Semua Bab FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT: Bab 121 - Bab 130

147 Bab

121 Penjelasan

"Beneran kamu harus pergi?""Kan udah kita omongin beberapa hari ini sambil nunggu visa-ku jadi.""Kalo aku kangen kamu gimana?"Hana menatap Evan tanpa berkedip seakan sedang merekam gambaran wajah suaminya di memorinya. Ia tidak tahu dan tidak mengatakan berapa lama akan berada di Belanda. Yang jelas, ia tidak mau kembali dengan pikiran dan perasaannya yang masih belum rapi."Aku boleh nelepon kamu kan?""Boleh, tapi jangan terlalu sering. Ntar aku nggak bisa fokus nata hati sama pikiranku." Kalau boleh jujur, Hana juga tidak ingin pergi sejauh itu. Tapi itu satu-satunya tempat yang membuatnya tidak melihat keberadaan Evan agar ia bisa berpikir jernih.Lagipula akan lebih mudah mendapat izin dari mertuanya (yang lebih seperti orang tuanya) kalau ia berkata ingin mengunjungi tantenya, daripada ia pergi ke tempat yang tidak ada sanak saudara di sana."Jangan lama-lama ya."Hana hanya tersenyum tipis. Ia tidak bisa menjanjikan hal itu.Melihat sesaat lagi mereka akan tiba di bandara, E
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

122 Lost Contact

-Seminggu setelah Hana ke Belanda-"Kenapa, Van?" tanya Ares saat melihat anaknya yang melamun di gazebo rumahnya.Sudah seminggu ini Evan menginap di rumah orang tuanya karena tidak sanggup merasakan sepi berada di rumahnya sendiri, dan sejak ia mulai menginap di sana, kamar lama Hana lah yang dijadikannya tempat tidur setiap hari."Nggak apa-apa, Yah.""Hana nggak bisa dihubungi?"Evan melirik ayahnya dengan bingung, bagaimana ayahnya bisa tahu apa yang mengganggu pikirannya."Cewek kalo bilang lagi pengen sendiri sampe kabur jauh ya memang begitu. Cari cara lain dong. Jangan pasrah aja. Dulu waktu mamamu pergi, Ayah sampe ngirim orang buat ngawasin di sana, bahkan ngirim Dian buat nyusul ke Belitung.""Dian? Tante Dian? Tantenya Hana?""Iya, dia sahabat Ayah yang juga udah dikenal mamamu, jadi Ayah pikir bakal lebih gampang jaga Mama kalo ada Dian.""Emang ayah sahabatan berapa orang sih? Kok semuanya ada hubungannya sama Hana?"Ares mendesah pelan. Dia sudah berulang kali mencerit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

123 Closure

"Evan, aku perlu bicara."Ribka bergegas berlari mengejar Melinda. "Bu, maaf Pak Evan tidak berkenan bertemu ibu."Melinda melirik tajam ke arah Ribka, dan menyentak tangan Ribka yang semula memegang pergelangan tangannya."Evan, please," rengek Melinda."Nggak ada yang mau kuomongin sama kamu," jawab Evan dingin."Van, cari tempat aja deh, nggak enak dilihatin orang." Azka mengedarkan pandangan ke sekitar. Beberapa karyawan yang hendak keluar kantor untuk makan siang atau karyawan yang baru kembali dari meeting menatap mereka dengan penuh minat."Nggak perlu, Mas. Nggak ada yang perlu diomongin kok.""Mas Azka, please, Mas. Aku perlu ngomong, masalah perusahaanku, aku janji nggak ada hubungannya sama perasaanku.""Udah lah, Van. Kita bener-bener jadi pusat perhatian. Aku nggak bakal ninggalin kalian, kalo kamu khawatir Hana salah paham."Evan menghela napas kasar. "Rib, cari tempat di coffee shop biasa, yang agak jauh dari orang-orang."Ribka mengangguk dan bergegas berjalan cepat, l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

124 Ujian

"Han.""Iya, Tante?""Kamu masih nggak ngehubungin Evan?" tanya Dian dengan gelisah.Ini pertama kalinya Hana datang ke Belanda. Tentu saja Dian sangat senang, tapi bukan seperti ini situasi yang diharapkan Dian. Ia lebih senang kalau Hana datang berdua bersama Evan, untuk liburan atau sekadar menjenguknya, bukan dalam rangka pelarian diri Hana dari masalah rumah tangganya."Kan hpku rusak, Tan.""Kamu bisa pake hp Tante." Dian menyodorkan ponselnya. "Ada nomor Evan kok di situ."Hana menggeleng. "Nggak usah, Tante. Tante pernah denger nggak ada yang bilang, 'Let that man miss you for a while'?""Kamu ini." Dian menepuk lengan Hana pelan. "Tapi udah dua minggu loh, Han. Dia pasti udah nggak tahan kangennya sama kamu. Kalo Evan stres gimana?""Nggak lah, Tan. Orang bertahun-tahun dia benci sama aku, kadang nganggep aku nggak ada, masa ditinggal dua minggu stres.""Itu kan waktu dia belum cinta sama kamu. Lagian Tante yakin kamu juga tersiksa di sini karena jauh dari dia. Sebenernya per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

125 Pursue Her

Hana dan tantenya tengah mengobrol di dapur saat bel pintu rumah itu berbunyi nyaring.Dian hendak berdiri, meski dengan susah payah, sebelum Hana melarangnya."Tante duduk aja. Biar aku yang buka pintu.""Kalo tamunya pake bahasa Belanda emangnya kamu bisa?""Ya aku ajak ngomong bahasa Inggris," jawab Hana sambil terkekeh.Hana benar-benar tidak tega melihat tantenya banyak bergerak. Seminggu yang lalu, Dian jatuh dari tangga, menyebabkan tulang kakinya retak. Ia bahkan harus berjalan menggunakan crutch selama seminggu terakhir.Hana membuka pintu depan rumah tantenya, benar-benar berharap tamu tantenya bisa menggunakan bahasa inggris untuk berkomunikasi.Sedetik setelah membuka pintu, Hana membeku di tempat. Matanya mengerjap beberapa kali seolah sedang meyakinkan dirinya.Lelaki di depannya tidak bicara sepatah kata pun, hanya menyampaikan kata-katanya melalui tatapan yang belum pernah dilihat Hana. Tatapan lega, bahagia, sedih, kecewa, marah, frustasi, seakan bercampur jadi satu d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

126 Dia yang Berhasil Menjungkirbalikkan Dunianya

"Gimana Evan, Han?"Dian sedang makan malam bersama suaminya di ruang makan, sementara Yanuar masih belum kembali ke rumah karena ada janji dengan temannya."Demamnya masih tinggi, Tante," jawab Hana sambil menuang air dari kran ke dalam wadah dan menyiapkan handuk kecil untuk mengompres Evan. "Maaf ya, Om, Evan masih tidur, nanti kalo udah bangun biar langsung nemuin Om.""Besok aja, Han. Biar Evan istirahat dulu. Kamu udah makan? Jangan lupa makan kamunya.""Gampang, Om. Nanti aku tinggal manasin makanan di microwave aja.""Kalo Evan udah bangun, langsung disuruh makan, Han. Mesti dipaksain. Obat penurun demamnya ada di kotak obat di deket tangga ya." Kali ini Dian yang ikut khawatir karena bagaimanapun juga Evan adalah anak sahabatnya sekaligus suami keponakannya."Iya. Aku balik ke kamar dulu ya, Om, Tan." Setelah berpamitan pada om dan tantenya, Hana kembali ke kamar di mana Evan sedang tergeletak tidak berdaya karena demam yang menyerangnya.Dengan perlahan, Hana menempelkan han
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

127 Talking

Hana bergerak gelisah, sepertinya alarm tubuhnya mengatakan untuk segera bangun, sementara ia masih ingin memejamkan mata karena akhirnya bisa tidur dengan nyenyak setelah sekian lama.Setelah beberapa detik mencoba membuka mata, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sang suami yang sedang menatapnya intens. Hana memutar bola matanya, mencoba mengalihkan tatapannya dari sepasang iris brunette yang seperti sedang mengulitinya.Daripada terus terkungkung dalam suasana itu, Hana mencoba duduk, tapi tangan Evan sudah lebih dulu menariknya kembali ke dalam pelukan lelaki itu."Mau ke mana?"Alih-alih menjawab, Hana melemparkan pertanyaan balasan. "Sekarang jam berapa?""Kenapa? Kamu mau berangkat ke kantor? Kamu udah punya kerjaan di sini, makanya kamu nggak balik-balik ke Indonesia, iya?""Boleh emangnya? Ada perusahaan ekspor impor yang lagi butuh sekretaris yang bisa bahasa Indonesia, buat memperlancar kalo ada urusan sama pihak custom, mungkin aku bisa ngelamar ke perusahaan itu."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

128 Thank You for Everything You Did

"Welcome back, Nyonya Cakrawangsa."Bukannya senang, Hana justru berdecak kesal.Ini hari pertamanya kembali bekerja, setelah dua hari beristirahat pasca kepulangannya dari Belanda.Ada perasaan yang asing sekaligus familiar, yang dirasakannya saat menginjakkan kaki lagi di kantor itu.Evan berhenti sebentar, sebelum ia melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya sendiri. Ia berbalik pada istrinya sambil terlihat berpikir. "Apa nggak mendingan meja kerjamu dipindah ke dalem ruanganku?""Nggak ah," jawab Hana sambil menggeleng tegas. "Masa 24 jam kita barengan.""Ya nggak apa-apa kan. Atau kamu sebenernya takut kalo kita nggak bakal kerja di dalem ruangan?"Hana membelalakkan matanya, tidak sadarkah Evan kalau masih ada Ribka di dekat mereka? Belum lagi kalau ada karyawan lain yang tiba-tiba melintas untuk photocopy atau ke pantry. "Pak Evan, sudah pukul sembilan. Sebaiknya kita mulai bekerja."Evan terkekeh geli mendengar Hana berbicara resmi dengannya. "Satu jam lagi ke ruangan ya."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

130 Menerobos Dinding Pembatas

"Mas." Hana menimbang-nimbang dengan gelisah. Apa perlu ia mengatakannya? Atau melewatkannya begitu saja? Tapi ia merasa tidak sanggup untuk melewatkannya begitu saja. Bagaimana pun ia sudah melakukan kegiatan ini belasan tahun."Kenapa?""Hmm ... nggak jadi.""Beneran nih? Kalo udah nyampe rumah, kemungkinanmu ngomong bakal lebih kecil. Banyak yang mesti kita lakukan kan?""Like what?""Kamu lupa kalo kita mesti nyiapin makan malam sendiri? Bibi kan lagi dipinjem Tante Rimbi, si Sulis bisa-bisanya mendadak izin pulang kampung."Setelah menimbang sesaat, sepertinya ia memang harus mengatakannya. Suaminya pasti akan mengerti. Harusnya."Mas, kalo kita sekalian mampir supermarket bentar, capek nggak, Mas?""Nggak lah. Aku udah tau gayamu belanja. Lihat, pilih, ambil, bayar. Nggak kayak cewek-cewek lain yang lihat, muter, lihat, muter, milih, muter, nggak jadi, milih lagi, muter lagi, milih lagi, baru bayar."Hana mendelik ke arah Evan. "Cewek mana ini yang kamu omongin?""Eh? Rata-rata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

129 Everything Happens for A Reason

"Han, lo dateng ke reuni akbar SMA kita nggak?"Suara berat Vio yang terdengar memalui sambungan telepon itu berhasil mengganggu pagi hari Hana. Hana yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya berusaha membebaskan diri dari belitan tangan Evan di perutnya."Masih pagi, Viooo. Astaga!" pekik Hana kesal setelah menutup pintu kamarnya, meninggalkan Evan yang masih tertidur pulas setelah olahraga pagi mereka.Dari ujung sambungan telepon terdengar gelak tawa dari Vio. "Abis nganu lo ya? Makanya ngomel-ngomel gue ganggu."Hana mendengus kesal. "Nggak Ribka, nggak lo, sekarang bahan ledekannya nggak jauh-jauh dari itu ya. Nasib, sahabatan sama yang masih jomblo.""Sialan! Eh tapi gue beneran deh, Han. Lo dateng nggak?""Ini reuni lima angkatan termasuk angkatannya Evan kan? Menurut lo ada kemungkinan suami gue nggak dateng dengan status dia dulu sebagai ketua ekskul pencinta alam di sekolah? Kalo dia dateng, ya gue dateng lah. Kan udah sepaket.""Gosh! Lo ketempelan setan Belanda apa gimana s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status