya keras saat Alexandro mulai memejam. “Jaga kesadaranmu, jangan mati terlalu cepat,” katanya pedas. Seraya ia tepuk-tepukki pipi Alexandro agar tetap terjaga. Menyenderkan tubuhnya dan menghela napas. Lauretta merasa amat lelah dengan kejadian tadi. Telah ia hubungi Elazar untuk segera datang mengurus bisnisnya yang kacau balau itu sekaligus memberikan mereka yang menghancurkannya pelajaran. Mata kucingnya melirik Amor melalui kaca spion di mana pandangan mereka saling bertemu di s
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Chapter 20 Feudo

Wajah pucat serta bibirnya bergetar menunjukkan betapa hebatnya rasa sakit yang ia derita. Langkah kakinya tertatih sembari tangan memegangi perut yang terluka dan kembali mengucur darah nan basah, dirinya pergi menuju kamar di lantai dua. Pria itu berdiri di tengah lorong tepat menuju kamar. Menatap dengan tatapan dinginnya pada Lauretta yang tengah menahan rasa sakit. Tanpa aba-aba ia membawa tubuh wanita itu ke dalam gendongan, membawa masuk ke dalam kamar lantas ia baringkan. Menggeliat kesakitan di atas peraduan sebab telat meminum obat pereda rasa sakit. Ditambah sebelum itu lukanya tak sengaja tertabrak Auretta yang mana membuatnya kembali terbuka dan berdarah. Duduk Amor pada tepi ranjang. Meminta Lauretta untuk meminum obat pereda nyeri pun dengan penuh cekatan ia membantu wanita itu untuk minum. Setelah itu dua tangannya merobek kuat gaun Lauretta, membelalak Amor tatkala melihat luka parah nan dalam wanitanya. “Aku bisa mengobati diriku sendiri.” Lauretta tahan pergelan
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status