All Chapters of Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Chapter 241 - Chapter 250

282 Chapters

Mungkin Aku Sudah Mati

Hampir satu minggu Lunetta dirawat di rumah sakit. Hari ini anak itu sudah dibolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Meski begitu Lunetta masih terus merengek dan minta digendong. Hal itu membuat Sharon merasa kewalahan juga kesal. "Mommy, gendong aku. Aku nggak mau jalan," rengek Lunetta sambil menarik-narik tangan Sharon. Sharon menghela napasnya meningkahi kemanjaan sang putri. "Sayang, Mommy juga capek. Kamu kan sudah besar, ayo jalan sendiri." "Tapi aku nggak bisa. Kakiku sakit Mommy ..." "Kamu itu tipes, Lunetta, bukan sakit kaki kayak perempuan pincang itu. Ayo jalan, nanti kalau kamu nggak mau jalan Tuhan bikin kakimu jadi pincang. Mau kamu?" ancam Sharon dengan mata melebar. "Maksud Mommy pincang seperti Aunty Livia?" Sharon terdiam sebentar kemudian tersenyum tipis. Senyum yang sepertinya ramah tapi begitu penuh siasat. Lalu ia berjongkok di depan Lunetta. Tangannya meraih bahu kecil putrinya lalu mengunci mata Lunetta dengan tatapan. "Lunetta sayang."
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Ketegasan Livia

Livia dan Rajendra terdiam sesaat mendengar Lunetta memanggil Rajendra dengan sebutan 'Papa'. Panggilan itu datang tiba-tiba dan begitu mendadak tanpa ada penjelasan sebelumnya. Dan tentu saja keduanya merasa terkejut. Bagi Livia panggilan 'Papa' seharusnya bukanlah sesuatu yang bisa diucapkan begitu saja oleh anak yang tidak memiliki hubungan darah langsung dengan orang tersebut. Panggilan itu lebih dari sekadar sebutan. Itu merupakan sebuah ikatan yang semestinya terjalin secara alami melalui kedekatan emosional. "Terima kasih bunganya, Lunetta." Rajendra menerima buket mawar tersebut dari anak mantan kekasihnya. "Tapi kenapa kamu memanggil Papa? Seharusnya cukup panggil Uncle atau Om saja." Livia memerhatikan ekspresi Rajendra dengan cermat. Kebingungan dan ketegangan terlihat jelas dari wajahnya. Rajendra mencoba untuk terdengar biasa tapi nada suaranya sedikit kaku. Sedangkan Livia mencoba menahan diri agar tidak emosi. Lunetta membalas tatapan Rajendra dengan wajah polos
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Ide Livia

Livia dan Rajendra sekali lagi dikejutkan oleh ucapan Lunetta. Padahal tadi sudah diwanti-wanti agar jangan memanggil papa pada Rajendra. Namun entah anak itu mengerti atau tidak, ia masih mengucapkannya. Selepas Sharon dan Lunetta pergi, Livia mencoba menenangkan diri. Hatinya terasa berat. Ia merasa ada salah dengan Sharon, tetangganya yang aneh. Wanita itu terlalu lancang, dan kalau boleh Livia bilang, dia juga manipulatif. "Aneh banget orang itu," ucap Livia sambil menatap wajah Rajendra. "Sudahlah, Liv, kamu tenang ya." Rajendra menggenggam tangan Livia demi menenangkannya. "Gimana aku bisa tenang? Udah dibilangin jangan panggil Papa masih aja nggak ngerti. Aku nggak suka anak itu memanggilmu begitu, Ndra, seolah-olah dia adalah anakmu, dan ibunya adalah wanitamu yang lain." "Sssst!" Rajendra segera menenangkan Livia dengan menempelkan telunjuknya di bibir perempuan itu. Sedangkan sebelah tangannyanya yang lain memangku Gadis yang asyik memainkan buket bunga dan tampak
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bicara Empat Mata

Malam itu Livia tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya kalut dan tidak berhenti mengulang kejadian tadi. Perkataan Sharon begitu membekas, seperti luka kecil yang begitu nyeri setiap diingat.Livia berbaring di atas tempat tidur dengan mata terbuka sambil menatap langit-langit kamar dalam temaram cahaya lampu tidur. Di sebelahnya Rajendra sudah tertidur dengan Gadis dalam dekapannya. Hanya suara napas keduanya yang terdengar, tapi entah kenapa hal tersebut membuat Livia merasa sangat kesepian.Livia memiringkan badannya, menatap Rajendra yang terlihat tenang dalam tidurnya. "Kamu nggak bisa ngerasain perasaanku, Ndra," bisiknya lirih, lebih kepada dirinya sendiri.Merasa tidak tahan lagi menahan kegalauan sendirian, Livia bergerak dari ranjang lalu berjalan ke balkon. Udara malam yang dingin menerpa wajahnya. Namun tidak cukup untuk menahan gejolak di dalam dadanya. Perasaan tidak nyaman itu semakin menghantui.Entah berapa lamanya Livia berada di balkon sampai ia mendengar langkah
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Kita Sudah Selesai

Kedua alis Sharon terangkat. Perempuan itu memasang aksi pura-pura terkejut. "Hubungan kita? Duh, aku nggak nyangka kamu akan membahasnya, Ndra. Apa yang mau kamu bicarakan tentang hubungan kita, Ndra?"Rajendra menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri untuk sejenak. "Sha, aku ingin memperjelas batasan antara kita. Aku nggak nyaman dengan apa yang terjadi belakangan ini."Sharon yang tadi menegakkan duduknya kini menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Oh, jadi kamu nggak nyaman. Sebenarnya bukan kamu yang nggak nyaman kan? Tapi Livia.""Ya. Kami berdua sangat tidak nyaman. Ini tentang cara kamu mendekati keluarga kecilku. Khususnya tentang Lunetta yang terus memanggilku papa. Aku tahu kamu sangat mengerti situasinya tapi kamu seolah-olah sengaja membiarkan hal itu terjadi.Senyum tipis di bibir Sharon seketika menghilang, digantikan oleh tatapan tajam perempuan itu. "Aku sengaja? Serius? Jadi menurutmu aku sengaja menyuruh anakku untuk memanggilmu papa? Apa kamu pikir aku sejahat it
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Kesempatan Terakhir Untuk Rajendra

Rajendra mengendarai mobil dengan tenang. Sesekali ia melirik Livia yang duduk di sampingnya. Istrinya itu tampak termenung, menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Sementara di pangkuannya ada Gadis yang tertidur nyenyak. "Liv, mikirin apa?" Rajendra bertanya memecah kesenyapan.Livia menoleh dan membalas tatapan Rajendra. "Saya agak sedih aja sih, Ndra, ninggalin apartemen kita yang lama, tapi nggak apa-apa. Ini yang terbaik untuk kita."Rajendra tahu apa yang Livia maksudkan. Apartemen mereka sebelumnya adalah tempat mereka memulai hidup bersama di negara ini. Tempat mereka jauh dari kenangan buruk sampai akhirnya toxic itu datang. Sejak saat itu apartemen tersebut terasa tidak lagi seperti rumah untuk pulang.Rajendra menghentikan mobilnya di sebuah komplek apartemen. Tempat tersebut adalah tempat tinggal mereka yang baru. Apartemen baru mereka berada di daerah yang lebih tenang dan jauh dari pusat kota. Bangunannya modern dengan keamanan yang ketat dan fasilitas lengkap.
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bercinta Setelah Sekian Lama

Rajendra mendekatkan wajahnya ke muka Livia lalu memberi ciuman sayang. Ciuman lembut itu lama kelamaan menjadi lumatan panas di bibir Livia.Perasaan sayang yang tak terukur, serta perasaan cinta yang dalam membuat keduanya hanyut dalam gelora.Tanpa disadari keduanya saling membantu melepas pakaian masing-masing hingga tubuh keduanya polos sempurna.Rajendra menghujani tubuh Livia dengan ciuman basahnya di mana-mana yang meninggalkan jejak kemerahan di kulit perempuan itu."Gimana perasaan kamu?" tanyanya setelah membenamkan wajah di ceruk leher Livia."Bahagia," jawab Livia dengan tatapan sendu sambil membelai kepala Rajendra. Rajendra menghadiahkan sebuah senyum.Benak Livia kini sibuk bertanya. Apa mereka benar-benar akan melakukannya?Mereka sudah tak berbusana. Walau bukan tidak mungkin tapi terlalu mustahil untuk mengenakannya kembali. Lagi pula Rajendra tidak memaksa. Laki-laki itu malah bertanya."Kamu beneran mau kita melakukannya, Liv?" Rajendra menjauh dari ceruk leher
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Ada Yang Ingin Aku Katakan

Dulu, pada bulan pertama memulai terapi fisik adalah hal yang paling sulit bagi Livia. Ia masih sangat bergantung pada tongkatnya. Setiap langkah begitu berat dan tubuhnya juga sering terasa lelah. Namun Livia tidak menyerah. Setiap hari ia melatih kakinya meski hanya berjalan mengitari apartemen.Di bulan kedua sudah ada kemajuan kecil. Livia mulai bisa berjalan tanpa tongkat meskipun hanya selangkah dua langkah.Di bulan ketiga tongkat mulai jarang ia gunakan saat berada di apartemen. Livia mulai bisa berjalan sendiri dengan langkahnya yang masih terpincang. Ia merasa bahagia setiap kali bisa berjalan lebih lama tanpa merasa terlalu lelah.Tiba di bulan kelima Livia hampir tidak pernah menggunakan tongkatnya lagi. Ia sudah cukup percaya diri untuk keluar apartemen meskipun kakinya masih pincang, tapi berjalan tanpa menggunakan tongkat meningkatkan rasa percaya dirinya. Walau masih ada yang memandang aneh tapi dengan tidak adanya tongkat tidak semua orang memperhatikannya seperti dul
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Permintaan Terakhir

Rajendra memandang arlojinya yang melingkar di pergelangan kiri. Sudah lima belas menit lamanya ia menunggu di sebuah taman kecil di dekat danau. Udara dingin menerpa kulit. Daun-daun berguguran menutupi jalan setapak. Rajendra duduk di bangku taman di dekat pohon dengan tangan dimasukkan ke dalam saku jaketnya. Tatapannya begitu gelisah. Ketika ia bermaksud mengambil ponsel untuk menghubungi orang yang akan bertemu dengannya saat ini, terdengar langkah kaki mendekat. Sharon muncul. Wanita itu mengenakan mantel panjang berwarna coklat. Wajahnya tampak pucat. Ia berjalan pelan ke arah Rajendra dengan sebuah tas tersampir di bahunya. "Hai, Ndra, long time no see," ucapnya sambil tersenyum. "Langsung saja, Sha. Kamu ingin bicara apa?" balas Rajendra dengan nada dingin. Ia tidak ingin berlama-lama berurusan dengan Sharon. "Kamu nggak mau menyilakanku duduk dulu?" "Kamu bisa duduk sendiri kalau kamu mau." Nada suara Rajendra masih sedingin tadi. Sharon tersenyum getir melihat R
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Kesepakatan

Rajendra membeku di bangku taman setelah Sharon pergi. Wajahnya tegang, sorot matanya kosong. Udara dingin semakin menusuk kulit tetapi tidak ia rasakan. Yang ada hanyalah suara-suara yang bergema di kepalanya dan menyiksa batinnya tanpa henti. 'Lunetta anak gue? Apa memang itu faktanya? Tapi kenapa bisa?' Rajendra mendengkus menertawakan kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa ia seceroboh itu? 'Kalau memang semua ini benar, gue mesti ngapain?' Wajah lembut Livia melintas tepat di depan matanya. Livia telah melalui begitu banyak hal bersamanya. Tidak hanya rasa sakit fisik tapi juga luka batin yang mungkin saat ini belum sembuh sepenuhnya. Rajendra baru saja mendapat kepercayaan dari Livia. Lantas bagaimana ia harus menjelaskan semua ini pada Livia? Bagaimana caranya mengatakan pada Livia bahwa Sharon adalah mantannya dan mereka memiliki seorang anak gara-gara hubungan di masa lalu? Sungguh, Rajendra tidak sanggup untuk berterus terang. Rajendra tidak ingin kehilangan Livia. R
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status