Semua Bab FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT: Bab 131 - Bab 140

147 Bab

131 Tak Hanya Berdua

"Evan, kamu itu nggak bisa apa ngajak istrimu ke tempat yang lebih proper buat honeymoon?" omel Letta melalui sambungan telepon dan membuat Evan menjauhkan ponselnya dari telinga karena teriakan mamanya."Hana yang mau, Ma. Aku udah nanya, cuma mau stay di kamar apa mau jalan-jalan ke luar? Hana bilang mau jalan-jalan, nggak mau di kamar aja.""Iya, Mama ngerti, tapi kan banyak tempat yang kamarnya bagus, pemandangannya juga bagus. Ke Belitung kek, ke Rajaampat sekalian.""Ciyeee mama inget tempat kaburnya Mama ya.""Evan! Mama serius!"Evan tidak tahu kalau wajah mamanya sudah semerah tomat. Bangka dan Belitung, tempat ia dulu melarikan diri saat dijodohkan dan membekas di ingatan anak-anaknya karena selain Ares yang sering menceritakannya, beberapa kali keluarga mereka pernah ke tempat itu hanya untuk menuntaskan kerinduan mamanya pada kuliner di sana."Kan ke Belitung udah pernah, Ma. Lagian Mama nggak inget ngajak Ayah honeymoon ke tempat yang aneh?"Letta terdiam mendengar balasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

132 Nanti Malam Aku Ambil Kendali

"Asli sih, Van. Orang nggak bakal nyangka lo keturunan Cakrawangsa." Fadil yang baru bangun kemudian menyusul rombongan mereka makan di warteg yang ada di depan Pelabuhan Paku menatap atasan sekaligus sahabatnya sambil menggeleng-gelengkan kepala."Saya juga bingung, kok Mbak Hana mau diajak Pak Evan honeymoon ke tempat begini? Kalo saya mah, minta ke Maldives, Paris, Yunani—""Mimpi lo ketinggian, Sel," potong Ndaru agar salah seorang stafnya yang bernama Selly itu kembali memijak bumi."Mimpi memang harus tinggi, Pak," balas Selly tidak mau kalah. "Kalo mimpi doang rendah, mending nggak usah mimpi.""Debat aja teruuuus." Fadil memilih masuk lebih dalam untuk mencari sang pemilik warung.Mengabaikan dua sahabat dan dua stafnya yang berjarak tidak jauh dengannya, Evan yang sudah menyelesaikan sarapannya mulai mengusapi punggung Hana, entah apa tujuannya, ia hanya ingin."Nanti kita nyeberang sekitar satu jam. Ya ... tergantung arus sih sebenernya, tapi nggak terlalu lama kok nyeberang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

133 Just Close Your Eyes

"Seriously, Mas?"Hana tidak terlalu peduli kemewahan, ia bahkan sering menghabiskan libur sekolahnya dulu dengan menginap di Panti Asuhan Welas Asih yang dikelola Bu Ida, tidur berdempet dengan teman-teman atau adik-adik di panti. Tapi melihat apa yang ada di depannya, ia tidak bisa untuk tidak tercengang. Rumah panggung dengan dua pintu di depan teras. Artinya ada dua kamar di situ.Rumah panggung itu lah yang akan mereka tempati untuk menginap. Tidak kumuh, tapi ... rumah panggung? Kenapa Evan tidak sekalian gelar tenda di tepi pantai, rasanya itu lebih romantis."Kamu khawatir apa sih? Belum pernah coba nginep di rumah panggung kan?""Kuat, Mas?" Entah kenapa pikirannya ke mana-mana, seakan rumah panggung itu akan roboh kalau ia dan Evan beraktivitas di atasnya.Evan yang bisa memperkirakan ke mana arah pikiran Hana, lantas terbahak. "Aku bukan Edward Cullen, Han. Nggak akan ambruk juga rumah panggungnya mau aku nggarap kamu berapa ronde pun."Hana menutup kupingnya, memilih menai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

134 Aku Nyaman Ada di Duniamu

"Lo kepikiran apa sih, Van, ngajak istri lo ke pulau yang sepi gini?" tanya Ndaru.Pagi itu, kamar Evan dan Hana diketuk dengan hebohnya. Siapa lagi kalau bukan ulah dari Ndaru dan Fadil. Selly dan Novi yang duduk di bale-bale warung hanya menatap tingkah kedua orang senior mereka dengan tatapan prihatin. Entah semarah apa bos besar mereka karena sepagi itu mereka sudah mengganggu acara honeymoon-nya.Sambil menunggu sarapan siap, mereka semua menuju ke pesisir Pantai Sepanjang, termasuk Evan dan Hana yang baru saja bangun dan membersihkan diri seadanya sebelum mengikuti keempat orang lainnya menelusuri garis bibir pantai.Saat Hana sedang sibuk dengan Selly dan Novi untuk berfoto, saat itu lah Ndaru punya kesempatan untuk berbicara serius dengan Evan."Emang parah banget ya kondisi di sini sampe lo ngomong begitu?"Ndaru menghela napas, menunjukkan betapa hopeless-nya ia akan pemikiran sahabat sekaligus atasannya itu. "Buat liburan biasa masih ok lah. Buat seru-seruan sama temen, tem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

135 Good Night, Sayang, Sayang, dan Sayangku

"Beneran kamu siap? Ini belum lama dari kejadian waktu itu. Aku nggak maksa buat cepet-cepet kok," ucap Evan yang masih belum membuka central lock mobilnya.Keduanya berada di area parkir rumah sakit ibu dan anak.Hana mengangguk. "Aku juga harus ngecek kondisiku kan. Takutnya memang rahimku lemah atau apa. Tau lebih cepet kan lebih baik.""Jadi mau promil atau mau periksa kondisimu aja?""Dua-duanya, Mas. Kok jadi kamu yang gelisah sih?"Evan hanya bisa menghela napas pasrah. Tidak tahukah Hana betapa khawatirnya ia kalau saja hasil pemeriksaan mengecewakan dan membuat Hana banyak pikiran hingga harus bergantung lagi pada antidepresannya?"Janji ya, apapun hasilnya jangan sampe bikin kamu banyak pikiran. Kita lewatin bareng-bareng.""Iyaaa." Hana mengusapi rahang tegas Evan. Sepertinya bagian itulah yang ketika diusapnya selalu berhasil menenangkan Evan.***"Bi, Evan sama Hana mana?" tanya Letta yang baru saja memasuki rumah mereka dan disambut Bi Lastri yang sedang membersihkan tera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

136 Extra Part 1 (Kelemahan Vio)

Azka menatap layar ponselnya dengan gamang. Sejak mamanya mengetahui tentang kepergian Hana dari apartemen milik keluarga Cakrawangsa, tiga kali sehari—sudah seperti minum obat—mamanya mengingatkan dirinya untuk mencari tahu keberadaan Hana, bagaimana pun caranya."Telepon Vio nggak ya?" gumam Azka.Azka tentu saja mengenal Vio yang sudah bersahabat dengan Hana sejak SMP. Tapi seingatnya, ia belum pernah sekali pun menghubungi Vio, meskipun nomor ponsel Vio telah ada dalam ponselnya, entah sejak kapan. Sepertinya sejak ia kuliah dan jadi lebih sibuk hingga tidak bisa sering menemui Hana.Ah sudahlah, ia benar-benar tidak punya pilihan lain kan?"Halo," sapa Vio dari seberang sambungan telepon.Azka mengangguk-angguk, senang karena teleponnya dijawab dalam hitungan detik."Halo, Vio. Aku Azka, kakak sepupunya Evan, inget?""Oh, iya iya, Mas. Ada nama Mas Azka kok di hpku. Kenapa, Mas? Eh tapi, sorry, Mas Azka. Aku masuk ruang sidang bentar lagi. Mas Azka whatsapp aku aja ya, nanti aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

137 Extra Part 2 (Wanita Sukanya Mempersulit)

Suara ketukan di pintu ruang meeting membuat Vio sedikit terdistraksi dari rapatnya dengan dua orang junior pengacara yang sedang menyusun pledoi sebuah kasus."Mbak, ini kopi yang Mbak Vio pesen udah dateng." Resepsionis yang bekerja jauh sebelum Vio masuk ke Law Firm Rionald & Partners masuk sambil membawa paper bag berisikan beberapa cup kopi."Kok Mbak Achi yang nganter? OB nggak ada?" Vio sungguh merasa tidak enak karena mengantar pesanan bukanlah tugas resepsionis. Yang Vio tidak tahu, sebenarnya bukan hanya itu tujuan Achi rela mengantarkan kopi pesanan Vio hingga ke ruang meeting.Achi menahan senyumannya. "Sebenernya sekalian ngasih tau sih, Mbak. Ada yang mau ketemu sama Mbak Vio. Tapi katanya mau nunggu aja di ruang tunggu sampe Mbak Vio selesai, urusan pribadi katanya, nggak enak mau ganggu Mbak Vio."Vio mendesis kesal. Mantannya yang mana lagi kali ini?"Biarin aja, Mbak, kalo gitu. Orangnya bilang mau nunggu kan? Paling kalo bosen juga pulang.""Ganteng lo, Mbak. Nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

138 Extra Part 3 (Debat)

Azka memandang Vio takjub. Baru kali ini egonya disentil seorang wanita, oh ralat, seorang bocah yang dulu pernah ditraktirnya es krim waktu ia menangis meraung-raung di kamar Hana gara-gara putus cinta. "Gimana cara aku buktiin kalo aku bukan penyuka sesama jenis?""Hah? Nggak perlu dibuktiin juga sih. Kan nggak ada hubungannya sama aku.""Terus kenapa kamu bisa tiba-tiba menyimpulkan seperti itu?""Ya kan Mas yang bilang kalo wanita selalu merepotkan, barangkali Mas mau pindah orientasi, kalo menurut Mas lelaki lebih nggak merepotkan.""Dalam kasus kamu tadi yang bilang aku penyuka sesama jenis, aku bisa nuntut kamu nggak? Pencemaran nama baik atau perbuatan tidak menyenangkan mungkin?""Santai, Mas. Bukannya semakin menggebu-gebu semakin kelihatan kalau—" Vio lantas membungkam mulutnya karena Azka memajukan wajahnya hingga hanya berjarak sejengkal di depannya. 'Jantung, please, be calm!'"Aku normal, Vio."Siapa pun itu! Tolong! Vio benar-benar ingin menjerit. Tapi alih-alih menjer
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

139 Extra Bab 4 (Mamaku Ingin Bertemu)

"Ma, Pa, aku nggak sarapan di rumah ya." Azka bergegas merapikan barangnya ke dalam tas ransel sambil berpamitan pada kedua orang tuanya yang sedang duduk menyantap sarapan."Ke mana, Ka? Pagi banget?""Jemput Vio, Ma. Semalem dia kuanter pulang, pagi ini dia naik apa kalo mobilnya di kantor?"Rimbi terbengong mendengar jawaban Azka. Sementara Ferdi menahan tawanya."Demi dapet alamat Hana. Pergi dulu Ma, Pa." Azka mencium tangan kedua orang tuanya lantas berlalu pergi.Setelah Azka hilang dari pandangan mereka, barulah Ferdi berani meledakkan tawanya. "Udah, kamu aja yang turun tangan. Nungguin hasil dari Azka pasti lama.""Emangnya Azka ...?" Rimbi menatap suaminya dengan bingung."Kali ini Azka dapet lawan yang sepadan, kayaknya kamu yang mesti turun tangan."***Azka melajukan mobilnya ke sebuah perumahan elit. Jelas Azka tahu di mana Vio tinggal karena sudah beberapa kali mengantar Hana ke rumah itu, dan malam sebelumnya pun ia mengantar Vio sampai depan gerbang rumahnya. Akan te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

140 Extra Part 5 (Pertemuan)

Vio mengerjap pelan, diiringi dengan suara terkikik pelan dari resepsionis yang mendengarkan ucapan Azka yang hanya berjarak tidak lebih lima meter darinya."Hmm ... Mas, bukannya aku sok sibuk. Tapi aku ngecek jadwalku dulu ya—"'Dan kesiapanku.' batin Vio. Andai ia bisa mengutarakannya. Tapi tidak lama kemudian ia sadar kalau Azka dan mamanya berurusan dengannya hanya demi Hana, tidak ada niat lain. Ia hampir tertawa kalau tidak ingat Azka masih berada di depannya."Ya udah, jangan dipaksain kalo gitu, nanti aku whatsapp lagi ya, kamu bisa atau nggak-nya."Vio mengangguk mengiakan. Sebenarnya ia lebih senang ditelepon, paling tidak ia bisa mendengar suara berat Azka, tapi tidak mungkin diungkapkannya kan."Aku ... berangkat kerja dulu ya."Kali ini suara terkikik Achi semakin keras dan baru berhenti setelah Vio memelototinya."Mbak Vio kayak lagi main rumah-rumahan deh."Kalau saja wanita itu tidak lebih tua dari Vio, mungkin Vio akan memarahinya habis-habisan. "Main rumah-rumahan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status