All Chapters of Turun Ranjang: Diceraikan Abangnya, Diratukan Adiknya: Chapter 11 - Chapter 20

31 Chapters

Bab 11

Aku berusaha membuang muka saat Evan mencoba untuk melihat wajahku. Entah kenapa aku bisa memiliki rasa malu seperti ini. Mengingat kejadian tadi malam saat Evan meninggalkan bekas merah di payudara sebelah kanan, aku sama sekali tidak protes. Justru membiarkannya melakukan hal itu dan meninggalkan jejak pada sebelah kiri. Aku menikmatinya? Ah, gila! “Mbak!” panggil Evan. Tapi aku pura-pura tidak mendengar panggilannya yang jelas-jelas tepat di telingaku. Tanganku terus sibuk merapikan pakaian dan melipat dan memasukkan ke dalam koper kecil. “Mbak sayang!” panggilnya lagi. Laki-laki itu sama sekali tidak menyerah dan terus mencari cara agar aku mau menoleh ke arahnya. “Mbak sayang!” serunya terus menerus. Dan aku tetap diam. Dia sepertinya tahu jika aku malu jika menatap wajahnya. Terlalu memalukan karena aku benar-benar menikmati momen intim malam tadi meski tidak terjadi hal yang lebih intim lagi. Karena Evan memegang janjinya akan menungguku sampai siap. “Mbak say ....” “Sin
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 12

“Enak!” Tatapan mata Evan menyiratkan bahagia. Tangan kanannya tak berhenti menyendokkan makanan ke mulutnya, sampai mulutnya itu penuh. “Ini akan menjadi makanan kesukaanku, Mbak!” Evan makan dengan lahapnya. Padahal yang tersaji di meja makan hanya lah sayur sop dan telur dadar, ditambah sambal tomat. Karena bahan makanan mentah yang ada di kulkas hanya itu. Entah sejak kapan Evan senang berbelanja bahan dapur, juga perintilan rumah tangga. Kapan juga laki-laki ini menyiapkan ini semua untukku? Ahh ... kenapa diri Evan selalu penuh rahasia dan kejutan? Kami makan di balkon, menggelar tikar plastik dan menata makanan yang sudah aku masak. Angin berembus pelan, menambah sejuknya cuaca pagi ini. Ditambah, di hadapanku ada laki-laki yang sedang lahapnya menyantap makanan sederhana yang aku buat. Aku hanya makan sedikit, sementara sisanya dirinya yang menyantap sampai tidak tersisa. Aku memandangi wajah tampan suamiku yang masih lahap makan. Ini adalah nasi ke tiga yang diletakkan ke
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

ada apa dengan Denis?

Belum sempat Evan menyelesaikan perkataannya, terdengar suara orang mengobrol di lantai bawah. Seperti suara Mama bersama perempuan, Lilis, mungkin.Aku dan Evan bergegas turun dan menemui mereka berdua. Aku mencium punggung tangan Mama, lalu menyalami Lilis. Tatapan Mama masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya, datar tanpa ekspresi. Aku tidak mau ambil pusing dengan apa yang ada di dalam pikiran beliau.“Udah makan? Kapan sampe?” tanya Mama pada Evan.“Tadi pagi, Ma. Aku sama Mbak Ana udah makan, kok!” jawab Evan.“Kok, manggil istrinya Mbak, sih, Van?” tanya Lilis heran.“Udah biasa, Mbak Lilis. Mau ganti manggil sayang, nanti istri aku protes!” seru Evan sambil dengan sengaja menyenggol bahuku, aku bisa menebak dia akan mencoba untuk menggodaku lagi.“Oh, gitu!” seru Lilis.“Ya udah. Kalian istirahat, gih. Pasti capek!” seru Mama lagi.“Mama mau ke kamar, capek juga. Tadi di butik rame banget.” Sebelum Mama meninggalkan kami dan masuk ke kamar, aku melihatnya tersenyum seki
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

bab 14

Aku segera menepis pikiran kotor itu. Buru-buru geleng-geleng kepala dan membalikkan badan, jangan sampai pikiran kotor itu diketahui Evan. Akan sangat memalukan dan dia pasti menggodaku sampai puas.Gegas aku menuju dapur, memasak untuk sarapan dan bekal kami ke kantor. Di kulkas semua tersedia lengkap, mulai dari frozen food, sayuran mentah juga buah-buahan. Semuanya lengkap. Aku tinggal memakai semua yang ada, karena itu semua disiapkan Evan untukku.Pukul lima, Evan sudah bangun. Laki-laki itu langsung mandi dan setelahnya mengganti baju tidur dengan pakaian kantor. Lalu duduk di meja makan menyantap sarapan, sementara aku mengganti pakaian.“Nanti pulang jam berapa, Mbak?” tanya Evan di sela-sela makannya.“Nggak tau, deh. Biasanya kan jam lima, mudah-mudahan aja nggak ada suruhan lembur mendadak!” ucapku sambil mengela napas panjang. Pengumuman lembur mendadak itu selalu benar-benar mendadak, karena diumumkan saat mepet jam pulang.“Nanti kabarin aku, ya. Biar aku jemput.”“Iya
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

nomor asing

Caca masih terus mengoceh hingga kami tiba di meja kerja. Dea, si gadis manis dengan lesung pipinya sudah ada di sana, duduk manis di meja kerjanya menghadap laptop yang sudah menyala. Meja kerja kami berdekatan, meja Caca dan Dea berdampingan dan meja kerjaku ada di depan mereka, hanya terhalang sekat setinggi pinggang.“Duileh, penganten baru udah masuk!” Dea berkomentar saat dirinya melihatku dan Caca mendekat. “Muka lu seger banget, kayak rujak cingur yang biasa mangkal di gang rumah gue,” sambungnya lagi.Tahu ‘kan rujak cingur? Iya, rujak moncong sapi. Punya temen nggak kira-kira kalo ngomong. Suka asal jeblak. Untung, sayang.Dea dan Caca adalah sahabatku sejak masih berseragam putih abu-abu. Dea dan Caca memiliki nasib baik sampai bisa kuliah di universitas impian mereka, sementara aku justru bekerja di sebuah pabrik. Tapi takdir membawa kami kembali bertemu dan akhirnya bisa berkumpul lagi. Entah doa bapak yang mana sampai Allah membuat hidupku selalu penuh keberuntungan, mes
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

teror

Waktu bergulir begitu cepat di hari pertama masuk kerja. Pukul empat sore tepat, Evan menjemputku. Mobil Evan yang sudah terparkir mendapat sorotan tajam dari dua sahabatku. Bagaimana tidak, rencananya saat pulang kerja, kami Caca dan Dea mengajakku untuk duduk sejenak di cafe. Tapi saat mereka melihat jemputanku sudah datang, mereka pun melepaskan aku untuk pulang.“Enak banget punya suami. Ada yang anter jemput!” keluh Caca saat kami sudah ada di lobi kantor.“Hoo, Ca. Ana enak banget ya, disayang suami begitu. Berasa jadi wanita paling bahagia sedunia deh!” Dea menimpali dengan mimik wajah menyedihkan. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka, doaku semoga mereka berdua lekas mendapatkan jodoh yang baik juga penyayang. Aamiin.“Gue duluan, ya, girls! See you tomorrow ledis!” Aku melambaikan tangan pada mereka yang masih berdiri mematung. Dea dan Caca masih saja melihat ke arahku meski sudah masuk ke mobil.“Mereka kenapa, Mbak? Kok lemes banget keliatannya?” tanya Evan sambil men
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

teror 2

Evan terus saja mengejarku dengan ucapannya yang ngasal tapi tepat sasaran. Aku memang sedang berkhayal memainkan bulu-bulu indah di wajahnya itu, menciuminya perlahan, lalu ....Tapi aku berharap khayalan itu tidak pernah diketahui Evan. Bisa-bisa, dia akan meledekku habis-habisan atau justru mewujudkannya. Aduh, jadi pengen beneran, kan.“Assalamu’alaikum !” ucapku dan Evan bersamaan. Mama, Lilis dan Denis menjawab berbarengan pula. Ketiganya sedang duduk di meja makan dan di meja tersaji hidangan yang banyak juga terlihat lezat. Ada acara apa ini?“Duduk dulu, sini, An, Van!” Mama berseru dengan tangan kanan melambai dan mengisyaratkan untuk menempati kursi di bagian kiri, karena di sebelahnya sudah ditempati Lilis dan Denis.Aku dan Evan saling pandang, lalu sedetik berikutnya mengikuti arahan Mama. Evan meletakkan paper bag dan tas kerja di sofa.“Ada acara apa ini, Ma? Kok tumben banyak makanan?” tanya Evan saat kami sudah duduk. Evan duduk di dekat Mama, berhadapan dengan Lilis
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

trauma

Sampai malam tiba, aku masih rebahan. Setelah cuci muka dan berganti pakaian aku kembali tiduran. Evan sudah memberiku Paracetamol, khawatir pusing ini akan menjadi demam jika dibiarkan berlarut-larut.Aku masih di atas ranjang, sementara Evan tadi dia ijin duduk di sofa, mengerjakan file yang harus beres besok pagi. Aku pun tidak keberatan.Aku masih memikirkan sikap Denis tadi di meja makan. Arti tatapan menakutkan itu yang hanya ditujukan untukku. Lalu apa juga maksudnya mengusap kakiku? Kenapa sekarang sikapnya seperti laki-laki nakal, padahal dia memiliki istri yang baik dan sempurna di mata Mama. Kalau Denis bisa bersikap nekat padaku, tidak menutup kemungkinan dia bisa main dengan perempuan lain di luar sana.Astaga! Kenapa aku malah suuzon sama orang, sih!Sakit kepala tadi berangsur membaik setelah minum obat, hanya saja kini aku justru tidak bisa tidur. Mataku memandang langit-langit kamar, entah apa yang sedang aku bayangkan. Hanya saja, langit-langit berwarna putih polos i
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Denis selingkuh

Pagi ini ada insiden sedikit. Aku berdebat dengan Evan karena laki-laki itu melarangku berangkat ke kantor.“Mbak tuh masih sakit, udah, lah. Istirahat aja. Biar aku yang kerja. Toh, Mbak itu sudah menjadi tanggung jawab aku sebagai suami. Mbak resign aja!” Begitulah ucapannya yang sukses membuatku meradang. Aku marah sekaligus kesal padanya. Bisa-bisanya dia melarangku bekerja dan mulai mengekangku dengan alasan aku adalah istri yang harus patuh pada suami.“Aku lagi nggak pengen debat, Van. Lagian aku udah sehat. Kamu aja yang lebay. Berlebihan tau rasa khawatir kamu, tuh!” seruku tak mau kalah. Aku tetap berganti pakaian, mengenakan rok selutut juga jas yang biasa aku kenakan di kantor.“Jangan ngeyel, Mbak. Udah, resign aja. Mbak fokus aja ngurus aku dan rumah tangga kita! Mbak nggak usah capek-capek kerja cari uang. Biar aku aja!”“Heh, Van. Kamu jangan lupa perjanjian kita sebelum menikah. Aku mau nikah sama kamu asalkan kamu tetap mengizinkan aku bekerja dengan baik dan baru ak
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

ketahuan

Sampai malam tiba, aku masih rebahan. Setelah cuci muka dan berganti pakaian aku kembali tiduran. Evan sudah memberiku Paracetamol, khawatir pusing ini akan menjadi demam jika dibiarkan berlarut-larut.Aku masih di atas ranjang, sementara Evan tadi dia ijin duduk di sofa, mengerjakan file yang harus beres besok pagi. Aku pun tidak keberatan.Aku masih memikirkan sikap Denis tadi di meja makan. Arti tatapan menakutkan itu yang hanya ditujukan untukku. Lalu apa juga maksudnya mengusap kakiku? Kenapa sekarang sikapnya seperti laki-laki nakal, padahal dia memiliki istri yang baik dan sempurna di mata Mama. Kalau Denis bisa bersikap nekat padaku, tidak menutup kemungkinan dia bisa main dengan perempuan lain di luar sana.Astaga! Kenapa aku malah suuzon sama orang, sih!Sakit kepala tadi berangsur membaik setelah minum obat, hanya saja kini aku justru tidak bisa tidur. Mataku memandang langit-langit kamar, entah apa yang sedang aku bayangkan. Hanya saja, langit-langit berwarna putih polos i
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status