Home / Horor / Bayangan Dibalik Cermin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bayangan Dibalik Cermin: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Tanda-Tanda Kutukan

Keesokan harinya, Rani, Mira, dan Andi kembali ke rumah masing-masing, tetapi rasa gelisah terus membayangi mereka. Seperti yang dijanjikan, Rani mulai mencari tahu tentang dukun atau orang pintar yang bisa membantu mereka. Namun, setiap malam sejak pertemuan terakhir dengan makhluk itu, mereka diganggu oleh mimpi buruk yang sama.Rani membuka mata dengan tubuh penuh keringat di malam hari, rasa sesak masih mencekam dadanya. "Ya Tuhan… kapan semua ini akan berakhir?" gumamnya sambil mengatur napas.Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di jendela kamarnya. Ketukan itu terdengar tidak biasa—lambat, namun penuh tekanan. Dengan perasaan ragu, Rani berjalan mendekati jendela, berharap itu hanya angin atau suara biasa.Namun, ketika dia mengintip melalui celah jendela, dia melihat wajah yang pucat dengan mata yang tampak seperti lubang kosong menatap langsung ke arahnya dari balik kaca. Wajah itu terlihat seperti wajah seseorang yang telah lama mati, kulitnya pucat
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Teror di Tengah Malam

Setelah ritual di rumah Dukun Ratna, Rani, Andi, dan Mira merasa sedikit lega. Namun, rasa takut yang dalam tidak sepenuhnya hilang. Bayangan yang pernah mereka lihat, bisikan yang terdengar, dan tatapan tajam makhluk itu masih menghantui pikiran mereka. Mereka berharap mimpi buruk ini telah berakhir, namun ternyata mereka salah besar.Malam itu, Rani duduk di ruang tamunya, menatap jendela yang gelap. Angin bertiup kencang di luar, membawa suara-suara aneh dari pepohonan yang bergoyang. Waktu menunjukkan pukul dua pagi, tapi Rani tidak bisa tidur. Hatinya masih gelisah, dan matanya seolah tidak mau terpejam. Hawa dingin menyelimuti ruangan, membuatnya semakin tak nyaman.Sementara itu, di rumahnya, Andi merasakan hal yang sama. Suara-suara aneh mulai terdengar dari dinding kamar, seperti ketukan dan bisikan yang samar namun mengerikan. Andi menyalakan lampu kamar dan duduk di sudut ruangan, tubuhnya gemetar. Dia mulai merasa seolah-olah ada sesuatu yang menatapnya dari bayang-bayang.
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Bayang-Bayang Teror

Suara lonceng gereja di kejauhan membangunkan Andi. Tubuhnya berkeringat dingin, dan napasnya masih terengah-engah. Dia mencoba meredakan degup jantungnya sambil berusaha mengingat mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Namun, dia sadar bahwa itu bukan hanya mimpi; teror yang dialami semalam terasa sangat nyata. Bahkan ketika ia membuka mata, ruangan masih terasa dingin dan gelap.Di ujung kamar, bayangan hitam samar-samar terlihat bergerak, melintasi jendela. Andi mencoba mengabaikan dan merasionalisasi apa yang dilihatnya, tetapi kakinya bergetar, tubuhnya tak mampu berdiri.Ponselnya bergetar di atas meja samping, memancarkan sedikit cahaya yang menerangi ruangan. Itu pesan dari Mira."Mira? Jam segini?" Andi bergumam, membuka ponselnya dengan tangan yang gemetar.Mira: "Andi, kamu baik-baik saja? Aku nggak bisa tidur. Ada suara di luar rumahku."Andi membaca pesan itu dengan panik, merasa ada sesuatu yang tidak beres.Andi: "
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Antara Hidup dan Mati

Pagi yang seharusnya terang terasa kelam dan suram di sekitar rumah Dukun Ratna. Andi, Rani, dan Mira masih tergeletak di lantai ruang ritual, tubuh mereka menggigil setelah berhasil keluar dari kegelapan yang nyaris menelan mereka semalam. Matahari tampak samar tertutup kabut tebal, memberikan perasaan seolah hari itu pun enggan menyinari mereka. Andi merasakan berat di dadanya, seperti ada yang masih menghantui jiwanya. Ia mencoba mengingat detik-detik terakhir sebelum mereka pingsan, namun semuanya kabur. Hanya satu yang dia ingat: tawa sosok itu, menggema seakan tertanam di dalam pikirannya. Mira perlahan membuka matanya dan berusaha bangkit. "Apa yang barusan terjadi, Andi? Apa kita masih hidup?" Andi tidak langsung menjawab. Ia memegang pundak Mira, mencoba memberikan ketenangan meski dia sendiri pun ketakutan. "Aku... tidak tahu. Tapi yang pasti, kita harus keluar dari rumah ini." Rani, yang berdiri dengan wajah pucat, mengangguk setuju. "Benar. Rumah ini penuh dengan ha
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Dalam Jeratan Dunia Lain

Lorong-lorong gelap di sekitar Andi, Rani, dan Mira tampak semakin menyempit, seolah-olah rumah tua itu berubah bentuk untuk menjebak mereka di dalamnya. Bayangan-bayangan samar terus bergerak di sisi-sisi dinding, menampilkan wajah-wajah pucat dengan mata kosong yang mengikuti setiap langkah mereka."Kita harus bergerak cepat," bisik Andi, meskipun suaranya sendiri bergetar ketakutan. "Jika kita berhenti, mereka akan semakin mendekat."Rani mengangguk lemah, sementara Mira, yang masih terhuyung-huyung, mencoba menguatkan diri. "Aku... aku tidak yakin bisa melangkah lebih jauh. Rasanya seperti ada yang menghisap energi kita di sini."Suara-suara bisikan terdengar lagi di telinga mereka, bisikan halus yang menyebut nama mereka dengan nada mengerikan. Andi berusaha menutup telinganya, namun bisikan itu semakin keras, semakin nyata."Apa kalian mendengar itu?" bisik Mira, matanya mulai berkaca-kaca."Ya... sepertinya mereka tahu nama kita," jawab Rani sambil menggigil. "Bagaimana mungkin
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Teror di Tengah Kegelapan

Ketika mereka terus berpegangan erat dalam lingkaran cahaya samar itu, napas Andi, Rani, dan Mira semakin berat. Aura dingin masih menyelimuti ruangan, namun cahaya yang muncul dari atas seolah memberikan sedikit kelegaan bagi mereka. Meski begitu, kegelapan di sekitar tetap terasa hidup, berdenyut, dan mengelilingi mereka seperti makhluk yang lapar.Andi meremas tangan Rani dan Mira dengan kuat. “Kita harus keluar dari sini. Aku… aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi kita tidak bisa bertahan lebih lama lagi.”Rani mengangguk dengan wajah pucat. “Tapi bagaimana, Andi? Setiap kali kita melangkah, sesuatu selalu menghalangi kita. Rumah ini seperti tidak mau kita pergi…”Suara berat tiba-tiba menggema di seluruh ruangan, membuat mereka bertiga terpaku. “Memang tidak ada jalan keluar bagi mereka yang telah memasuki wilayah ini…”Mira melangkah mundur dengan ngeri. “Siapa itu? Siapa yang berbicara?”Di tengah-tengah kegelapan, sosok tinggi dengan jubah hitam perlahan muncul. Wajahnya ters
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Balik Bayangan

Andi, Rani, dan Mira berlari sekuat tenaga, menyusuri lorong panjang yang tak berujung. Suara tawa menyeramkan masih terdengar di kejauhan, seperti gema yang tak pernah berhenti mengejar mereka. Setiap langkah terasa seperti pertarungan melawan kegelapan yang hidup dan terus mencoba menjebak mereka di dalam bayangannya.“Andi, kita akan ke mana?” tanya Rani dengan napas tersengal-sengal. Dia memegang tangan Andi erat-erat, tak ingin berpisah walau hanya sejengkal.“Ke mana saja! Asal jauh dari sini!” jawab Andi panik sambil memandang ke belakang, memastikan tak ada yang mengejar.Mira berusaha keras menahan tangisnya. “Tapi kenapa lorong ini tidak pernah berakhir? Kita terus lari, tapi masih saja di tempat yang sama!”Suara tawa itu semakin keras, seperti berada tepat di belakang mereka. Tiba-tiba, di ujung lorong, muncul sosok bayangan gelap yang berdiri mematung. Sosok itu perlahan mendekat, wajahnya diselimuti kegelapan yang membuatnya tampak semakin mengerikan.Mira memeluk Andi d
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Jalan Buntu

Ketika bayangan besar di ujung tangga mulai turun, Andi, Rani, dan Mira merasakan ketakutan yang luar biasa. Ruangan bawah tanah yang gelap kini dipenuhi dengan aroma lembab yang semakin menusuk. Setiap napas terasa berat, seolah-olah udara dipenuhi dengan sesuatu yang tak terlihat namun sangat nyata. Andi menarik kedua temannya ke sudut gelap, berharap mereka tak terlihat dari sosok yang sedang menuruni tangga. Dia berbisik dengan suara serak, "Diam di sini... dan jangan buat suara apa pun." Rani menahan napas, tangannya gemetar saat dia berpegangan erat pada lengan Andi. "Apa itu, Andi? Apa yang turun dari tangga itu?" Andi menggeleng, terlalu takut untuk memberikan jawaban pasti. Mereka bertiga memperhatikan bayangan besar itu semakin jelas seiring langkah-langkah beratnya yang mendekat. Setiap langkah terdengar seperti bunyi besi yang menghantam lantai, disertai dengan suara napas dalam dan berat yang menggema di ruangan itu. Mira menutup mulutnya dengan tangan, mencoba men
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bayangan Tak Terduga

Andi, Rani, dan Mira berjalan perlahan di lorong yang tampak tak berujung, masing-masing dari mereka masih merasa was-was dan ketakutan. Derit papan kayu di bawah kaki mereka seakan menambah suasana mencekam yang melingkupi mereka. Setiap langkah terasa berat, seolah-olah rumah ini memiliki kekuatan sendiri yang menarik mereka semakin dalam ke kegelapan.Rani menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Andi dan Mira menoleh padanya."Rani, kenapa kamu berhenti?" tanya Andi, mencoba menahan suaranya agar tetap tenang."Aku merasa... seperti ada yang mengawasi kita," jawab Rani pelan, pandangannya gelisah menatap ke sekeliling.Mira bergidik. "Sejak tadi aku sudah merasa begitu. Rumah ini seperti hidup, Andi. Kita mungkin tidak sendiri."Andi menelan ludah. "Aku tahu, tapi kalau kita berhenti sekarang, kita mungkin tidak akan pernah keluar dari sini."Rani terdiam sejenak, namun akhirnya mengangguk pelan. Mereka bertiga kembali melangkah, menyusuri lorong yang semakin gelap dan sempit. D
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Jerat Desa Terlarang

Andi, Rani, dan Mira terus berjalan menjauh dari rumah angker itu, langkah mereka terseok-seok karena kelelahan. Malam semakin larut, namun bulan purnama yang bersinar terang seakan tidak membantu menenangkan suasana. Jalan setapak yang mereka tempuh sekarang lebih menyerupai jalan pedesaan yang tua, dengan pohon-pohon besar di kiri dan kanan, membentuk kanopi gelap yang melindungi mereka dari cahaya bulan."Apa ini? Kita sudah jauh dari rumah itu, tapi tempat ini masih terasa salah," kata Mira sambil memegangi lengannya yang gemetar. Matanya terus menatap ke arah pepohonan, seolah-olah sesuatu sedang mengintai mereka."Ini bukan hanya perasaan, Mira," sahut Andi dengan suara rendah. "Lihat jalan ini. Tidak ada ujungnya. Tidak peduli seberapa jauh kita berjalan, kita seperti hanya berputar-putar."Rani, yang berjalan di belakang, tiba-tiba berhenti. Ia menggigit bibirnya, tampak berpikir keras. "Aku merasa... kita sudah memasuki tempat yang tidak seharusnya kita masuki. Ini bukan jala
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status