Home / Rumah Tangga / Setelah Melepasmu Pergi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Setelah Melepasmu Pergi : Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Tak Bosan Mengganggu

Bab 31Mataku membelalak saat tanganku berhasil membuka pintu ruangan Mas Lana. Di depanku, Renata sedang duduk di atas meja menghadap suamiku dengan pandangan intens. Jarak keduanya tak ada satu meter.Mas Lana hanya duduk diam tanpa ekspresi. Tangannya menumpu dagu. Saat aku masuk, Mas Lana segera berdiri dari duduknya. Demikian juga dengan Renata. Ia turun dari meja dan berdiri dengan tangan bersidekap."Sayang, kamu datang?" tanya Mas Lana sambil berjalan mendekat ke arahku."Ada apa ini, Mas? Sedang apa kalian berdua di sini?" tanyaku sambil menyapu pandangan. Napasku mulai memburu, seiring dengan prasangka-prasangka yang satu per satu mulai bercokol dalam pikiran."Tidak, Sayang. Tidak ada apa-apa dengan kami. Kami hanya bicara berdua saja. Tidak ada maksud lainnya." Mas Lana berusaha menyentuhku tapi bergerak aku menjauh.Renata menyeringai licik. Sorot matanya menatapku dengan tatapan meremehkan. "Aku hanya sedang mengajaknya menjalin hubungan sebab aku masih cinta.""Tidak b
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Murka

Bab 32Mataku terbuka perlahan dan mendapati diriku sudah berada di ruangan serba putih. Kepalaku terasa pening sekali hingga aku tak berani banyak bergerak."Dik, kamu ngga apa-apa?" tanya sebuah suara yang tak asing bagiku. Pandanganku terarah pada sumber suara itu. Betapa terkejutnya aku saat mendapati pemilik suara itu yang ternyata adalah Mas Fandy."Mas Fandy? Kenapa ada di sini?" tanyaku kaget."Bukannya kamu yang kirim pesan buat nyuruh Mas datang? Kamu bilang suamimu sedang ada kerjaan di luar kota dan ngga bisa antar. Saat Mas datang, kamu sudah tergeletak." Mas Fandy menjelaskan dengan menggebu."Mengirim pesan?" lirihku mengulang ucapannya. Kupaksa kepalaku untuk berpikir, apa yang terjadi sebelum aku pingsan. Seingatku, aku hanya minum susu lalu perutku terasa nyeri. Bagaimana mungkin Mas Fandy bilang bahwa aku mengiriminya pesan?"Ini pesannya masih ada. Mas belum hapus." Mas Fandy segera meraih ponselnya di dalam saku. Jemarinya menari di atas layar, lalu ditunjukannya
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Orang Suruhan?

Bab 33Aku menunggu dengan sabar kedatangan Mas Lana setelah pergi sejak pertengkaran kami tadi. Ia tak juga menghubungiku. Baru kali ini Mas Lana seperti ini padaku.Saat aku sedang duduk sambil menangis, Mama datang dengan tergesa. Ia segera masuk setelah membuka pintu ruang perawatan."Assalamualaikum," ucap Mama sambil berjalan ke arahku. Ia memelukku tanpa suara."Waalaikum salam, Ma. Ma, maafkan Rani. Ngga ada maksud gimana pun. Ini semua diluar kendali Rani. Rani ngga tau ada apa di minuman itu sampai menyebabkan semua ini terjadi." Aku terisak dalam pelukan Mama.Tangan Mama mengusap punggungku dengan perlahan. "Tenang ya, Sayang? Ceritakan pada Mama apa yang sebenarnya terjadi," ucap Mama tenang.Mendengar suara Mama yang lembut, perlahan tangisku mereda. Sepertinya beliau tidak marah, seperti Mas Lana."Mama tidak marah?" tanyaku setelah Mama mengurai pelukannya. Aku menatap Mama dengan tatapan penuh harap."Mengapa harus marah? Anak itu rejeki. Kita ngga bisa berbuat apapun
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Pertengkaran

Bab 34"Dia bisa lakuin itu kemarin karena marah sama Mas. Kalau sekarang, apa yang membuat dia bisa lakuin itu sama kamu sementara Mas ngga pernah lagi ketemu kamu? Ngga ada yang mendasari dia untuk menyakiti kamu. Coba pikir sekali lagi," sahut Mas Fandy kembali meyakinkanku bahwa bukan istrinya yang menjadi dalang dari semua yang menimpaku ini.Aku kembali terdiam. Benar saja. Setelah kejadian itu aku dan Mas Fandy tidak lagi pernah lagi bertemu, apalagi melakukan hal yang bisa membuat Laila marah padaku. Lalu siapa orangnya?"Dik?" panggil Mas Fandy saat aku lama terdiam."Iya, Mas benar. Kita sudah lama ngga ketemu." Aku kembali bersuara. Lemas, aku tak tahu apa yang sekarang harus kulakukan."Coba ingat-ingat lagi, kamu pernah konflik sama siapa?" Pertanyaan Mas Fandy sukses membuatku berpikir dengan serius.Namun, belum sampai aku mendapatkan jawaban dari pertanyaan Mas Fandy, pintu ruangan kembali terbuka. Segera kuletakkan ponselku agar Mama tak tahu bahwa aku sedang menghub
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Beri Aku Waktu

Bab 35Mas Lana tidak benar-benar meninggalkanku sendirian di rumah sakit ini. Ia lebih banyak duduk di luar ruang perawatan dari pada berada di dalam ruangan bersamaku.Entahlah, setinggi apa emosinya hingga dia sekeras ini diam padaku. Padahal aku juga korban, tidak tahu menahu soal obat penggugur kandungan yang seseorang masukkan ke dalam minumanku.Siang ini, dokter sudah mengizinkanku pulang ke rumah. Meskipun tidak mengajak bicara, Mas Lana masih sigap membantuku membereskan semua barang-barang."Bawa aku ke rumah Ibu saja kalau Mas masih menyimpan amarah soal ini terhadapku," ucapku membuka suara. Tidak ada obrolan antara kami sejak pertengkaran kemarin. Mas Lana dan aku sama-sama bungkam."Keputusan belum diambil, tidak mungkin aku mengembalikanmu pada kedua orang tuamu." Mas Lana menjawab tanpa menoleh kepadaku. Tangannya sibuk memasukkan pakaian kami ke dalam tas besar yang sejak kemarin menjadi saksi kebisuan antara kami.Aku terdiam. Benar, lebih baik aku bertahan di rumah
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Titik Terang

Bab 36Mbak Dian memberitahuku dimana ia berjumpa dengan Mbak Narti. Tak mau kehilangan kesempatan, aku segera pergi menuju kampung dimana Mbak Dian berjumpa dengan pembantu itu.Rasanya aku sudah tidak sabar lagi ingin bicara dengan orang itu. Apa motifnya hingga ia bisa melakukan hal itu padaku padahal selama ini aku sudah baik padanya.Sebuah kampung yang terletak di belakang perumahan tempat tinggalku dan Mas Lana menjadi tujuanku siang ini. Tak peduli pada badan yang seharusnya banyak beristirahat agar kondisiku kembali pulih. Lebih baik mengorbankan badanku dari pada berada di situasi seperti ini lebih lama lagi. Aku sudah tak sabar lagi untuk bisa kembali harmonis dengan Mas Lana, laki-laki yang sudah berhasil mencuri hatiku meskipun sekarang dia terlalu mudah untuk menuduhku sebelum tahu dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.Berbekal foto Mbak Narti yang kumiliki di galeri ponselku, kutunjukkan pada beberapa orang yang kutemui agar aku bisa segera berjumpa dengannya."Ibu
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Selamat Tinggal

Bab 37Mbak Narti meraung memohon ampun padaku saat aku masih sibuk mengontrol emosi. Bisa-bisanya perempuan itu, diam-diam merencanakan ini semua padaku. Sedendam ini kah Renata padaku hingga tega membunuh bayi yang tak berdosa ini?Astaghfirullah. Kuremas perut yang menjadi tempat persinggahan sementara calon bayiku. Hanya sebentar saja dia bertahan di sini dan sekarang harus pergi karena keegoisan perempuan itu."Saya mohon ampun, Bu," ucap Mbak Narti lagi, tak peduli pada dua anak yang sedang mengintip di balik tirai rumahnya. Ia bersimpuh di kakiku, berharap aku akan membiarkannya begitu saja."Saya akan memaafkan Mbak Narti asal dengan satu syarat," balasku tak mau begitu saja melepasnya. Dia sudah memulai semuanya berarti dia juga yang harus menyelesaikan masalah ini."Tolong, jangan bawa saya ke kantor polisi, Bu. Saya takut. Saya melakukan ini semua karena terdesak. Saya tak punya pilihan lainnya." Air mata Mbak Narti terus saja mengucur deras. "Apapun masalah Mbak Narti, s
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Raniku Pergi

Bab 38PoV MaulanaAku kesal sekali pada istriku. Bisa-bisanya dia meminum obat untuk menggugurkan kandungannya, padahal anak itu sudah sangat kuharapkan.Emosiku makin memuncak saat aku datang ke rumah sakit dan melihat laki-laki itu di sana. Mengapa harus mantannya yang dihubungi bukan aku atau orang tua kami?Astaga. Maharani, kukira kamu perempuan cerdas. Tapi ternyata, kamu masih saja terbelenggu dengan masa lalu kamu."Pusing sekali kelihatannya," ujar Renata saat siang itu dia datang ke kafe. Dia datang di waktu yang tepat. Aku butuh teman bicara. Sejak kejadian itu, aku seperti orang gila yang memendam masalahku sendiri."Iya. Aku sedang pusing." Aku menjawab sambil memijit kepalaku yang memang terasa pusing."Kenapa? Cerita sama aku. Aku masih sama seperti yang dulu. Kamu bisa cerita apapun sama aku, bahkan kalau kamu butuh bantuan, aku akan bersedia membantumu." Renata tersenyum sumringah. Wajahnya masih sama seperti saat kami dekat dulu. Dia memang pandai merawat diri.Maha
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Tamparan Keras

Bab 39Aku terdiam tak berani menjawab pertanyaan Bapak. Rani anak satu-satunya, bagaimana jika Bapak tahu bahwa aku sudah menyakiti putri semata wayangnya? Beliau pasti murka padaku.Sebaiknya aku berpikir cepat untuk mencari alasan. Sebab tidak mungkin kukatakan sekarang bahwa Rani pergi dari rumah karena kecerobohanku."'Nak Lana? Rani mana?" tanya Bapak sekali lagi.Mataku mengerjap, memberanikan diri menatap wajah Bapak."Em ... Anu, Pak. Saya ... saya cuma mau ambilkan baju Rani saja. Dia lagi saya suruh istirahat di rumah. Dia minta diambilkan baju kesukaannya yang biasa dipakai," jawabku tergagap. Jika apa yang kuucapkan itu terkesan aneh, maka biarlah. Yang penting aku selamat dari murka kedua orang tua Rani hari ini."Oalah, Rani kok ya ada-ada saja. Baju saja sampai suaminya diminta ambilkan ke rumah," jawab Bapak sambil geleng-geleng kepala. "Ya sudah, masuk sana bilang ke ibumu, biar diambilkan Ibu bajunya yang mana," sambung Bapak lagi sambil menunjuk bagian dalam rumah.
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Berdua Di Rumah Kosong

Bab 40Fandy membiarkanku pergi setelah ia menghajarku hingga puas. Biar, aku salah memang. Aku pantas dihajar olehnya. Aku yang sudah menikahi Rani dan mengambil Rani dari tangannya malah kusia-siakan seperti ini.Aku salah. Aku pantas dihukum. Kalau kalian mau mengahajarku, silahkan. Aku memang pantas dihukum.Kupukul bundaran setir dengan tanganku hingga aku puas. Aku tidak tahu kemana Rani pergi. Melihat reaksi Fandy, aku makin merasa bersalah kali ini.Astaga, Rani. Kamu di mana? Maafkan aku. Kututup wajahku dengan kedua tangan. Selain karena Mama, baru kali ini aku menangis karena perempuan. Seharusnya kemarin aku menunggunya, merawatnya saat dia juga butuh support dari suami.Aku malah marah pada Rani dan melontarkan kalimat yang menyakitkan. Ya Allah, maafkan aku.Bertahun-tahun mereka menjalin hubungan dan baik-baik saja, sedangkan aku, baru beberapa waktu menjalin hubungan tapi sudah membuat Rani pergi dari rumah seperti ini. Kemana Rani pergi jika di rumah orang tuanya ti
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status