Home / Horor / Bayangan Dibalik Cermin / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bayangan Dibalik Cermin: Chapter 21 - Chapter 30

35 Chapters

Perangkap

Andi, Rani, dan Mira terus berjalan dengan tubuh gemetar dan napas tersengal-sengal. Mereka sudah jauh meninggalkan desa itu, tetapi perasaan aneh seakan terus membuntuti mereka. Udara terasa semakin dingin, dan malam terasa jauh lebih gelap dari sebelumnya. Setiap kali mereka mencoba menenangkan diri, perasaan bahwa mereka masih diawasi semakin kuat."Apa kalian mendengar itu?" bisik Mira dengan suara serak, berhenti sejenak dan menoleh ke belakang.Andi menggeleng, mencoba menyangkal. "Tidak. Jangan berpikir macam-macam. Kita harus fokus, terus jalan."Namun, Rani menatap Andi dengan cemas. "Tapi aku juga merasakannya, Andi. Seolah... ada sesuatu yang mengikuti kita. Seperti bayangan yang berusaha mendekat setiap kali kita berpaling."Andi menelan ludah dan mempercepat langkahnya, mencoba mengabaikan apa pun yang mungkin masih ada di balik pepohonan. "Tidak ada apa-apa. Kita harus keluar dari tempat ini. Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya."Baru saja ia mengucapkan itu, ti
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Teror di Balik Batas

Malam itu, ketika mereka berpikir telah berhasil melarikan diri, udara sekitar terasa dingin tak biasa. Meskipun mereka sudah berada di luar hutan, rasa takut masih menghantui. Setiap helaan napas mereka terasa berat, dan samar-samar, angin membawa bisikan asing yang merayap di telinga.Andi, Rani, dan Mira berdiri di bawah cahaya bulan yang tampak suram, menatap ke arah hutan yang baru saja mereka tinggalkan. Semua tampak tenang, tetapi ada perasaan yang seakan-akan menghimpit dada mereka.“Kita... benar-benar sudah keluar, kan?” Mira berbisik dengan nada gemetar, seolah-olah enggan mendengar jawaban.Andi mencoba menenangkan dirinya dan teman-temannya, namun dalam hatinya, dia sendiri merasa belum aman. “Ya. Kita sudah keluar. Hutan itu… tidak akan bisa menggapai kita di sini.”Namun, baru saja Andi selesai berbicara, Rani melihat sesuatu yang membuatnya menahan napas. Di antara pepohonan, terlihat bayangan-bayangan hitam berkerumun, berdiri diam, menatap mereka dari kejauhan. Tatap
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Kegelapan

Andi, Rani, dan Mira saling berpandangan dengan ketakutan yang terpatri di wajah masing-masing. Kegelapan kini benar-benar melingkupi mereka; cahaya dari lilin yang tadi menerangi ritual sudah sepenuhnya padam, meninggalkan hanya sedikit penerangan dari bulan yang tergantung pucat di langit. Bayangan-bayangan hitam yang tadi hanya mengintai dari luar kini bergerak mendekat, mengepung mereka dari segala arah.“Andi, kita harus keluar dari sini! Kita harus keluar sekarang juga!” Rani hampir berteriak, tangannya mencengkeram lengan Andi dengan kuat.“Aku tahu! Tapi... ke mana kita harus pergi?” Andi menjawab, mencoba menenangkan Rani meski dalam hatinya ia merasakan ketakutan yang sama. “Kalau kita lari ke arah hutan, mereka bisa saja mengikuti kita lagi.”Mira melangkah mundur, matanya terus memandangi bayangan-bayangan yang mulai merapat. “Kita tidak bisa tetap di sini! Ini bukan hanya bayangan biasa, Andi. Lihat! Mereka bergerak mendekat!”Bayangan-bayangan itu mulai membentuk sosok y
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Jalan Buntu

Langkah mereka terasa semakin berat. Hawa dingin menjalari tubuh, seolah-olah ada sesuatu yang terus menarik mereka kembali ke tengah hutan. Angin malam berembus, membawa bisikan-bisikan yang tidak bisa mereka pahami, namun mengisi pikiran mereka dengan perasaan takut yang tidak tertahankan.“Andi, kau yakin kita tidak salah jalan?” Mira bertanya dengan suara bergetar, pandangannya mengedar ke sekeliling, mencari tanda-tanda yang bisa menuntun mereka ke jalan keluar.Andi menggeleng pelan. “Aku tidak tahu… Aku benar-benar merasa kita sudah berputar-putar di tempat yang sama.”Rani merapatkan pelukannya ke tubuhnya sendiri, mencoba mengusir dingin yang menggigit. “Tapi kita tidak bisa berhenti di sini. Kalau kita diam, mereka pasti akan datang lagi… Aku tidak tahan lagi.”Suara tawa kecil tiba-tiba terdengar dari kegelapan, membuat mereka semua terkejut. Mereka langsung memandang ke arah suara itu, mata mereka terbelalak melihat sosok kecil yang berdiri di ujung pepohonan.“Siapa itu?”
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Pertaruhan Nyawa

Suasana semakin mencekam. Bayangan hitam semakin rapat mengepung mereka, menekan dari segala sisi. Mereka bisa merasakan hawa dingin yang mengiris sampai ke tulang, seolah-olah mereka sedang berada di ambang kematian. Rasa takut begitu pekat, mencengkeram setiap napas mereka.Andi, Mira, dan Rani berdiri terpaku, tak tahu harus berbuat apa di hadapan sosok perempuan yang menatap mereka dengan mata yang seperti kosong namun memancarkan kekuatan mengerikan."Aku tidak akan memberikan apa pun padamu!" Rani berteriak, suaranya bergetar namun penuh tekad.Perempuan itu tertawa pelan, sinis. "Kau kira punya pilihan? Kalian sudah melanggar batas. Hanya ada satu jalan keluar… dengan mengorbankan salah satu dari kalian."Mira menatap Andi dan Rani dengan mata yang membelalak, air mata menggenang. "Tidak… tidak mungkin. Kita harus bersama keluar dari sini!"Namun Andi, yang mulai kehilangan akal, menatap Rani penuh ketakutan. "Tapi… kalau tidak ada cara lain… mungkin… mungkin kita harus memilih
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Hutan Tanpa Jalan Keluar

Andi dan Mira berdiri kaku di tempat mereka, memandang tanah di mana Rani menghilang. Tak ada bekas, tak ada jejak. Seolah-olah Rani tak pernah ada di sana. Rasa bersalah dan takut mencekam mereka, membuat napas terasa berat."Andi... kita... kita harus pergi dari sini," bisik Mira, suaranya bergetar. Tubuhnya menggigil, entah karena dingin atau ketakutan yang menguasai.Andi, yang biasanya terlihat berani, kini tak mampu berkata apa-apa. Raut wajahnya pucat, bibirnya bergetar, dan sorot matanya kosong. "Bagaimana... bagaimana kita bisa pergi, Mira? Rani... Rani sudah... dia sudah..." kata Andi, suaranya serak menahan emosi."Tapi kita tidak bisa diam di sini!" Mira mengguncang bahu Andi, berusaha menyadarkannya. "Kalau kita tetap di sini, kita mungkin akan mengalami hal yang sama seperti Rani!"Andi hanya menatap Mira dengan tatapan hampa, seolah sudah kehilangan harapan. "Mira... kita tidak tahu ke mana harus pergi. Setiap langkah yang kita ambil selalu membawa kita kembali ke sini.
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Rantai Kengerian

Andi dan Mira, masih terengah-engah, bersandar di sebatang pohon besar di tepi danau. Tubuh mereka basah kuyup dan menggigil, bukan hanya karena dinginnya air, tetapi juga ketakutan yang mencengkram mereka."Apa yang terjadi tadi, Mira? Apa sebenarnya tempat ini?" Andi akhirnya membuka suara, meski suaranya parau dan hampir tak terdengar. Mira menggeleng perlahan, wajahnya pucat. "Aku... aku juga nggak tahu, Andi. Semua ini nggak masuk akal. Kita berenang ke tengah danau, tapi malah muncul makhluk-makhluk itu." "Makhluk? Mereka... mereka seperti mayat hidup." Andi memejamkan matanya sejenak, berusaha menghapus bayangan tangan-tangan dingin yang mencengkeramnya di dalam air. Namun, percakapan mereka terhenti ketika suara tawa pelan mulai terdengar di kejauhan. Tawa itu rendah, teredam, tetapi cukup jelas untuk membuat bulu kuduk mereka berdiri. Andi langsung berdiri, menarik Mira ke sampingnya. "Kau dengar itu, kan?" Mira mengangguk, wajahnya semakin tegang. "Tawa... tawa siapa
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Pengorbanan

Keheningan melingkupi gubuk kecil itu. Andi dan Mira hanya saling menatap dengan napas yang masih tersengal, mencoba mencerna ucapan pria tua di hadapan mereka. Pria itu tidak banyak bergerak, hanya memandangi keduanya dengan mata tajam yang terasa seperti menembus jiwa mereka. "Menyerahkan sesuatu yang paling berharga? Apa maksud Anda?" suara Mira terdengar lirih, nyaris berbisik. Pria tua itu memejamkan matanya sejenak, seperti mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Hutan ini adalah batas antara dunia hidup dan mati. Siapa pun yang masuk tanpa izin harus membayar harga. Dan harga itu tidak murah." Andi bangkit dari duduknya, wajahnya merah penuh amarah. "Kami tidak pernah minta datang ke sini! Kami tersesat! Bagaimana bisa kami disuruh membayar sesuatu yang bahkan tidak kami pahami?!" Pria tua itu tetap tenang. Ia menunjuk Andi dengan tongkat kayunya. "Marah tidak akan mengubah takdirmu, Nak. Kalian sudah melangkah terlalu jauh. Kini pilihan kalian hanya dua: menyerahkan se
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Pengorbanan yang Tertunda

Angin malam semakin menusuk tulang. Andi dan Mira masih duduk di bawah pohon besar, tubuh mereka gemetar. Kejadian barusan masih membekas di pikiran mereka, seolah bayangan makhluk tanpa wajah dan suara raungannya terus menggema di udara. Pria tua itu berdiri tak jauh dari mereka, diam dengan tatapan dingin yang membuat suasana semakin mencekam.“Aku sudah bilang, kalian harus segera membuat keputusan,” kata pria tua itu pelan, tetapi nadanya penuh tekanan. “Semakin lama kalian menunda, semakin banyak arwah yang datang.”Mira memeluk lututnya, air matanya tak terbendung. “Aku nggak bisa, Andi. Aku nggak sanggup. Aku nggak mau mati di sini...”Andi menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya meskipun rasa takut terus menghantui. “Kita pasti bisa menemukan jalan lain. Aku nggak percaya bahwa pengorbanan itu satu-satunya cara. Pasti ada celah di semua ini.”Pria tua itu mendengus pelan, lalu mengetukkan tongkat kayunya ke tanah. “Kalian masih belum mengerti. Hutan ini adalah
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Persekutuan Gelap

Andi dan Mira berjalan perlahan di tengah kabut yang semakin pekat. Hawa dingin menyelimut, dan suara-suara aneh terus terdengar di sekitar mereka. Langkah kaki mereka terasa berat, seolah tanah tempat mereka berpijak menyedot energi mereka. Suara geraman halus mulai terdengar dari kejauhan, membuat mereka berdua saling pandang dengan ketakutan.“Andi... aku nggak bisa. Rasanya... rasanya kakiku berat banget,” ujar Mira, tubuhnya gemetar hebat.Andi berhenti dan menoleh ke Mira. “Aku tahu ini sulit, tapi kita harus terus bergerak. Kalau kita berhenti, mereka akan menemukan kita.”Tiba-tiba terdengar suara tawa pelan, seperti suara anak kecil yang sedang bermain. Suara itu bergema, datang dari berbagai arah. Mira langsung mencengkeram lengan Andi dengan kuat.“Andi... itu suara apa?” bisiknya, suaranya hampir tak terdengar.Andi memandangi sekeliling, berusaha mencari asal suara. Namun, kabut terlalu tebal. “Aku nggak tahu, tapi kita nggak boleh berhenti. Ayo, Mira. Berdiri. Kita harus
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status