Home / Pendekar / Pendekar Wanita Kahinda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pendekar Wanita Kahinda: Chapter 11 - Chapter 20

32 Chapters

11. Gerakan Yang Setimpal

Kahinda terus mendengar tawa Ranji Saloka dan beberapa orang anak buahnya. Ada sekitar 6 orang berpakaian serba hitam dan pakaian itu berbeda dari sebelumnya. Walaupun sebenarnya Kahinda bisa lari atau kabur, Dia tetap masih penasaran dengan sosok Ranji Saloka. Bukan karena dia naksir atau terpikat dengannya. Akan tetapi, Kahinda yakin bahwa Ranji Saloka memang menyembunyikan sesuatu di Gerobak tandu yang diaraknya. Kembali tatapan keduanya bertemu, Kahinda juga terus memperhatikan sekitar. Dia tidak ingin membuat gerakan apapun selain mundur kesamping. Bagaimana pun, Kahinda saat ini sudah terkepung dan jika sampai dia membuat langkah yang salah. Tentunya hal itu akan membuat dirinya tak memperoleh penjelasan dari Ranji Saloka. "Sudah aku katakan, Aku cuma pengantar. Lagi pula, apa yang bisa kamu lakukan jika mengetahui siapa aku sebenarnya?." Tutur Ranji Saloka terdiam beberapa saat sambil memberikan intruksi pada bawahannya. Dia sekarang memberikan kode khusus yang hanya bisa dim
Read more

12. Dyang Yawine, Kelompok Rangga Wiris

Gerobak Rombongan dagang kembali melaju, semua orang masih berada di posisinya masing-masing. Diketahui, setiap Gerobak dagang menyimpan banyak barang dan di masing-masing gerobak ada sekitar 2 orang yang disembunyikan. Rombongan dagang itu sendiri memiliki 15 Gerobak dan satu Gerobak tandu yang memimpin perjalanan mereka. Masing-masing Gerobak ditarik dua ekor kuda yang berjalan mengantri dan mengikuti Barisan. Tiga puluh orang prajurit juga dilengkapi persenjataan lengkap. Ada yang berjalan dan ada pula yang menunggang kuda. Ada yang bertugas mengawasi sisi kanan dan kiri, dan ada pula yang mengawasi bagian belakang. Walaupun jumlah mereka sedikit, tapi mereka sudah terlatih. Kuda Kahinda sendiri berada di barisan paling belakang, dimana ada seseorang prajurit yang menariknya dan tidak menunggangi kudanya. Dan saat ini, Kahinda terus melihat ke arah depan dalam keadaan terduduk dan terikat tubuhnya. Dia tetap diam sembari memperhatikan wanita muda yang duduk di kursinya. Walaupun
Read more

13. Menjajal Kemampuan

"Malani!, Percuma kamu kabur!" teriak Ranji masih ingin memastikan bahwa tali tersebut masih terhubung dengan Kahinda. Dan saat tarikan terakhir, dia merasakan ikatan tali terasa kencang. Penasaran dengan itu, Ranji yang sudah beberapa kali memanggil Kahinda, akhirnya memutuskan untuk berjalan ke arah dimana Kahinda berada. Dan benar saja, Tali itu sudah terikat kuat di pohon kecil dekat semak belukar. Dia juga tidak melihat tanda tanah bekas membuang hajat , tanda bahwa Kahinda berbohong kalau dirinya memang kebelet. Dia juga melihat jejak Kaki Kahinda yang mengarah ke sebuah tempat. "Cih, Mau lari dari ku!, Jangan harap kamu bisa melakukannya" ucap Ranji sembari melemparkan tali yang sudah dia gulung ke arah semak belukar. Dan dengan kecepatan dia langsung membuat lompatan besar ke arah jejak kaki di depannya. Hujan semakin deras, dan membuat jejak kaki semakin tampak. Ranji terus mengikuti arah kemana jejak kaki Kahinda pergi. Dia tentunya paham betul bagaimana mengidentifikasi
Read more

14. Belati Seblat Kembar, Pangkas Soka

Kahinda masih bersembunyi di dalam rumah, dan mendengar suara pintu dibuka dua orang bawahan Ranji. Dia sudah menduga bahwa Ranji tidak akan berani masuk. Tetap pada rencana awalnya, Kahinda terus memperhatikan dua orang yang sedang berjalan sembari memperhatikan setiap sudut ruangan. Ruangan rumah yang gelap dan terang ketika ada Guntur menggelegar, menciptakan suasana mencekam. Itu bisa dilihat ketika bayangan mereka terlihat. Kahinda terus bergerak secara pelan sambil ingin memainkan dua orang bawahan Ranji. Dan saat salah satunya terpisah, Kahinda dengan cepat langsung memberikan tebasan di lehernya. Seorang bawahan pun seketika mati merenggangkan nyawa, tanpa mampu berteriak dan hanya bisa merasakan alur tebasan pelan di lehernya. Tebasan belati membuat jalur melingkar di lehernya. "Belati Seblat ku, ternyata begitu tajam" lirih Kahinda yang sekarang sedang memegang sebuah buah belati berbentuk setengah lingkaran. Belati Seblat itu sendiri memang memiliki bentuk setengah bulat
Read more

15. Kemahiran ditujukan

Kahinda kembali tertegun ketika dia melihat Ranji bersiap untuk menggunakan ilmu kesaktiannya kembali. Dia ingin kembali memperhatikan, Bagaimana cara Ranji melakukan hal itu. "Padahal Cakram belati Seblat ku begitu tajam. Gerakannya seperti ayam jago milik Paman Ram Wenang." Kahinda melihat Ranji melakukan gerakan seperti Ayam Jantan yang siap berkokok. Tampak kembali terlihat Ranji membusungkan dadanya. "Cakram belati ku saja sampai mental, Baiklah. Bagaimana pun, aku menunggu dia melakukan serangan seperti sebelumnya." Kahinda kemudian berjalan mundur dan meraih tanah liat. Dia dengan cepat langsung membuat sumpal kuping dan langsung dipasangkan di lubang telinganya. "Beres, tinggal tunggu dia berkokok." Kahinda juga sudah memegang kembali Belati Seblatnya. Dia juga sudah bersiap membuat lompatan besar ketika Ranji masih berdiam diri. Kahinda kemudian memainkan beberapa tebasan belati Seblat ke arah dada Ranji yang membusung. Dia terus membuat tebasan berkali-kali. Tapi saya
Read more

16. Kelompok Rangga Wiris

Sehari kemudian, Kahinda tersadar sudah berada di sebuah ruangan seperti kamar. Dia memperhatikan ruangan tersebut tertata rapi dan dia tertidur di atas dipan anyaman tikar jerami. Tangannya juga terikat dan begitu juga kakinya. Dia merasa sekarang dirinya sedang diculik seseorang yang tidak diketahui. "Siapapun lepaskan aku!" teriak Kahinda merasakan tali yang mengikat dirinya bukan seperti tali biasa. "Tali ini seperti besi tapi lentur" lirih Kahinda yang sudah berteriak tapi tidak ada seorang pun datang untuk memeriksanya. Di dalam kamarnya, Kahinda sempat memperhatikan lambang tergambar jelas di kain bendera. Dia melihat gambar itu seperti Tiga kelopak Api dengan dua daun melengkung kebawah. Dia tidak tahu siapa dan tujuan orang itu menculik dirinya. "Baru lepas dari Ranji, sekarang aku diculik orang. Nasib" lirih Kahinda yang akhirnya memutuskan untuk tidak banyak gerak dan menatap langit-langit kamarnya. Dia kembali melirik ke arah Bendera yang dipajang di dalam kamar. Dia
Read more

17. Memakan atau Disajikan

Beberapa hari kemudian, Kahinda sedang diajak Rangga berkeliling desa Wiris. Desa buatan yang menampung sebagian kecil rakyat Marpala dan beberapa orang budak dari Wilayah lain. Kahinda sedang menceritakan semua hal yang dia ketahui dari Kelompok dagang Ranji. "Aku bisa mengantarkan mu, ke bekas mayat Ranji" tutur Kahinda yang kemudian bertanya balik ke arah Rangga. Kahinda menanyakan soal seorang wanita bercadar jaring yang merupakan pimpinan utama kelompok dagang itu. Tapi Rangga menanggapi pertanyaan Kahinda hanya dengan gelengan kepala. Pertanda bahwa Rangga gagal mendapatkan atau tidak berhasil menangkapnya. Tapi dia juga tidak percaya dengan cerita Kahinda yang berkata sudah melenyapkan seseorang dengan tangannya sendiri. Saat ini Rangga berhenti sejenak, di dekat pinggir jalan utama desa. Dia memang sempat bertarung dengan wanita bernama Dyang Yawine. "Sayangnya dia berhasil lolos dari kejaran ku dan Entah ilmu apa yang dia gunakan. Tapi dia membuat ku membeku sampai kamu
Read more

18. Kaluka dan Rawang Sanggah

Disisi lain, Halaman luas di dekat danau desa Wiris. Terdapat beberapa lapangan yang memiliki sekat bambu. Masing-masing sekat memisahkan tempat pelatihan yang digunakan untuk melatih prajurit Rangga Wiris. Kahinda merasa bangga pada saudara lelakinya yang mampu membuat kelompok besar itu. Dia sekarang tersenyum sendiri sambil merencanakan sesuatu. "Mungkin memang ada baiknya kalau tahta kerajaan di pegang langsung oleh Rangga, Mungkin dia akan menjadi Raja yang lebih baik." Pikir Kahinda sambil berjalan ke arah kelompok yang baru memulai pelatihan. Dia menemui seorang Guru yang sedang mengajarkan beberapa gerakan. "Putri Kahinda" ucap seorang Guru bernama Marang Melang langsung memberikan rasa hormat padanya. Mereka sudah saling mengenal sebelumya dan Marang Melang sendiri adalah seorang Guru yang melatih pasukan di Kerajaan Marpala sebelumnya. Kahinda membuat sapaan langsung dan menyuruhnya untuk bangkit kembali. Kahinda datang hanya untuk melihat proses pelatihan para prajurit
Read more

19. Jalur Aliran Sungai Atas

Tapi sayang, sudah sampai dua jam berlalu. Rangga hanya bisa mendapatkan 10 ekor ikan. Dan dia sangat menyesalinya, "H–uh, sekarang bagaimana?." Tanya Rangga melihat Kahinda yang kemudian berjalan ke pinggir sungai. "Hey, apa yang kamu lakukan!, Hati-hati" Rangga sekarang terkejut melihat apa yang dilakukan Kahinda. Dia tidak mengerti kenapa Kahinda mampu berjalan diatas air. Dia pun terkejut sekarang. "Hey, Rangga lihat baik-baik" ucap Kahinda ingin menunjukkan sesuatu pada Rangga. Kahinda sebenarnya tidak ingin memamerkan kemampuan miliknya, tapi dia merasa begitu kecewa melihat Rangga. Dia melihat Rangga melakukan beberapa kesalahan dalam penggunaan Rawang Sanggah. Karena bagaimana pun, Kahinda memiliki kemampuan penglihatan itu. Rangga tidak mengerti sekarang, dia hanya diam dan terus memperhatikan Kahinda. Dia tidak percaya Kahinda mampu menggunakan titian air yang dia pelajari secara autodidak selama dua tahun mengikuti seseorang. "Teknik ini sama seperti yang ku pelajar
Read more

20. Basah Kuyup

Kahinda segera membalas serangan Rangga dengan sebuah tangkisan tangan dan dia pun ikut melompat ke arah lapangan di dalam hutan. Keduanya sekarang saling menatap satu sama lain. Rangga tidak menduga jika Reflek Kahinda begitu baik, sampai pukulan telapak tangannya mampu di tangkisnya. Rangga sekarang tidak ragu, dan dia mengambil pusaka utamanya yang di bawa di pinggangnya. Sebuah pedang panjang yang memiliki dua bilah dalam satu tangkai pedang. Pedang itu bernama Pedang Gading Gajah, sama seperti namanya pedang itu memang menyerupai dua Gading gajah. Ada ukiran kepala Gajah tergambar jelas di pegangannya dan gagangnya sendiri cukup panjang dan muat dua tangan. Dan saat ini, Rangga melihat Kahinda dibalik celah dua pedang itu. Kahinda tidak diam saja, dia tidak pernah melihat pedang berbetuk seperti itu. "Padahal aku bukan musuh, tapi kamu sudah menarik senjata utama mu" Cibir Kahinda melihat senyum kecil Rangga. "Bukankah kamu terlalu sombong, aku bahkan hanya memerlukan sekali p
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status