Home / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kembalinya Sang Raja Naga: Chapter 81 - Chapter 90

98 Chapters

Bab 81- Kegundahan Orang Terdekat

Di kediaman megah Duke Van Bertrand, suasana di ruang kerja terasa berat. Dinding batu kokoh dihiasi lukisan keluarga dan rak buku yang penuh dengan dokumen penting. Duke Davin Van Bertrand duduk di balik meja kerjanya yang besar, memandang kosong ke tumpukan dokumen yang memenuhi mejanya. Tangannya memijat pelipis, mencoba meredakan ketegangan yang terus mendera.Di hadapannya, Virgo berdiri tegap. Tubuhnya sedikit menegang, namun ia tetap tenang setelah menyampaikan laporan dan menyerahkan sepucuk surat. Surat itu adalah pesan yang ditinggalkan Darrel yang dia dapatkan dari temannya."Maafkan saya, Tuan," ujar Virgo dengan suara berat. "Tentang pesan dalam surat itu, saya khawatir ini sudah di luar kendali saya. Jika bukan karena teman Tuan Muda, kita semua mungkin tidak akan mengetahui bahwa ia telah pergi ke negeri para Elf."Duke Davin menghela napas panjang, lalu membuka surat itu. Matanya menyapu tiap kata dengan seksama. Setelah selesai membaca, ia melipat surat itu dengan ha
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 82- Kabar Buruk

Beberapa hari saat ketegangan perlahan mulai memuncak, berita buruk dari perbatasan negeri Elf menyebar cepat. Di aula megah istana Kerajaan Moondale, seorang kesatria elf berlutut dengan tubuh penuh debu, napasnya terengah-engah. Ia baru saja kembali dari garis depan, membawa kabar yang tak ingin didengar oleh siapa pun."L-lord Aron Liandorf," ucapnya dengan suara berat. "Kami mengalami kekalahan besar. Gerombolan iblis itu, gerombolan iblis di dalam Hutan Redthorn telah bergerak. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Benteng penjaga telah runtuh, dan pasukan kami terdesak."Lord Aron, dengan jubah birunya yang anggun, berdiri di atas singgasana ukiran kayu Elf yang indah. Matanya yang dingin menatap ke depan, berusaha memahami situasi tanpa menunjukkan emosi. Namun, dalam hati, ia sudah memperkirakan hal ini."Berapa banyak yang tersisa dari pasukan penjaga perbatasan?" tanyanya dengan suara tegas.Kesatria itu menunduk dalam-dalam. "Kurang dari separuh, Lord. Kami
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 83- Cibiran

Beberapa waktu berlalu. Di tengah lapangan luas yang dikelilingi pepohonan tinggi khas negeri Elf, para anggota suku sibuk dengan persiapan. Ada yang mengasah pedang, memeriksa busur, dan memasang pelana pada kuda-kuda mereka. Angin dingin bertiup, membawa aroma kayu basah dan daun segar. Namun, suasana hati para prajurit tetap tegang. Darrel memandangi sekeliling, mencoba menyesuaikan diri dengan suasana asing ini. Sementara itu, Cilera berdiri di sampingnya, memperhatikan kesibukan dengan ekspresi tenang. "Kau terlihat diam," kata Cilera tiba-tiba, memecah keheningan di antara mereka. Darrel menghela napas pelan. "Aku hanya memikirkan sesuatu. Apakah semua ini cukup untuk menghadapi pasukan iblis?" Cilera memegang dagunya, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Belum tentu. Tapi, jika kita tidak mencoba, apa lagi yang bisa kita lakukan? Setidaknya, kita harus bertarung sampai titik darah penghabisan." Darrel menatapnya dengan mata serius. "Apa Lord Aron memerintahkan semua suku
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 84- Rencana Besar Kegelapan?

Jauh di tengah kegelapan kastil yang megah namun menyeramkan, seorang pria bersiluet hitam duduk di atas singgasana besar, diselimuti bayang-bayang yang hampir sepenuhnya menyembunyikan sosoknya. Matanya yang berkilau ungu gelap menembus kegelapan, memancarkan aura dingin yang mencekam."Jadi, mereka akhirnya bergerak, ya?" ucapnya, suara beratnya bergema, memecah keheningan.Di hadapannya, seorang pria bertudung hitam berlutut dengan sikap hormat. "Benar, Tuan. Pasukan iblis telah bergerak, setengah dari mereka kini bergerak di perbatasan negeri Elf. Dari informasi terakhir kami, Raja Iblis kemungkinan akan menunjukkan dirinya dalam waktu dekat."Sosok di singgasana menyandarkan kepalanya dengan santai, seolah menikmati laporan itu. Sebuah tawa kecil keluar dari bibirnya. "Bagus. Itu berarti saat kita untuk bergerak sudah hampir tiba. Pastikan tidak ada informasi yang bocor ke negeri manusia. Semua jalur komunikasi harus diputuskan. Aku ingin kekacauan ini tetap terisolasi di tanah E
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 85- Langkah Penuh Tantangan

Bab 85: Bayang-Bayang di Ujung JurangDi sisi lain Negeri Elf, Vindel terus memacu rusa seukuran kuda yang ditungganginya melewati hutan yang semakin gelap. Bayang-bayang pepohonan raksasa diiringi suara lolongan serigala mengiringi setiap langkahnya. Vindel menghela napas panjang, satu tangannya menggenggam busur, sementara tangan lainnya bersiap dengan anak panah yang membidik ke arah serigala hitam."Binatang sihir ini seperti tidak ada habisnya!" gerutunya sambil memutar tubuh, memanah kawanan serigala hitam yang mengejarnya.Anak panahnya melesat, menancap di tubuh beberapa serigala. Tubuh mereka meledak menjadi debu hitam, tetapi kawanan di belakangnya tampak tidak gentar sedikit pun."Brengsek, jumlah mereka lebih banyak dari yang kuduga!" Vindel berdecak kesal. Wajahnya yang biasanya santai kini semakin serius, matanya memantulkan tekad kuat untuk bertahan hidup.Ia mengerahkan ennerginya pada anak panah yang mulai berkilau, melesat dengan kecepatan luar biasa hingga menimbu
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 86- Kubah Pelindung

Butiran kerikil dan debu beterbangan dari ledakan itu, menciptakan kepulan asap pekat di atas tanah yang porak-prannda."Ugh..." Vindel terhuyung keluar dari asap, tubuhnya penuh luka dan darah mengalir deras dari bahu kirinya. Ledakan tadi memang tidak langsung membunuhnya, tetapi cukup untuk membuatnya kehilangan banyak tenaga."Oh? Keras kepala sekali kau, Nak," sosok berjubah hitam berkata dengan senyum mengejek. Matanya yang bersinar dingin menyipit, menunjukkan penghinaan yang mendalam.Vindel, meskipun terluka parah, tetap berusaha tegak. Tangannya gemetar ketika ia meraih busurnya lagi. Namun, ia tahu serangan berikutnya tidak akan memberinya kesempatan untuk bertahan. Pikiran Vindel berpacu, mencoba mencari jalan keluar.‘Aku belum boleh mati di sini,’ pikirnya. Vindel mengingat kembali tugasnya untuk menyampaikan permintaan bala bantuan ke suku pedalaman Great Forest belum selesai. Jika ia gagal, Kerajaan Moondale akan kehilangan sekutunya dalam perang melawan ras iblis.Sos
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 87- Gemuruh Medan Perang

Hamparan tanah tandus di hutan Redthorn kini berubah menjadi medan perang yang mencekam. Tanah retak, langit kelabu, dan udara berat oleh aroma busuk iblis yang bercampur dengan debu. Kabut hitam pekat mengambang, seolah menjadi tirai yang menutupi kekacauan di tempat itu.Di kejauhan, pasukan Kerajaan Moondale yang baru tiba melangkah dengan megah. Pancaran cahaya perak dari armor mereka memantulkan sinar matahari yang samar, menciptakan kilauan di tengah kegelapan. Bendera kerajaan berkibar di tengah angin, simbol dari sebuah pohon raksasa yang persis mencerminkan Tree Of Wisdom, mengingatkan setiap prajurit pada tekad dan harapan untuk bangkit meskipun menghadapi kehancuran.Seorang prajurit elf muda, wajahnya penuh luka dan darah, mendekati Jenderal Leonor. "Jenderal, pasukan utama telah tiba," katanya dengan nada lega, tetapi suaranya gemetar oleh kelelahan.Jenderal Leonor, pria paruh baya dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, memandangnya sekilas. "Bagaimana situasi di si
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 88- Gemuruh Medan Perang II

Medan perang itu bergetar hebat saat golem raksasa hendak mengangkat tangannya yang besar dan dipenuhi bebatuan keras, mencoba menghantam barisan prajurit elf yang ketakutan. Sebuah dentuman keras terdengar, seakan seluruh tanah itu akan terbelah. Namun, saat tangan golem yang besar hendak mendaratkan pukulan, tiba-tiba tangan itu terpotong menjadi dua bagian."Sssrreeettttt!"Sebuah suara tajam terdengar, dan gumpalan batu besar yang mengelilingi lengan golem terjatuh berantakan ke tanah, menciptakan percikan batu yang menyebar di sekitar medan perang.Para prajurit elf dan penyihir yang sebelumnya tampak terkejut dan takut, kini terdiam, kebingungan dan tak percaya. "Apa yang terjadi? Tangan golem itu... terputus?!" teriak salah satu prajurit dengan nada penuh keheranan.Di tengah kebingungannya, mereka melihat seorang pemuda muncul entah dari mana, melompat tinggi di udara, langsung menerjang golem itu dengan keberanian yang luar biasa. Pedangnya yang terhunus bersinar dingin, mem
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 89- Kota Suku Elf Pedalaman

"Sial! Bedebah itu berhasil kabur," gerutu Delphira dengan napas terengah-engah, memandangi sosok berjubah hitam yang berlari menghilang ke kedalaman hutan lebat.Angin malam menyapu wajahnya yang sedikit di aliri keringat. Matanya menyipit, mencoba menembus gelapnya hutan, memastikan lawannya benar-benar pergi. Tubuhnya terasa agak letih, tenaga dalamnya terkuras setelah bertarung melawan sosok misterius itu. Ia menoleh ke arah luka kecil di lengannya, darah masih menetes perlahan."Kalau dia benar-benar bertarung sampai mati, aku mungkin harus siap kehilangan satu lemgan atau luka besar," gumamnya seraya mengusap keringat di dahinya. Meski berhasil memaksa lawannya mundur, ia tahu bahwa pertempuran tadi hampir berakhir buruk baginya.Delphira menarik napas panjang, mengatur dirinya sebelum melangkah mundur menuju tepi jurang. Dengan gerakan lincah, ia melompat ke udara. Seketika seekor elang raksasa dengan bulu keemasan menyambarnya, membawa tubuhnya melesat tinggi ke langit....S
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 90- Darrel Versus Barrak

Medan perang adalah neraka. Jeritan prajurit dan raungan iblis terus menggema, sementara darah mengalir seperti sungai di atas tanah, menghiasi tanah tandus itu, sementara tubuh-tubuh tak bernyawa bergelimpangan, menjadi saksi bisu betapa brutalnya pertarungan yang berlangsung.Di tengah kekacauan, Jenderal Leonor berdiri dengan pedang yang meneteskan darah. Napasnya memburu, tapi matanya tetap memancarkan determinasi. Armor peraknya berkilauan, memantulkan sinar matahari yang memudar di balik awan gelap. Ia baru saja berhasil menumbangkan golem iblis raksasa dengan bantuan para penyihir elf dan Darrel. Namun, senyum kepuasan tak sempat menghiasi wajahnya."Sial! Mereka tidak kenal lelah!" seru Leonor seraya menebaskan pedangnya ke arah iblis yang mendekat. "Seolah mereka tak peduli dengan nyawa mereka sendiri!"Seorang penyihir elf, Mariel, mengangguk dengan wajah pucat. "Pasukan iblis ini seperti dipacu oleh sesuatu yang lebih besar, Jenderal. Ada kekuatan yang tidak biasa mempenga
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status