All Chapters of Turun Ranjang: Diceraikan Abangnya, Diratukan Adiknya: Chapter 21 - Chapter 30

31 Chapters

oh oh ketahuan

Pagi ini ada insiden sedikit. Aku berdebat dengan Evan karena laki-laki itu melarangku berangkat ke kantor.“Mbak tuh masih sakit, udah, lah. Istirahat aja. Biar aku yang kerja. Toh, Mbak itu sudah menjadi tanggung jawab aku sebagai suami. Mbak resign aja!” Begitulah ucapannya yang sukses membuatku meradang. Aku marah sekaligus kesal padanya. Bisa-bisanya dia melarangku bekerja dan mulai mengekangku dengan alasan aku adalah istri yang harus patuh pada suami.“Aku lagi nggak pengen debat, Van. Lagian aku udah sehat. Kamu aja yang lebay. Berlebihan tau rasa khawatir kamu, tuh!” seruku tak mau kalah. Aku tetap berganti pakaian, mengenakan rok selutut juga jas yang biasa aku kenakan di kantor.“Jangan ngeyel, Mbak. Udah, resign aja. Mbak fokus aja ngurus aku dan rumah tangga kita! Mbak nggak usah capek-capek kerja cari uang. Biar aku aja!”“Heh, Van. Kamu jangan lupa perjanjian kita sebelum menikah. Aku mau nikah sama kamu asalkan kamu tetap mengizinkan aku bekerja dengan baik dan baru ak
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

mundur

Evan membawakan semua pesananku, kini semuanya tersaji di meja makan. Evan mengambil mangkok untuk tempat bakso, juga piring untuk martabak. Aku hanya menyaksikan momen indah ini sambil duduk manis menikmati teh manis hangat buatannya. Si pemilik punggung lebar dan kekar itu masih berdiri di depan wastafel, sedang mencuci tangan.Mama, Lilis dan Denis sepertinya sudah istirahat. Aku asal tebak saja, karena aku lihat lampu di ruang tengah tidak menyala.“Kok tumben lembur sampe malem, Van? Emang di kantor lagi ada acara apa?” Aku bertanya sambil mencomot sepotong martabak lalu memakannya.“Ada proyek baru lagi nanti, tapi di luar kota. Bukan di Jakarta. Katanya nanti bakalan ada yang ditugaskan ke sana buat pengecekan, takut ada yang nggak bisa menjalankan tugas.”Evan kini duduk di hadapanku, membuka bungkus plastik bakso, dan menuangkan isinya ke dalam mangkok, lalu menggeser benda bulat itu padaku.“Siapa yang ditugasin emang?” tanyaku sambil melahap bakso kecil. Malam-malam begini,
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

mencurigakan

Aku tidak bisa fokus kerja, pengirim foto misterius itu semakin mengganggu pikiranku. Siapa dia, dan ada maksud apa melakukan ini padaku. Sungguh mengganggu! Bahkan aku tidak bersemangat menimpali ucapan Dea dan Caca yang sedang menceritakan tetangga yang baru menghuni rumah di sebelah mereka.Katanya, sih, laki-laki itu masih lajang dan bekerja di sebuah instansi pemerintah. Duh, siapa, sih, yang tidak tertarik pada kumbang matang seperti itu. Tapi lagi-lagi, pikiran tentang orang misterius dan juga sikap Denis yang sudah melampaui batas membuatku tidak bisa berpikir jernih, apalagi Evan melarang keras aku ikut campur dalam urusan itu.Ck. Kenapa sih!Caca dan Dea kesal dengan sikapku yang mendadak menjadi pemurung. Mereka lantas pergi saat jam kantor usai. Aku pun tidak ada niat untuk mencegah mereka, karena aku pun sedang tidak ingin diganggu oleh orang lain. Aku butuh ketenangan dalam kesendirian.Evan datang tepat setelah Caca dan Dea pergi, sehingga kami pun langsung meluncur pu
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

ada apa dengan Denis

Pernikahanku dengan Evan berjalan dengan baik. Evan bukan tipe laki-laki banyak menuntut. Ia justru semakin bersikap dewasa, tidak pernah mengeluh ketika sikapku ada yang tidak berkenan baginya. Ia malah mengimbangi langkahku dan selalu mengalah di setiap kondisi, membuatku akan merasa sangat bersalah ketika hendak marah.Evan di mataku itu sempurna. Mungkin itu untuk saat ini, entah jika di masa mendatang. Tapi bagiku, Evan sudah cukup menjadi baik sebagai suami dan aku ingin berusaha menjadi istri yang baik pula untuknya.Entah karena hal apa, Evan yang beberapa waktu lalu terlihat murung dan kadang kala uring-uringan, kini kembali ceria. Tawanya yang khas sudah kembali terdengar dan tidak ada lagi raut wajah yang sendu saat bertatapan di meja makan. Aku sedikit merasa lega karena tidak perlu mencari tahu penyebab hilangnya keceriaan Evan, meski pada dasarnya, aku masih penasaran saat ekspresi Evan menunjukkan keterkejutan saat dirinya melihat nomor ponsel misterius itu.Tadi pagi M
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Evan atau Denis?

Aku masih berdiri depan bangunan itu, beberapa langkah lagi sudah masuk dan pastinya akan bertemu resepsionis. Pikiranku mengajakku agar masuk dan mencari keberadaan Denis yang entah berada di kamar berapa. Tapi hati kecilku mengatakan agar aku secepatnya pergi dari sana, sebelum semuanya terlambat dan malah akan mendatangkan masalah baru.Aku memejamkan mata sekejap, membulatkan tekad. Lalu dengan sepenuh jiwa membalikkan badan dan kembali melangkah menuju trotoar, berharap segera ada taksi yang kosong.Dewi Fortuna sedang berada di pihakku. Tak berapa lama kemudian, datang taksi kosong. Aku lantas naik dan mengatakan pada sopir ke mana tujuannya. Yaitu, ke kantor.Aku duduk bersandar, kepalaku mendadak terasa pusing. Bayangan Denis sedang bermesraan dengan wanita yang entah siapa malah menari-nari di pikiranku. Rasanya jijik membayangkan hal itu. Ingin rasanya menepis semua hal negatif yang bisa saja belum tentu terjadi, tapi sulit. Mobil Denis terlihat terparkir di sana, entah dia
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

rencana Denis

Denis ingin menjemputku? Kenapa? Ada apa? Bisakah aku menolak ajakan itu? Sungguh aku masih takut berhadapan dengan dia. Masih membekas di ingatan sisa perlakuan kasarnya padaku dulu. Jika aku berhadapan dengannya, tubuhku bereaksi mengeluarkan keringat dingin dan jantungku berdegup kencang. Takut.[Aku pulang naik taksi aja!]Akhirnya, aku membalas chat dari Denis.[Aku disuruh Evan buat jemput kamu!][Nanti aku jemput tepat waktu.]Balas Denis.Menyerah. Aku enggan berdebat lagi. Makan siang yang masih tersisa, enggan aku habiskan. Sisa makanan itu berakhir di tempat sampah. Dea dan Caca hanya bisa beradu pandang saat menyaksikan aku kehilangan nafsu makan.Benar saja. Tepat pukul lima sore, Denis sudah berada di lobi. Dengan pedenya laki-laki itu menungguku di resepsionis.“Lo balik sama Denis, An?” tanya Caca setengah berbisik-bisik. Dea yang berdiri di sebelah Caca melihat ke arah Denis dengan tatapan tidak percaya.“Mau gimana lagi.” Aku hanya bisa mengembuskan nafas pasrah. Pas
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

malu

Evan tidak merasa bahwa dia meminta Denis untuk menjemputku, sementara tadi Denis bilang kalau dia disuruh Evan buat jemput aku.Siapa di antara mereka yang sedang berbohong dan siapa yang berkata benar? Meski tanpa bertanya pada mereka, aku sudah pasti menemukan jawabannya. Denis yang berbohong, karena hati kecilku berkata jika Evan berbicara jujur. Lagi pula, selama ini Evan tidak pernah berbohong padaku. Dia pun tidak pernah terlihat menyembunyikan sesuatu dariku. Entah, sih. Untuk saat ini, aku bisa merasakan jika Evan adalah laki-laki jujur dan Denis tidak.Aku tidak banyak bertanya tentang kejanggalan tadi pada Evan. Yang jelas, untuk saat ini dan seterusnya, aku harus lebih hati-hati ketika berhadapan dengan Denis. Laki-laki itu terlalu licik dan berbahaya. Apa lagi status Denis adalah mantan suami, tidak menutup kemungkinan jika di hatinya masih ada perasaan yang entah apa bentuknya padaku.Yang pasti, aku harus jauh-jauh dari Denis.Sikap Lilis pada Denis sampai detik ini mas
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

malu tapi mau

“Hhaaahhh ....” Aku hanya bisa mengela napas panjang. Ada sedikit rasa yang mengganjal di hatiku. Setiap detik dan hari yang aku lalui, selalu dipenuhi rasa bersalah karena membiarkan Evan begitu saja. Entah bagaimana keadaan Evan saat dirinya menahan luapan biologisnya yang sudah seharusnya segera tersalurkan. Tapi ia justru kuat menahannya dan tidak menunjukkan gejala aneh atau apa lah.“Van, aku minta maaf!” seruku lirih.Aku jongkok, mengusap kotak itu. Tapi bergegas kembali berdiri lagi, takut jika aku sampai tergoda dan mengenakan baju seksi itu. Lekas aku mengambil daster selutut dan pakaian dalam.Pintu lemari aku tutup kembali, meletakkan pakaian yang sudah aku pilih di kasur. Tanganku membuka handuk dan ....“Aargghh!” Evan berdiri di ambang pintu dan berteriak. Kedua tangannya menutupi wajah. Sontak, aku yang terlambat sadar ikut berteriak kencang sambil kembali menutupi tubuh dengan handuk.“Aduh, Mbak. Aku minta maaf. Sumpah, deh, aku nggak liat apa-apa!” seru Evan sambil
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

nasi goreng bumbu cinta

Malam yang kami lalui masih sama. Kali ini, tanpa aku yang melakukan, Evan sudah melakukannya lebih dulu. Meletakkan bantal guling sebagai pembatas tidur kami. Sejak malam pertama di hotel waktu itu, aku sudah mengawali ini dan sekarang Evan yang melakukannya. Tapi kali ini, entah kenapa hatiku terasa sakit. Aku merasa sakit melihat kerelaan Evan menjalani rumah tangga ini. Aku sakit karena telah menyiksa batinnya selama ini. Dan aku sekarang bingung bagaimana menyudahi ini semua, aku ingin hidup sebagai pasangan suami istri yang normal. Aku ingin bebas bergelayutan manja padanya, memeluk dan menciumnya dengan semauku dan kapan pun aku mau. Aku ingin merasakan sentuhannya setiap saat dia ingin. Aku inginkan itu, sungguh!Aku menoleh ke arah Evan yang sudah terlelap, terdengar dengkuran halus lolos dari bibirnya. Bulu-bulu halus mulai tumbuh di sekitar kumis dan jambangnya karena beberapa hari belakangan ini Evan terlalu sibuk dan belum sempat bercukur. Wajahnya yang putih terlihat sed
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

aku takut setan

Tidak ada yang berubah dari rumah Caca sejak terakhir kali aku mampir di rumahnya saat masih SMA dulu. Caca adalah penyelamat isi perutku. Gadis itu selalu membawa bekal makan lebih banyak yang separuhnya diberikan padaku. Aku yang saat itu tidak mampu untuk membawa uang jajan, apalagi membawa bekal makanan karena bapak harus fokus membiayai pengobatan ibu yang sedang sakit. Aku bisa bersekolah dengan bantuan beasiswa saja sudah sangat bersyukur, karena tujuanku sekolah saat itu hanya satu. Lulus dengan baik.Tapi Alhamdulillah, Allah maha baik sehingga memberikan aku dua sahabat yang luar biasa mulia. Tidak pernah memandangku sebelah mata hanya karena aku bukan dari kalangan orang kaya, tapi Dea dan Caca benar-benar merangkulku sebagai sahabat yang baik.Rumah berlantai tiga dengan pagar pembatas yang tinggi menjulang. Orang tua Caca adalah pengusaha hebat di bidang properti dan sukses karena sudah memiliki beberapa cabang di beberapa kota. Tidak heran jika rumah orang tua Caca terli
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status