All Chapters of Perjalanan Dimensi Waktu Komandan Pasukan Khusus: Chapter 131 - Chapter 140

351 Chapters

Bab 131, Bebaskan Orang Itu.

“Raka Anggara, jangan percaya padanya, langsung saja habisi!” Rustam langsung mengayunkan pisaunya ke leher Bagus Anggara.Bagus Anggara menjerit ketakutan.Dengan cepat, Raka Anggara meraih Rustam dan mendorongnya ke belakang.“Kang Rustam, tenanglah... berikan dia satu kesempatan lagi. Kalau dia tetap tidak jujur, kau boleh habisi dia, aku tak akan menghentikanmu.”“Raka Anggara, apa kau bodoh? Kau mau percaya padanya? Jangan tahan aku, biarkan aku menghabisinya.”Raka Anggara mati-matian menahan Rustam dan berteriak, “Belum mau bicara? Mau mati, ya?”“Aku... aku benar-benar tidak tahu apa-apa soal Tuan racun atau Ular Raja Neraka Hitam! Aku sungguh tidak tahu apa-apa!”Raka Anggara terdiam sejenak.Ia merasa Bagus Anggara mempermainkannya.Rustam berseru dengan marah, “Lihat? Sudah kubilang... dia tidak akan jujur, lebih baik habisi saja, kan?”“Bagus Anggara, kau benar-benar ingin mati?”Raka Anggara berteriak.Bagus Anggara memasang wajah tak berdosa, “Tapi aku benar-benar tidak
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 132, Tidak Memperjuangkan Makanan, Melainkan Harga Diri.

Larasati Kusuma dan anak-anaknya dibawa keluar. Menteri Kiri menatap Raka Anggara dengan dingin, sementara Raka Anggara malah tersenyum cerah kepadanya. Ia tahu, setelah ini, permusuhan antara dirinya dan Menteri Kiri akan semakin jelas terlihat.“Ayah...” Larasati Kusuma memandang Raka Anggara dengan mata penuh kebencian, berniat untuk mengatakan sesuatu. Namun, Perdana Menteri Kiri menghentikannya, “Jika ada sesuatu, bicarakan nanti di rumah.”“Tuan Adiwangsa, saya pamit dulu,” kata Menteri Kiri.“Silakan, Perdana Menteri Kiri!” balas Tuan Adiwangsa.Perdana Menteri Kiri membawa Surapati Anggara pergi. Begitu keluar dari pintu Departemen Pengawas, Perdana Menteri Kiri merendahkan suaranya dan bertanya, “Kalian tidak mengatakan apa pun, kan?”“Tenang saja, Ayah. Kami tidak membocorkan sepatah kata pun.”Perdana Menteri Kiri mengangguk sedikit. “Ingat, selama aku ada, kalian akan tetap aman.”“Ayah, anak itu semakin tidak tahu diri… Aku takut dia akan mengetahui penyebab kematian ibun
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 133, Kalah.

Di dalam ruangan, Putri Kesembilan mengenakan gaun merah, terlihat cerah dan menawan. Putri Kesembilan memang sangat cantik. Kalau hanya bicara soal wajah, dia tidak kalah dari Dasimah... tapi soal bentuk tubuh, perbandingannya dengan Dasimah sangat jauh. Namun, Putri Kesembilan masih muda, masih ada ruang untuk berkembang, masa depannya menjanjikan!Saat ini, Putri Kesembilan berdiri dengan tangan di pinggang, memandang kertas, bambu, dan benda-benda lainnya yang sudah disiapkan di atas meja, alisnya sedikit berkerut. "Ayah benar-benar aneh, aku bisa membuat layangan sendiri, kenapa harus Raka Anggara yang datang membantuku?""Putri, Tuan Raka sudah tiba!" Terdengar suara dayang dari luar pintu."Biarkan dia masuk!"Raka Anggara membuka tirai dan masuk ke dalam."Raka Anggara menyapa Putri Kesembilan!"Putri Kesembilan melihat Raka Anggara, dalam hati dia merasa Raka Anggara tampak lebih tampan daripada saat terakhir kali mereka bertemu. Dengan latihan akhir-akhir ini ditambah asupan
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 133, Kalah.

Di dalam ruangan, Putri Kesembilan mengenakan gaun merah, terlihat cerah dan menawan. Putri Kesembilan memang sangat cantik. Kalau hanya bicara soal wajah, dia tidak kalah dari Dasimah... tapi soal bentuk tubuh, perbandingannya dengan Dasimah sangat jauh. Namun, Putri Kesembilan masih muda, masih ada ruang untuk berkembang, masa depannya menjanjikan!Saat ini, Putri Kesembilan berdiri dengan tangan di pinggang, memandang kertas, bambu, dan benda-benda lainnya yang sudah disiapkan di atas meja, alisnya sedikit berkerut. "Ayah benar-benar aneh, aku bisa membuat layangan sendiri, kenapa harus Raka Anggara yang datang membantuku?""Putri, Tuan Raka sudah tiba!" Terdengar suara dayang dari luar pintu."Biarkan dia masuk!"Raka Anggara membuka tirai dan masuk ke dalam."Raka Anggara menyapa Putri Kesembilan!"Putri Kesembilan melihat Raka Anggara, dalam hati dia merasa Raka Anggara tampak lebih tampan daripada saat terakhir kali mereka bertemu. Dengan latihan akhir-akhir ini ditambah asupan
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 134, Apakah Putriku Begitu Buruk?

Raka Anggara merasa dirinya agak keterlaluan! Dia berjalan mendekat.“Eh... Putri, tadi hamba hanya bercanda. Bagaimana kalau Anda pukul hamba dua kali untuk melampiaskan emosi?”Putri Kesembilan mendengus dan memalingkan wajahnya.Raka Anggara tersenyum pahit. Mengapa dia harus berdebat dengan seorang anak kecil?“Putri, sebenarnya bait terakhir dari puisi tadi adalah... ‘Terbang ke dalam bunga buluh, hingga tak terlihat!’”Putri Kesembilan sama sekali tidak terkesan. “Buruk, sangat buruk... Jelas-jelas kau hanya asal-asalan. Dibandingkan dengan puisi yang kau tulis sebelumnya, ini terlalu jelek!”“Kalau begitu, bagaimana kalau hamba menulis satu puisi lagi untuk Putri?”“Tidak perlu... Pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi!”Raka Anggara tampak tak berdaya. Dia menunduk dan berkata, “Baiklah, hamba undur diri!”Raka Anggara hendak berbalik untuk pergi, tetapi tiba-tiba terdengar suara batuk dari pintu, kemudian tirai terangkat, dan Kaisar Maheswara masuk bersama dengan Kepala Kasim Su
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 135, Pemeriksaan Pasukan.

Makan malam kali ini benar-benar membuat Raka Anggara tidak nyaman.Meskipun hidangan cukup banyak, setiap kali sebuah hidangan dihidangkan, Kasim Subagja harus menusukkan jarum perak ke dalamnya, lalu pengawas makanan harus mencicipinya dulu untuk memastikan aman, kemudian Kasim Subagja mengambil sejumput untuk Kaisar Maheswara.Raka Anggara merasa sedikit iba kepada Kaisar Maheswara. Sepanjang makan, Kaisar bahkan tidak sempat mencicipi hidangan yang masih hangat. Selain itu, makanannya pun campur aduk, dan mungkin selesai makan malah jadi sakit perut. Setiap hidangan tidak boleh dimakan lebih dari tiga suap.Putri Kesembilan dilayani oleh Inem di sisinya. Raka Anggara, dengan sumpit di tangannya, tampak seperti orang bodoh.Karena Kaisar harus memulai setiap hidangan, dan ada begitu banyak hidangan, dia pun bingung hidangan mana yang sudah dicicipi Kaisar dan mana yang belum. Jika salah mengambil, itu bisa dianggap sebagai pelanggaran besar.Sebagai penguasa negeri, hidupnya sebena
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 136, Pertandingan.

Menghadapi seribu prajurit yang kuat dan garang, Raka Anggara sama sekali tidak merasa gentar.Dia melangkah ke depan mereka, satu tangan menekan gagang pedangnya, dan berkata dengan lantang,"Perkenalkan, namaku Raka Anggara, dari Departemen Pengawas dengan pakaian perak, dan saat ini diangkat sebagai Jenderal Utama Utara oleh perintah Kaisar.""Hari ini, aku datang untuk bertemu kalian, berkenalan sedikit... Tidak perlu banyak bicara, aku masih memiliki taruhan yang belum selesai dengan Kapten Dahlan, dan kalian semua bisa menjadi saksinya."Di dalam kamp militer, kemampuan dan kekuatanlah yang berbicara... tidak ada gunanya bertele-tele.Kapten Dahlan sedikit terkejut. Awalnya, dia berpikir Raka Anggara akan sama seperti pejabat sipil lainnya yang dikirim dari atas, banyak bicara dan berbelit-belit, namun ternyata Raka Anggara hanya mengatakan beberapa kalimat dan langsung menuju intinya... Menarik juga!Raka Anggara menatap Dahlan Wiryaguna, "Kapten Dahlan, kita mulai saja?"Dahla
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 137, Jenderal Raka.

Sekelompok orang tiba di lereng belakang kamp militer... dinding batu di sisi selatan menjulang tegak dan curam.Prajurit yang akan beradu kemampuan dengan Raka Anggara tidak terlalu tinggi, namun memiliki tangan dan kaki yang panjang, mirip seperti monyet.Prajurit itu menatap Raka Anggara dan berkata, “Jenderal Raka, kita memanjat tebing ini tanpa bantuan. Siapa yang sampai di puncak dulu, dialah yang menang. Bagaimana?”Raka Anggara tersenyum dan mengangguk.Bahran Wibisono mengernyitkan dahi, terlihat sedikit khawatir, lalu berkata, “Kami akan mendaki dari jalur lain, lalu menjulurkan tali dari atas... kalian ikat di pinggang, jadi kalau terpeleset, tidak akan ada yang terluka parah.”Prajurit itu jelas sangat percaya diri dengan kemampuan memanjatnya, lalu memandang Raka Anggara.Raka Anggara tersenyum tipis, berpikir bahwa jika dia tidak menunjukkan keunggulan dalam hal kemampuan segala aspek, bagaimana mungkin dia bisa memimpin prajurit-prajurit ini di masa depan?“Tidak perlu,
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 138, Pemberangkatan.

Saat Raka Anggara terbangun, langit di luar sudah gelap.“Aku tidur berapa lama?”“Kang Raka sudah tidur selama dua jam.”Raka Anggara merasa sedikit kasihan. “Kakimu pasti kesemutan karena kutindih, ya? Lain kali saat aku tertidur, taruh saja bantal di bawahku.”Sambil berbicara, ia duduk dan mulai memijat kaki Dasimah dengan lembut.“Hm?” Raka Anggara tiba-tiba tersenyum nakal. “Basah begini?”Wajah Dasimah memerah, dan dengan suara manja ia berkata, “Itu air liur Kang Raka.”Raka Anggara, “terdiam???”“Ah… pantas saja aku bermimpi tentang abalone.”Dasimah tampak bingung, tidak mengerti maksudnya.“Kang Raka pasti lapar, kan? Hidangan tadi sudah dingin. Aku akan meminta mereka membuatkan yang baru untukmu.”Raka Anggara mengangguk.Setelah kenyang dan puas, Dasimah membantu Raka Anggara mandi.Sebagai pemuda yang memiliki stamina kuat, setelah tidur dua jam, Raka Anggara pun merasa segar kembali dan memanfaatkan waktu bersama Dasimah untuk mencoba beberapa posisi baru.Keesokan pag
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 139, Berangkat Berperang.

Dasimah sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang dirampok Raka Anggara ini ternyata adalah Putra Mahkota Kerajaan Suka Bumi.Dengan panik, dia berlutut di tanah. "Salam, salam hormat, Yang Mulia Putra Mahkota. Hamba tidak tahu bahwa ini adalah Yang Mulia. Mohon ampun."Sebagai putri dari seorang pejabat yang dihukum, dia hanya bisa menyebut dirinya sebagai rakyat berdosa.Sambil berkata demikian, dia buru-buru mengembalikan enam ratus tael perak yang dirampas Raka Anggara dengan kedua tangannya.Putra Mahkota melirik Raka Anggara dan menggelengkan kepala dengan pasrah.Raka Anggara tersenyum getir, barusan, dia tanpa sengaja keceplosan."Bangunlah! Tidak ada hukuman bagi yang tidak tahu.""Terima kasih, Yang Mulia!"Raka Anggara segera membantu Dasimah berdiri."Jangan takut, orangnya tidak seburuk itu."Namun, Dasimah tetap merasa takut dan cemas. Orang di hadapannya ini adalah Putra Mahkota Kerajaan Suka Bumi, calon kaisar di masa depan.Putra Mahkota tersenyum dan berkata, "Non
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
36
DMCA.com Protection Status