Semua Bab Pernikahan Tanpa Kasih: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

BAB 31

Setibanya di kantor Bima, suasana di dalam gedung terlihat sibuk namun teratur. Mural kreatif menghiasi dinding, dan suara orang-orang yang berdiskusi tentang proyek-proyek baru memenuhi udara. Dia merasakan getaran positif di sekitar. ISara melangkah menuju ruang pertemuan yang telah ditentukan, sedikit gugup tetapi bertekad untuk menunjukkan sisi terbaiknya. Dia mengetuk pintu sebelum masuk, dan saat pintu terbuka, dia disambut oleh Bima dan dua orang lain yang memperkenalkan diri sebagai sutradara dan penulis skenario.“Selamat datang, Sara!” Bima berkata dengan senyum ramah, membuatnya merasa lebih tenang. “Kami sudah menunggu kedatanganmu. Ini adalah kesempatan bagus untuk membahas proyek film kita.”Sara merasa bersemangat mendengar kata-kata itu. Di ruang pertemuan, semua orang tampak antusias. Dia memperkenalkan dirinya, dan meskipun ada sedikit gugup, dia mencoba untuk tidak membiarkan ketidakpastian menghalanginya. “Aku sudah ngg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 32

Beberapa hari setelah momen berharga di kantor Bima, Raka mulai merasakan adanya perubahan yang signifikan pada Ayla. Dalam setiap perjalanan pulang ke rumah, dia menyadari rumah mereka semakin sepi dan tidak terawat. Ayla, yang dulunya bangun pagi untuk menyiapkan sarapan dan merapikan rumah, kini tidak pernah terlihat melakukan hal-hal itu lagi.Ketika pulang Raka mendapati rumah yang ia huni didatangi oleh seorang asisten rumah tangga. Wanita itu datang dan pergi dengan cepat, membersihkan ruangan-ruangan yang seharusnya menjadi tempat Ayla beraktivitas. Raka merasa aneh melihat sosok yang tidak dikenal itu berkeliling di rumahnya, seolah menggantikan keberadaan Ayla yang kini lebih sering menghilang.Dia tidak pernah melihat Ayla lagi di dapur, dan setiap kali dia melangkah masuk ke rumah, suasana seakan berbeda. Ketidakhadiran Ayla terasa mencolok, seolah rumah yang dulunya hangat kini menjadi dingin dan sepi. Raka merasa kehilangan, tetapi di saat yang sama, dia tidak tahu bagaim
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

BAB 33

“Aku nggak mau berurusan dengan semua ini lagi. Kita sudah berbicara sebelumnya, Ma.” Raka menjawab tegas, berusaha mempertahankan jarak emosionalnya.“Raka, dengirin kami,” Laras mencoba membujuk. “Aku tahu kita punya sejarah, dan aku nggak mau itu menghalangi kita. Kita bisa berhasil.”Raka menghela napas, hatinya berkonflik. Bagaimana aku bisa mempertimbangkan semua ini sementara pernikahanku dengan Ayla belum terselesaikan? Dia merasa terjepit di antara keinginan keluarganya dan tanggung jawab terhadap Ayla.Raka merasakan kemarahan yang membara, dan semua perhatian seolah tertuju pada Laras. Dia tidak bisa memahami bagaimana wanita itu bisa berada di sini, berusaha berbaikan, sementara semua yang terjadi antara mereka hanya menambah kerumitan.“Ini semua adalah kesalahanmu, Laras,” Raka mengecam, suaranya tegas dan penuh penekanan. “Kamu yang harus bertanggung jawab. Gimana bisa kamu berpikir kalau memberi obat perangsang pada seseorang itu bisa diterima?”Laras terkejut dengan t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

BAB 34

“Mama!” serunya panik. Raka bisa merasakan detak jantungnya berdebar kencang saat melihat wajah ibunya memucat. “Kenapa?”Ratna terengah-engah, wajahnya menunjukkan kepanikan. “Mama… pusing. Mama nggak kuat sama semua ini…” katanya, dengan air mata mulai menggenang di sudut matanya.Melihat ibunya begitu menderita, Raka merasakan hatinya teriris. “Ma, tenanglah. Aku di sini. Laras, bantu aku!” teriaknya, saat dia memegang tubuh Ratna agar tidak jatuh.Laras masuk, sebelumnya merasa tertekan, segera menghampiri mereka dengan panik. “Apa yang terjadi? Mama baik-baik saja?” tanyanya, berusaha menenangkan keadaan.Raka dan Laras bersama-sama membantu Ratna duduk di kursi. Raka menggenggam tangan ibunya, merasakan dinginnya. “Ma, napas pelan-pelan. Kita ke rumah sakit sekarang,” katanya, suaranya bergetar karena kekhawatiran.“Aku nggak mau merepotkan kalian,” Ratna merintih, air matanya jatuh. “Tapi… tolong, Raka. Memaafkan Laras. Dia nggak bermaksud buruk. Dia cuma mau kembali padamu.”R
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

BAB 35

Ratna tersenyum, tetapi Raka merasakan beban itu tidak sepenuhnya hilang. Apakah keputusan ini benar? tanyanya pada dirinya sendiri, namun dia tahu bahwa ini adalah hal yang diinginkan ibunya. Dengan senyum penuh harapan, Ratna meraih tangan Raka dan menggenggamnya dengan lembut.“Terima kasih, Raka. Mama tahu kau akan melakukannya. Ini bukan hanya untuk Laras, tetapi untuk kita semua,” ucap Ratna, terlihat lega.Raka hanya mengangguk, tetapi di dalam hatinya, dia merasa kebingungan. Bagaimana jika Laras tidak berubah? pertanyaannya menghantui. Namun, saat melihat ibunya yang tersenyum bahagia, dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia melakukan yang benar.“Pelan-pelan saja, Raka. Kita atasi bersama-sama,” ujar Ratna, seolah memahami keraguan yang ada di benak putranya.Saat itu, Raka merasakan harapan baru muncul, meski tetap dibalut oleh ketidakpastian. Dia tahu bahwa perjalanan ke depan tidak akan mudah, tetapi dia bertekad untuk menjaga keluarganya tetap utuh, apa pun yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

BAB 36

Ayla duduk di sebuah kafe yang nyaman di depan kantor Bima, menikmati suasana santai di tengah kesibukan kota. Dengan jendela besar yang menghadap ke jalan, kafe ini dipenuhi dengan cahaya alami yang hangat, dan aroma kopi segar memenuhi udara. Beberapa pengunjung lain tampak sibuk dengan laptop dan obrolan santai, tetapi Ayla hanya fokus pada momen ini.Di hadapannya, Bima tampak ceria, menyeduh kopi untuk dirinya sendiri dan Ayla. “Jadi, gimana perasaanmu tentang proyek ini?” tanyanya sambil menatapnya dengan antusias. “Aku yakin ini akan sukses.”Ayla tersenyum, merasa semangatnya kembali pulih. “Aku bersemangat, Bima. Aku nggak pernah membayangkan ceritaku akan sampai ke tahap ini,” jawabnya, hatinya dipenuhi rasa syukur. “Setiap langkah yang kita bicarakan bikin aku semakin yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat.”Bima mengangguk, mencatat setiap kata dengan seksama. “Dan aku berjanji akan memberikan yang terbaik untuk film ini. Kita akan bekerja sama untuk membuat cerita i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

BAB 37

Pagi di rumah itu tidak lagi dipenuhi suara langkah cepat Ayla menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, atau bunyi piring yang diletakkannya di atas meja makan. Dapur tetap sunyi, hanya terdengar dengungan lemari es yang memecah keheningan.Raka keluar dari kamar dengan dasi yang sudah setengah terikat di leher, matanya langsung melirik meja makan yang kosong. Seprai di sofa masih berantakan, tanda bahwa Ayla memilih tertidur di sana semalam. Di sudut meja dapur, segelas kopi yang tampaknya telah dingin sejak malam sebelumnya menunggu untuk dibuang.Ayla jarang berada di rumah. Minggu-minggu terakhir, waktu paginya dimulai lebih awal dari Raka, sementara malam-malamnya dihabiskan di luar, bekerja di sebuah proyek yang tidak banyak ia ceritakan. Awalnya, Raka tidak memerhatikan ketidakhadiran Ayla. Rutinitasnya sendiri menyita perhatian; panggilan-panggilan rapat, dokumen yang perlu ditinjau, dan jadwal makan siang bersama klien.Namun, perlahan, ketidakhadiran itu mulai terasa.Saat Raka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

BAB 38

Di ruang tamu, Ratna meletakkan cangkir tehnya dengan gerakan yang sedikit kasar. Tatapannya tertuju pada pintu kamar Ayla yang baru saja tertutup. Nadya, yang duduk bersandar dengan ekspresi tidak senang, mulai berbicara lebih dulu.“Kamu lihat tadi, Ma? Sombongnya Ayla sekarang.” Nadya memutar bola matanya, menambahkan nada ejekan. “Padahal, kalau nggak karena kita, dia nggak mungkin bisa seperti sekarang. Tinggal di rumah sebesar ini, hidup enak, nggak usah mikir bayar ini-itu.”Ratna mengangguk perlahan, tatapannya tajam. “Benar sekali, Nadya. Ayla itu benar-benar nggak tahu diri. Sudah dibiarkan tinggal di rumah ini, diberikan uang untuk bantu keluarganya yang… ya, kamu tahu sendiri bagaimana keadaannya, malah begini balasannya.”Nadya tertawa kecil, suaranya penuh sindiran. “Aku nggak paham, Ma. Kok Kak Raka bisa memilih perempuan seperti itu? Lihat saja Laras. Dia itu pintar, elegan, dan tahu caranya menghormati orang tua. Bukan seperti Ayla yang berlagak hebat hanya karena jad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

BAB 39

Di sebuah kafe kecil yang nyaman, mereka duduk di meja dekat jendela. Sinar matahari menyelinap melalui tirai, menciptakan suasana hangat di antara mereka.“Mau pesan apa?” tanya Bima, menyerahkan menu kepada Ayla.“Aku pilih yang ringan saja,” jawab Ayla sambil tersenyum kecil.Setelah mereka memesan, obrolan ringan mengalir. Ayla merasa lebih santai, jauh dari tekanan rumah. Bima tidak hanya berbicara tentang proyek film, tetapi juga bertanya tentang hal-hal sederhana dalam hidup Ayla.“Ngomong-ngomong,” kata Bima sambil menyeruput kopinya, “selamat ya, Ayla. Aku dengar kamu memutuskan sudah memutuskan dimana akan kuliah. Itu keputusan besar.”Ayla tersenyum kecil, menunduk sebentar sebelum menjawab. “Terima kasih. Sebenarnya, keputusan itu lebih mudah aku ambil karena teman yang kamu kenalkan. Dia menjelaskan banyak hal tentang programnya. Aku merasa yakin untuk mencoba.”Bima mengangguk. “Aku senang mendengarnya. Ini babak baru buat kamu. Aku yakin kamu akan menikmati prosesnya.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 40

Laras masih duduk di sofa ruang kerja Raka, kedua tangannya menggenggam cangkir teh yang baru saja ia buat dari pantry kantor. Matanya memperhatikan Raka yang kembali sibuk memeriksa laporan di laptop, meskipun makanan yang ia bawa tadi baru setengah disentuh.“Raka,” panggil Laras pelan, nada suaranya seolah enggan mengganggu.Raka mengangkat wajahnya dari layar, menatap Laras yang tampak ragu untuk melanjutkan. “Ada apa, Laras?”Laras tersenyum tipis, meletakkan cangkir di meja kecil di sebelahnya. “Aku cuma kepikiran… akhir pekan nanti kamu ada rencana apa?”Raka mendesah pelan sambil menyandarkan tubuh ke kursi. “Harusnya bisa istirahat, tapi nggak. Aku ada jadwal ke Medan. Mau monitoring pasokan barang untuk supermarket di sana.”“Oh.” Laras mengangguk pelan, lalu melirik ke arah jendela sejenak sebelum kembali menatap Raka. “Kalau begitu, bagaimana kalau aku ikut ke Meda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status