Home / Romansa / Pacar Toxic / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pacar Toxic: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Bab 31

Pacar Toxic 31 Pov Pak Tema Wanita jelang lima puluh tahun itu tertunduk lesu di depan penyidik, wajah yang biasanya full make up itu terlihat begitu berantakan. Berkali-kali dia mengusap pipinya yang basah dengan air mata. Sesekali mengusap hidungnya yang beringus, saat menjawab pertanyaan yang diajukan. Dialah Dewi Sita, atau yang biasa kupanggil Mama Sita, adalah ibu kandung Melly sekaligus mertuaku. Salah satu orang yang diduga melenyapkan nyawa istriku. Aku sempat tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang Ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri. Apapun masalah diantara mereka, itu bukan alasan untuk melenyapkan nyawa. Lalu masalah apa? Alasan apa? Yang membuat Mama Sita gelap mata dan memilih menghabisi Melly? Di depan penyidik, Mama Sita mengakui semuanya. Bahwa dia dengan sengaja mencekoki Melly dengan obat dosis tinggi, hingga nyawanya melayang. Semua dia lakukan atas perintah suaminya, demi menguasai perhiasan milik Melly. Padahal nilai perhiasan itu tak seberapa,
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 32

Pacar Toxic 32 Jantungku berdegup kencang, kala menginjakkan kaki di pengadilan. Ini pengalaman pertamaku, jelas aku gugup luar biasa. Apalagi nanti harus bertemu Reymond, orang yang hampir merenggut nyawaku. Rasanya ingin kabur saja dari tempat ini. Hanya Pak Lukman yang menemani, Diani absen karena harus masuk kantor. "Sorry, Luk. Aku nggak bisa nganter. Kerjaan banyak banget, tugas dari Mas Tema semua aku yang ngerjain. Sorry, ya?" ucap Diani tadi pagi. Mau bagaimana lagi, aku tak bisa memaksanya, meski sangat ingin. Pak Tema yang katanya bersedia mendampingiku hingga kasus selesai, nyatanya malah enggan menampakkan batang hidungnya. Laki-laki itu bahkan sudah tak lagi berkomunikasi denganku, lebih dari sebulan. Entah ada dengan pria itu. Ketika aku tanya Diani, gadis itu pun enggan buka mulut. "Mbak Luluk tidak usah takut, jawab saja sesuai arahan saya tadi. Inhale, ekshale dan jangan lupa berdoa. Insya Allah semua lancar," ucap Pak Lukman mengarahkanku, ketika kami sampa
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 33

Pacar Toxic 33 Dengan semangat empat lima, aku menuju ruangan Pak Tema yang berada di lantai tiga. Baru saja menginjakkan kaki di lantai tersebut, aku disuguhi pemandangan yang bikin nyesek dada. Wanita cantik, putih, tinggi langsing, dengan penampilan elegan itu berjalan berdampingan dengan Pak Tema. Yang bikin aku sesak nafas, wanita itu beregelayut manja di lengan Pak Tema. Dan sepertinya laki-laki itu tak keberatan, bahkan menikmati. Terlihat dari senyumnya yang mengembang sempurna. Patah hati aku, Mak! "Pak Tema!" Meski dada bergemuruh hebat, aku tetap tidak melupakan misiku. Menemui beliau untuk menyampaikan laporan. Mendengar namanya dipanggil, Pak Tema menghentikan langkah dan menoleh ke arahku. Senyum yang tadinya mengembang, berubah jadi keterkejutan. Tak mensia-siakan kesempatan, aku pun mendekat. "Luluk? Kapan datang?" tanyanya basa-basi. Kusebut basa-basi, karena aku yakin Diani sudah memberi tahu kepulanganku. Buktinya dia minta Diani menyampaikan permohonan
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 34

Pacar Toxic 34 "Kenapa sih, kamu harus cepet pulang, Luk? Padahal kita belum kemana-mana, lho. Belum puas aku, kangen-kangenan sama kamu. Eh, kamunya malah langsung pulang," sesal Diani saat mengantarku ke Bandara. Sebenarnya aku berencana naik bisa malam, untuk pulang ke Kudus. Tapi Diani kekeh melarang, dia ingin mengantarku ke Bandara. Katanya dia masih kangen sama aku. Jadi perjalanan dari hotel ke Bandara bisa kami manfaatkan untuk ngobrol. Lagipula tiket sudah terlanjur dibeli, tinggal reschedule. "Urusanku disini sudah selesai, Di. Mau ngapain lagi, coba? Lama-lama tinggal di hotel, perusahaan bisa bangkrut," selorohku. "Bayarin satu karyawan nginep di hotel, gak bakalan bikin perusahaan bangkrut, Luk. Kecuali kamu bakar hotel itu, dan minta perusahaan yang ganti. Lagian kamu bisa nginep di rumahku, kalau nggak nyaman di hotel, Luk. Tiap malem kita bisa ngobrol sepuasnya. Nggak kangen kamu sama aku?" balas Diani. "Itu kan, kalau malam, Di. Terus kalau siang, aku ngapa
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 35

Pacar Toxic 35 "Hai, Yang! Apa kabar?" Tubuhku membeku seketika demi melihat siapa yang berdiri di depanku. Bagaimana dia bisa tahu tempat ini? Aku tak pernah cerita padanya, akan pindah ke pulau terpencil ini. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba ada disini? "Lama nggak ketemu, kamu makin cantik aja, Yang. Jadi pengen meluk kamu," ujarnya dengan ekspresi mesum. Seperti biasa, tiap diri dicekam ketakutan. Sesak nafas melanda dan tubuh kaku sulit digerakkan. Bahkan untuk menjerit minta tolong saja, sulit sekali dilakukan. "Pe---pergi!" Hanya kata itu yang meluncur dari bibirku. Padahal aku ingin sekali mengusir dan memakinya. "Hei.... Kamu nggak kangen sama aku? Padahal aku setengah mati menahan kangen sama kamu, Yang. Sini dong, peluk aku! Reymond berkata sambil terus berjalan ke arahku. Membuat ketakutan semakin mencengkram batinku. Aku bergedik ngeri, membayangkan tubuh ini dalam dekapan pria lucknut itu. Sekuat tenaga aku berusaha mundur, menjauhi laki-laki yang sangat kub
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 36

Pacar Toxic 36 Sekitar jam sebelas siang, mobil Andre memasuki area proyek. Mobil oprasional yang biasanya dekil itu, terlihat bersih. Pasti Andre sudah mencucinya sebelum pergi. Namanya juga menjemput tamu penting. Tapi bukan itu yang ingin ku bahas, melainkan sosok familiar yang tengah duduk di belakang Andre. Aku mengucek mata beberapa kali, untuk memperjelas penglihatan. Tapi tetap saja sosok itu tidak berubah sama sekali, itu artinya aku tidak salah lihat. Bukannya tadi pagi Andre pamit jemput Mr Tanaka? Kenapa sekarang jadi Pak Tema? Aku jadi curiga, Diani yang bohong, atau Andre? Tapi apa keuntungannya membohongiku? "Mbak Luluk, ini mana dulu yang dikerjakan?" Suara Pak Rudi, salah satu tukang batu. Menarik kembali kesadaranku. Saat ini aku tengah memberi pengarahan pada pria 40 tahun itu. Namun fokus ku terbagi, saat melihat Andre datang membawa tamu. "Bagian dalam dulu, Pak." Pria itu mengangguk sopan, kemudian berlalu. Kini tinggal aku yang berdiri terpaku, men
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 37

Pacar Toxic 37 "Memang kita mau kemana, Pak?" Sebagai gadis yang baik, aku tidak mau asal ikut pergi dengan laki-laki. Tragedi malam itu itu, membuatku selalu bersikap waspada dan hati-hati. Pada semua manusia berjenis laki-laki. "Ada hal penting yang mau saya bicarakan dengan kamu!" Seketika puluhan bunga bermekaran di dadaku, tapi begitu menyadari ada sosok wanita bernama Marisa, bunga itu layu seketika. Mengingat aku akan pergi dengan atasan, aku berganti baju yang sedikit layak. Tak mungkin pakai celana pendek yang mengumbar paha, entar dikira Pak Tema aku sedang promo. Tak lupa memoles wajah dengan bedak dan lipstik tipis, biar tidak terlihat kucel. Sepanjang perjalanan Pak Tema hanya diam, laki-laki itu fokus pada jalan yang memang terlihat lebih gelap, daripada jalanan di Jakarta. Dalam hati aku sibuk menerka-nerka, apa gerangan yang ingin Pak Tema bicarakan denganku? Apa soal pekerjaan? Kalau iya, kenapa tidak langsung ngomong saja tadi? Kenapa harus ngajak keluar seg
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 38

Pacar Toxic 38 Usai dengan makanannya, Pak Tema nampak merogoh sakunya. Ambil dompet untuk bayar makanan, begitu pikirku. Namun aku terkejut, ketika dia menyodorkan kotak beludru di depanku. Aku menatap kotak warna merah marun itu, kemudian beralih menatap Pak Tema. "Ini apa, Pak?" tanyaku bingung. Tanpa dijelaskan pun aku tahu, kotak itu berisi cincin. Tapi aku ingin tahu untuk apa dia menyodorkan benda itu padaku? Dia mau minta bantuanku untuk melamar Marisa, atau bagaimana. "Cincin, Luk. Kamu pikir apa?" jawabnya menyebalkan. "Iya, saya tahu isinya cincin. Tapi buat apa? Bapak mau saya jualin cincin itu?" Pak Tema berdecak kesal, mendengar jawaban konyolku. "Kamu tahu nggak, sih? Apa artinya laki-laki ngasih cincin pada wanita?" Bukannya menjawab, dia malah ngasih teka-teki. "Melamar? Ngajak nikah?" jawabku ragu-ragu, takut pertanyaannya hanya jebakan. Kalau di novel romans yang sering aku baca, atau drama Korea yang pernah ku tonton. Cowok ngasih cincin ke cewek y
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 39

Pacar Toxic 39 Aku nggak ngerti dengan jalan pikiran Pak Tema, ngajak nikah kayak nagih hutang saja. Harus dibayar saat itu juga. Ini soal masa depan, butuh banyak pertimbangan, dan pemikiran yang matang. Bukan seperti beli barang, lihat, suka, bayar dan langsung angkut pulang. Oke lah, dia itu sempurna sebagai pria. Good looking dan good rekening, idaman semua wanita. Orangnya care banget, aku tahu itu. Tapi untuk menjatuhkan nggak gegabah begini. Ah, pusing aku mikirin duda satu itu. "Mbak Luluk, bangun, Mbak! Sudah pagi, Mbak!" Indria menggoyang pelan bahuku. Meski males setengah mati, aku tetap memaksa membuka mata. "Jam berapa sekarang, In?" tanyaku malas. "Setengah enam, Mbak. Kita kesiangan ini! Mbak Luluk, sih! Pulangnya malem banget, jadi kesiangan, kan!" omel gadis remaja itu. Semalam aku pulang sekitar jam sebelas-an, gara-gara Pak Tema yang nggak mau ngantar pulang kalau aku belum menerima lamarannya. "Kita bakal di sini semalaman, kalau kamu gak bilang, iy
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 40

Pacar Toxic 40 Setelah melalui perdebatan panjang, dan drama eyel-eyelan. Akhirnya aku memutuskan mengikuti rencana Pak Tema, untuk menemui orang tuaku. Tak lupa aku memberinya syarat. "Oke, saya mau jadi istrinya Pak Tema. Tapi dengan satu syarat, kita tinggal di kampung halaman saya, bukan di Jakarta. Sanggup?" Terpaksa aku mengajukan syarat yang sulit Pak Tema kabulkan. Bukan untuk menolak lamarannya, tapi karena kota metropolitan itu meninggalkan trauma di dada. Pak Tema menjentik keningku. "Sakit, Pak! Seneng banget main kasar! Belum jadi istri saja sudah dianiaya, gimana kalau sudah jadi istri?" kesalku tak terima. "Habisnya kamu ngeselin! Ngasih syarat nggak masuk akal, nggak sekalian minta dibuatin candi dalam satu malam? Yang bener aja, dong! Emang kamu mau punya suami pengangguran?" balasnya ketus. "Ya sudah kalau nggak mau, kita nggak usah nikah! Karena saya nggak mau kembali ke Jakarta! Trauma, saya!" "Ck, lebai! Masih takut sama Reymond?" Aku mengangguk cepat.
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status