Semua Bab Just Married (Trilogi Just Seri-3): Bab 21 - Bab 30

44 Bab

BAB 21: Pikiran Kosong

Arini dan BrandonBrandon masih memikirkan perubahan sikap kedua buah hatinya tadi sore. Dia tahu El dan Al awalnya duduk bersama Arini di ruang tamu, tapi segera pergi setelah dirinya tiba. Pria itu bisa memahami jika El bersikap seperti itu, tapi kenapa Alyssa juga ikut-ikutan? Biasanya gadis itu lebih manja dengan Bran dibandingkan Iin.Saat makan malam mereka juga tidak banyak berbicara. Pertanyaan Brandon hanya ditanggapi dengan gumaman dan anggukan kepala dari keduanya. Hal ini membuat Bran tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya kepada istrinya.“In,” panggil Brandon saat melihat Arini mengenakan perawatan kulit khusus malam hari.Arini menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung, lalu meletakkan botol krim malam yang dipegang. “Kenapa, Sayang?”Brandon berdiri, lantas melangkah mendekati Arini yang duduk di meja rias. Dia memeluk istrinya dari belakang.“Gimana anak-anak hari ini?” tanya Bran sambil mengusap lengan Arini.“Baik. Cuma kayaknya sedih aja sih karena harus pinda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

BAB 22: Mencari Tahu Kebenaran

ElfahrezaDesahan pelan keluar dari sela bibir El saat duduk di bangku atap gedung sekolah. Mata cokelatnya menatap nanar langit kota Jakarta Pusat yang cukup cerah menjelang siang. Warna biru langit hanya ditutupi sedikit awan putih.Dia tidak habis pikir dengan apa yang telah dilakukan Brandon. Jika terbukti pria itu mengkhianati Arini, El tidak akan pernah memaafkannya.Pandangan pemuda itu beralih ke samping belakang ketika mendengar pintu terbuka. Tampak seorang siswi berkerudung nan imut dan berparas cantik memasuki area atap.“Maaf, Kak. Aku pikir tadi nggak ada orang,” ucap gadis itu.Senyuman mengambang di wajah tampan El. “Nggak pa-pa. Kalau mau duduk di sini silakan, Syifa. Sekalian ngobrol.”Syifa berdiri di sela pintu. Tampak ragu di irasnya.El mengerling ke arah bangku satu lagi agar bisa ditempati Syifa.Gadis itu masih bergeming dengan tilikan mata tidak beranjak dari El. Ada yang tidak biasa di paras pemuda itu. Dia bisa menangkap raut kalut di wajahnya. Setelah mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

BAB 23: Jalan Pulang Seharusnya

AriniSetelah salat Subuh, Arini pergi ke kamar El. Seperti janji dengan Brandon, ia akan mencoba bicara dengan kedua buah hatinya. Wanita itu penasaran hal apa yang membuat mereka berubah menjadi dingin kepada Brandon?“El?” panggilnya dari luar kamar setelah mengetuk pintu.“Ya, Mi?” sahut El dari dalam kamar.Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Senyum hangat tergambar dari wajah tampan Elfarehza.“Mami pagi ini cantik banget,” puji El memandangi ibunya.Arini berdecak lalu menyipitkan mata. “Kamu persis kayak Papi. Pintar banget ngerayu Mami.”Tarikan lebar bibir El berangsur menyusut. Dia melangkah lesu ke dalam kamar, lalu duduk di pinggir tempat tidur.Iin juga masuk ke kamar dan duduk di samping putranya. Dia mengusap lembut puncak kepala El sembari menatapnya lekat.“Kamu masih marah ya sama Papi?”Pemuda itu menundukkan kepala dengan pandangan tertuju ke lantai keramik berwarna putih gading.“Nggak boleh gitu, Sayang. Papi larang pakai motor ‘kan demi kebaikan kamu. Papi j
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

BAB 24: Pemikiran yang Dewasa

ElfarehzaEl bersandar lesu di dinding kamar. Sulit untuk bersikap seperti tidak terjadi apa-apa di hadapan Bran. Ingin sekali menanyakan langsung kepada pria itu, tapi diurungkan. Khawatir jika Arini mendengarkan pembicaraan mereka. Apalagi dia berpikir ayahnya tidak akan mau mengatakan yang sejujurnya.Pemuda itu memukul dinding dilapisi wallpaper bermotif kotak campuran warna putih dan abu-abu. Hanya itu satu-satunya cara agar El bisa melepaskan kekesalan yang terasa. Pandangannya beralih ke arah ponsel yang tergeletak di atas kasur. Saat ini ia butuh seseorang untuk berbicara, selain Al.El membuka aplikasi whatsapp dan mencari nama orang yang bisa diajak berbicara. Pencarian berakhir ketika menemukan nama Syifa di daftar kontak. Barangkali gadis itu bisa mendengarkan keluh kesahnya. Hanya dia yang bisa dipercaya. Tidak mungkin bercerita kepada Hariz, karena hari libur sering jalan-jalan dengan keluarganya.Me: Assalamualaikum. Kamu lagi sibuk nggak, Syifa?Pesan berhasil dikirim
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

BAB 25: Selalu Mencintaimu Selamanya

Brandon dan AriniBrandon menyandarkan punggung di kursi mobil sambil sesekali mengurut pelipis. Akhir minggu dia harus pergi lagi ke Poris memastikan persiapan ulang tahun pernikahannya sudah mencapai 100%, sekaligus mengurus beberapa dokumen rumah singgah. Pria itu memberikan alasan ingin melihat-lihat rumah yang akan mereka tinggali nanti. Bersyukur Arini tidak pergi hari ini, katanya ingin istirahat di rumah dulu.Nggak sabar pengin tahu reaksi Iin nanti, bisik Brandon dalam hati sembari tersenyum.Rumah singgah itu didirikan sebagai pembuktian cintanya kepada Arini. Dia hanya ingin melihat sang Istri bisa berbahagia dikelilingi anak-anak, meski tidak lahir dari rahimnya.Perlahan mobil memasuki pekarangan rumah keluarga Harun. Tak lama kemudian, Bran melangkah memasuki rumah setelah turun dari kendaraan.“Gimana, Sayang?” tanya Arini begitu Brandon berada di ruang keluarga.Di sana ada Alyssa. Gadis itu duduk di samping Arini sembari menonton.“Masih lihat-lihat sih, In. Belum ne
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

BAB 26: Kenangan yang Akan Hilang

Arini“In. Lihat kaus kaki yang warna abu-abu motif kotak nggak?” teriak Brandon saat Arini ada di dalam kamar mandi.“Ada di kotak tempat kaus kaki, Bran. Tempat biasa,” sahut Arini meninggikan volume suara agar terdengar oleh Brandon.“Nggak ada.”Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka. Arini muncul di sela pintu dengan kening berkerut.“Nggak ada gimana? Orang aku taruh di situ kok biasanya,” balas Iin masih dengan raut bingung.Dia merapatkan handuk piyama yang dikenakan ketika Bran sedang memandangnya nakal. Iin memutar bola mata sambil mencibir.“Aku mau berangkat kerja, Sayang. Jangan menggoda gitu ah, nanti bisa telat,” kata Brandon pura-pura protes.Langkah Arini berhenti ketika hampir mencapai lemari. Dia memutar tubuh menghadap Bran dengan menyipitkan mata.“Apa hubungannya?” Iin berkacak pinggang sehingga bagian tengah piyama sedikit terbuka.“Tuh ‘kan. Hobi banget sih mancing-mancing.” Brandon menyeringai dengan pandangan mata tidak lepas dari bagian favoritnya.Arin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

BAB 27: Perubahan Arini

Brandon“Ibu ke mana?” tanya Brandon kepada sekretaris Iin. Pria itu sekarang berada di depan ruangan istrinya.Wajah sekretaris Arini tampak tegang. “Ibu … ada meeting dadakan, Pak.”Kepala Brandon bergerak sedikit ke kiri. Matanya menyipit melihat sekretaris tersebut. “Meeting dadakan? Kamu kenapa tidak ikut?” selidiknya curiga.Brandon tahu jadwal istrinya. Arini selalu memberi kabar saat ada meeting dadakan, tapi sekarang tidak ada kabar apa-apa darinya.“I-iya, Pak. Tadi saya sedang ada kerjaan, jadi tidak bisa ikut Ibu.”“Meeting di mana?”“Di … luar, Pak,” sahut perempuan itu gugup.“Sudah lama?”“Sekitar dua jam yang lalu, Pak.”Bran mengangguk pelan. “Saya tunggu di dalam aja.”Tanpa menunggu respons dari sekretaris itu, Brandon beranjak masuk ke ruangan Arini. Dia berusaha meredam rasa penasaran, karena tidak ingin salah berbicara dengan sang Istri nanti. Pria itu memilih duduk di sofa panjang menanti kedatangan Iin.Lima menit kemudian, Bran mengeluarkan ponsel. Tidak ada s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

BAB 28: Melepaskan Tangis

AriniPagi hari Arini menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan rumah sebelum berangkat kerja. Selesai menunaikan salat Subuh, ia sudah bergerak ke dapur membuatkan masakan yang disukai oleh suami, anak-anak dan mertuanya. Wanita itu mulai menuliskan resep makanan kesukaan mereka semua di dalam sebuah buku, karena khawatir jika suatu saat nanti lupa.Brandon hanya bisa mengamati perubahan sikap istrinya sejak kemarin, hingga saat ini ketika berada di dalam mobil. Dia memilih diam dan menunggu hingga Arini mau berbagi cerita.“Nanti siang mau makan di mana, In?” tanya Bran sambil menggenggam jemari istrinya dengan tangan kiri. Pandangannya beralih beberapa detik ke samping kiri, kemudian fokus lagi melihat jalan.“Terserah kamu aja,” jawab Iin singkat.“Makan Tteokbokki mau nggak? Udah lama ‘kan nggak makan masakan Korea,” saran Brandon.“Boleh,” sahut wanita itu singkat.Arini terus memandang sebelah kiri jalan sembari mengingat kosa kata seperti yang dianjurkan oleh dokter. Dia meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

BAB 29: Ke Mana Harus Kucari?

BrandonBrandon mondar-mandir di dalam ruangan Arini. Dia mencoba menghubunginya tidak ada jawaban. Sekretaris juga mengatakan wanita itu sedang ada urusan mendadak tanpa tahu ke mana perginya.“In, kamu ke mana sih?” desah Brandon saat tidak mendapatkan jawaban.Pria itu telah menunggu kedatangan Arini sejak satu jam yang lalu, tepatnya sepuluh menit menjelang makan siang. Hingga saat ini Iin belum juga kembali.Pandangan Bran beredar di seluruh sisi ruangan, termasuk meja kerja Arini untuk mencari petunjuk. Sayang tidak ada satu pun yang didapatkan. Pikiran Brandon mulai ke mana-mana.Nggak mungkin Iin aneh-aneh. Jangan mikir macam-macam deh, sangkal hatinya.Bran menarik napas singkat, lalu mengembuskannya perlahan. Dia menekan tombol tiga dalam wakttu yang lama. Tak lama kemudian, terdengar suara lembut dari seberang sana.“Kenapa, Bran?” sahut Lisa setelah menerima panggilan.“Ma, Iin … ada di rumah nggak?” tanya Brandon hati-hati.“Tidak ada. Bukannya sedang bekerja?” jawab Lisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

BAB 30: Mengenang Masa Lalu

Arini dan BrandonArini menatap nanar langit yang mulai berganti warna. Perlahan biru terang yang dihiasi awan putih berubah menjadi jingga. Pantulan kerlip sinar matahari, kini tak lagi sebanyak pertama ia datang beberapa jam yang lalu.“Gue harus gimana, Bran?” lirihnya kembali terisak.Mata cokelatnya tertutup rapat mencoba merasakan kehadiran Brandon di sampingnya. Bulir bening yang sempat hilang, kini kembali mengalir di pipi.“Maaf gue nggak bisa cerita tentang ini sama lo,” gumamnya lagi dengan dada yang terasa sesak.Iin menangkup kedua telapak tangan di depan wajah masih menangis. Dia melepaskan semua yang terasa di sana sejak tadi. Tak peduli lagi jika mata semakin merah dan bengkak. Hidung juga menampilkan semburat warna tomat di bagian puncak.Beberapa menit kemudian, hatinya kembali tenang. Kelopak mata lebar dengan bulu mata lentik di bagian ujung tertutup sesaat. Ketika terbuka lagi, manik cokelat itu bergerak mengitari sisi pinggir pantai yang didatangi banyak orang un
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status