"Ayahmu tidak becus mengurus perusahaan, harusnya aku yang memimpin bukan ayahmu namun kakekku terlalu pilih kasih jadi jangan salahkan aku membunuhnya." Paman Nicholas tersenyum getir, tanpa rasa bersalah dia merasa bangga dengan tindakannya itu."Pria sialan kamu! Ayahku selalu baik dan menganggap seperti adiknya kandungnya sendiri namun mengapa kamu tega membunuhnya, hah??" Menatap Daniel berurai air mata, Inara tahu bahwa saat ini pria manik mata biru benar-benar sudah di penghujung lelah. Memandangi Daniel hanya diam sembari mendengarkan ucapan paman Nicholas, perempuan cantik itu langsung memeluknya dari belakang sambil menumpahkan segala air matanya. Ia tahu saat ini Daniel begitu sedih."Kamu tenang, El! Ada aku bersamamu," ucap Inara berulang kali. Semampunya, Inara berusaha menghibur Daniel."Aku belum bisa tenang, Ra. Masih ada sesuatu hal yang ingin aku dengar daripria tua bangka ini." Daniel langsung menatap tajam ke arah paman Nicholas."Bisakah kamu jelaskan
Last Updated : 2025-01-22 Read more