Home / Romansa / Milyader, Mari Bercerai / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Milyader, Mari Bercerai: Chapter 271 - Chapter 280

282 Chapters

Bab 271

"Acara amal ini akan jadi salah satu yang paling berkesan," ujarnya sambil tersenyum lebar. "Beberapa mitra kami dari luar negeri akan datang untuk menghadirinya."Suara-suara pelan mulai terdengar saat para perwakilan dari berbagai organisasi amal mengangguk, sama-sama terkesan dan puas dengan rencana yang telah mereka susun."Acara amal mendatang ini akan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat." Pandangannya menyapu ruangan. Aku yakin matanya berkilat, menahan air mata. "Sungguh menginspirasi melihat semua orang berkumpul di sini hari ini, bersatu dalam dedikasi untuk tujuan mulia ini."Suasana dipenuhi antisipasi akan perubahan positif yang akan dibawa oleh kolaborasi ini bagi mereka yang membutuhkan."Itulah yang memberi kami kebahagiaan," timpal salah satu perwakilan. "Beberapa dari kami memang hidup untuk ini, kalian tahu? Melihat senyuman di wajah anak-anak yang nggak berdaya, melihat kelegaan di raut orang tua atau wali mereka. Itu terasa seperti terapi."Ruangan pun dipe
Read more

Bab 272

Sudut pandang Aiden:Aku menunduk, melihat sosok kecil yang menatapku dengan mata besar penuh kepolosan, sebuah buku cerita anak penuh warna terbuka lebar di lantai di antara kami."Maaf!" katanya sambil melambaikan tangan kecilnya dengan senyuman minta maaf, tangannya melayang ringan di udara seperti kupu-kupu.Aku tak bisa menahan senyum. Senyumannya benar-benar menular, seolah-olah bisa menerangi seluruh lorong."Nggak apa-apa," jawabku sambil membungkuk untuk mengambil buku yang tergeletak di kaki kami, halaman-halamannya yang mengilap sedikit kusut karena terjatuh."Wow." Kudengar dia terkesiap. Aku mendongak, bingung dengan nada antusiasnya yang tiba-tiba."Aku mau pulpen seperti itu," katanya dengan mata memelas, lengkap dengan cemberut kecil yang menggemaskan, cukup untuk meluluhkan hati yang paling dingin sekalipun."Pulpen seperti apa?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi, berdiri tegak, dan membalik-balik buku di tanganku, mencoba mencari tahu di mana dia melihat pulpen."Yang
Read more

Bab 273

Sudut pandang Clara:Aku berjalan tanpa tujuan di dalam toko. Aku datang untuk membeli beberapa baju buat Amie dan juga untuk diriku sendiri. Aku sudah selesai memilih baju Amie sekitar satu jam yang lalu.Oke, mungkin belum sampai satu jam, tetapi rasanya sudah cukup lama. Semua gaun dewasa di sini sama sekali tidak sesuai dengan seleraku.Pandangan mataku tertuju pada nama toko yang berkilauan di dinding, tepat di dekat pintu masuk. Entah kenapa aku melihatnya berulang kali sambil bertanya-tanya, apakah aku masuk ke toko yang salah?Ini adalah toko favoritku, tempat aku selalu memperbarui isi lemari pakaianku. Biasanya, aku selalu yakin bisa menemukan beberapa baju yang menarik dan sesuai dengan seleraku. Namun sejauh ini, semua gaun di sini lebih mirip baju nenek-nenek."Apa-apaan sih restock nggak jelas seperti ini?" gumamku sambil memainkan ujung atasan wrap warna hijau pucat.Aku menghela napas, lalu mendongak sambil mengerang pelan. "Argh! Mungkin aku harus nyerah saja."Aku ter
Read more

Bab 274

Sudut pandang Aiden:Ibuku, entah tidak menyadari senyumanku yang membeku atau memang tidak peduli, melangkah ke samping, memberi ruang bagi Sharon untuk menerima pelukan yang seharusnya untuknya.Dengan senyum lebar, Sharon melingkarkan lengannya di tubuhku. "Astaga! Aku sangat merindukanmu," ucapnya sambil menyandarkan wajahnya ke dadaku."Hmm," gumamku saat dia melepaskan pelukannya, lalu menaruh tangannya di dadaku sebelum berjinjit untuk mengecup pipiku.Entah kenapa, aku ingin menghapus bekas kecupannya dari pipiku dengan jaketku. Namun, aku menahan diri dan memberikan kecupan singkat di pipinya. Sejujurnya, aku bahkan ragu apakah bibirku benar-benar menyentuh kulitnya.Aku tetap berdiri di tempat sementara Sharon duduk dan ibuku mengambil tempat di sampingnya.Alih-alih ikut duduk, aku hanya berdiri dan memasukkan tangan ke saku. "Bu, gimana kabarmu?" tanyaku.Setidaknya, dia akan menjawab ini, mengingat dia baru saja memberikan pelukannya ke orang lain."Aku baik-baik saja, Say
Read more

Bab 275

Selama waktu itu juga, aku memutuskan untuk kembali ke kota. Sharon sempat memprotes, bahkan memohon agar aku tetap tinggal karena dia tidak bisa meninggalkan bisnis. Namun, aku tidak bisa. Aku butuh ruang dan waktu untuk benar-benar berpikir.Namun, sebanyak apa pun waktu yang kuhabiskan untuk mempersiapkan diri atau keputusan apa pun yang kuambil, pernikahan itu tetap harus dilangsungkan. Karena sifat pernikahan yang sudah diatur ini dan dokumen yang kutandatangani dengan sadar, pernikahan itu tidak bisa dihindari.Dulu kupikir semua itu baik-baik saja. Namun, saat aku bertemu Anastasia lagi, pikiranku semakin kacau. Saat itulah aku sadar bahwa aku tidak akan pernah siap untuk pernikahan ini, apalagi untuk kembali ke hubungan yang sedang kubangun dengan Sharon.Jadi, aku melakukan satu-satunya hal yang bisa kulakukan, yaitu menghindari Sharon dan pernikahan yang semakin dekat ini dengan segala cara yang kubisa.Sekarang, Sharon yang duduk di seberang meja, menatapku tajam dari balik
Read more

Bab 276

Sudut pandang Anastasia:Aku memindai memo di layar komputerku, kata-kata "Retret Perusahaan" dan "Pembangunan Tim" langsung mencuri perhatian. Suasana kantor dipenuhi kegembiraan, rekan-rekanku mengobrol dengan antusias tentang acara liburan yang akan datang."Kamu percaya nggak sih? Seminggu penuh di Hawhi!" seru seorang wanita berambut pirang, berdiri di dekatku."Iya, 'kan? Aku bahkan sudah mulai membayangkan semua pakaian liburan yang bakal kuperlukan," sahut seorang pria dari seberang ruangan.Kegembiraan mereka yang begitu mencolok tidak berhasil menembus suasana hatiku yang suram. Hawhi? Aku memaksakan senyuman, berusaha menyembunyikan kekecewaanku. Aku tahu aku tidak akan bisa ikut karena kondisi kesehatan Amie.Ini bukan masalah yang bisa diperdebatkan, apalagi kalau menyangkut nyawa putriku. Aku akan selalu mengutamakan kepentingannya.Jari-jariku menari di atas papan ketik, mengetik pesan untuk menolak tawaran retret itu.[ Maaf, aku tidak bisa menghadiri retret perusahaan
Read more

Bab 277

Aku mulai terbuka padanya. "Hanya saja ... teman-temanku belakangan ini sangat membantu, terutama Clara. Tapi, sekarang dia sedang di luar negeri dan aku tahu Dennis juga sudah banyak membantu, tapi aku nggak mau terus-terusan merepotkannya.""Rasanya seperti aku selalu berutang budi pada orang lain. Jadi ... rasanya sulit mengatur semuanya sekarang. Setiap hari aku selalu berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan dan kebutuhan Amie."Remi mengangguk, suaranya penuh dengan empati. Dia meraih tanganku dengan penuh pengertian."Aku paham kalau keluarga adalah alasan yang sah untuk nggak ikut dan aku nggak akan memaksamu."Dia sedikit condong ke depan dan menatapku lekat-lekat. "Tapi, aku mau jujur. Aku secara pribadi merekomendasikan namamu untuk masuk daftar peserta. Sekarang aku tahu sepertinya kamu memang nggak bisa ikut.""Aku nggak nyangka," ucapku pelan di balik rasa terkejut karena perhatian yang dia tunjukkan, mataku membelalak. "Terima kasih, Remi. Itu berarti banyak bagiku. Aku
Read more

Bab 278

Sudut pandang Anastasia:Aku duduk di samping ranjang rumah sakit Amie, mengamati saat pensilnya bergerak lincah di atas buku sketsa. Alisnya berkerut penuh konsentrasi dan matanya bersinar-sinar penuh kreativitas."Mama tebak, itu kita ya?" tanyaku sambil menunjuk gambar dua karikatur yang mirip denganku dan Amie, minus kaki yang semuanya mengarah ke satu sisi."Iya, Mama. Itu kita yang lagi bikin kue enak di dapur. Aku sebentar lagi mau gambar Tante Clara soalnya dia suka kue buatan Mama juga," jawabnya tanpa mengalihkan perhatian dari sketsanya."Terus Dennis?" tanyaku lagi.Dia berhenti sejenak, pensilnya berhenti di atas buku sketsa sebelum akhirnya dia mengangkat bahu dan kembali menggambar. "Aku tambahin dia juga. Setelah Tante Clara. Mama, aku pengen cepat pulang. Di sini sepi dan bau obat banget."Rasanya sedikit sedih karena aku tahu sebentar lagi aku harus meninggalkannya. Aku belum pernah berpisah dengannya selama satu hari penuh. Sekarang aku akan berpisah dengannya selama
Read more

Bab 279

Aku melingkarkan tanganku erat-erat di sekeliling tubuhnya, lalu berbisik penuh rahasia, "Iya, Mama janji. Para suster ini nggak tahu rencana rahasiaku buat bawa kamu kabur."Tawanya kembali memenuhi telingaku dan dia menarik diri sambil mengedipkan mata nakal. Aku mengecup keningnya sekali lagi, seolah-olah untuk menyegel janji kami. "Sekarang lanjut gambar kita yang banyak, ya."Dia mengangguk cepat, lalu mengambil kembali buku sketsanya dan melanjutkan gambarnya. Aku berdiri dan berjalan menghampiri para suster. "Tolong awasi Amie dengan baik. Aku nggak mau dia keluyuran atau terima barang dari orang asing, ya. Aku sudah cukup banyak pikiran dan nggak mau nambah beban lagi.""Kami benar-benar minta maaf soal itu, Bu. Amie anak yang penuh energi dan punya cara manisnya sendiri. Kami juga nggak tahu gimana dia bisa mengelabui suster, tapi kami akan perhatikan semua yang Ibu sampaikan. Dia akan aman di sini," jawab salah satu suster dengan tulus."Bagus, terima kasih." Pandanganku bera
Read more

Bab 280

Sudut pandang Clara:Aku melemparkan senyuman pada nenek tua yang tersenyum padaku saat tatapan kami bertemu. Sambil berjalan keluar dari bandara, aku merogoh tas untuk mengambil ponselku yang berdering. Wajahku langsung cerah saat melihat nama peneleponnya."Halo, bestie," sapaku ceria sambil menempelkan ponsel ke telinga."Halo." Suara Ana terdengar di ujung sana. "Aku lihat pesanmu soal toko itu.""Oh, itu." Bibirku melengkung kesal. Rasa marah yang tadi sempat kutahan perlahan muncul lagi."Iya, aku nggak terlalu ngerti sih. Kayaknya kamu ngetiknya buru-buru deh, banyak salahnya.""Bukan ngetik buru-buru, aku ngetiknya sambil kebakar emosi," jawabku blak-blakan."Oh?""Aku harus meluapkannya biar nggak teriak di tengah jalan atau narik rambut cewek itu sambil kasih ceramah ke manajernya!"Ana terkekeh kecil. "Santai, dong. Aku masih belum ngerti ceritanya."Aku memindahkan ponsel dari telinga kanan ke kiri sambil menggeser tas ke bahu satunya."Jadi gini ceritanya. Aku ke toko lang
Read more
PREV
1
...
242526272829
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status