All Chapters of Adikku Ingin Jadi Maduku: Chapter 71 - Chapter 80

107 Chapters

71. Pemecatan

"Ma. Aku berangkat," ujar Kafka pada mamanya. Dia menuruni tangga sembari mengenakan jam tangannya.Windi yang sedang berkutat dengan sebuah box makanan segera menyelesaikan pekerjaannya. Dia memasukkan kotak bekal itu pada sebuah paperbag. "Kafka tunggu!" Dia berlari mendekati putranya dengan membawa paperbag itu."Ada apa Ma?" tanya Kafka. Pria itu memperhatikan mamanya dan melihat paperbag yang dibawa sang mama."Ma. Aku nggak perlu dibawain bekal," ujar Kafka kemudian."Siapa yang buatin bekal untuk kamu?" tanya Windi kemudian dengan tatapan mengejek."Lantas itu?" Kafka menunjuk ke arah tangan Windi.Windi mengangkat paperbag yang ada di tangannya. "Ini?" Dia pun memberikan paperbag itu pada Kafka."Kamu mau bertemu sama Melissa, kan? Mama titip ini buat dia. Udah lama sekali mama nggak masakin makanan buat dia. Mama masakin makanan kesukaan dia," ujar Melissa."Jangan lupa mama juga titip salam untuk dia." Windi melanjutkan. Kafka pun menerima paperbag itu dan menatapnya sekila
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

72. Makanan Dari Mantan Mertua

"Bisa jalan dengan benar tidak?" Kafka yang baru saja melewati sebuah lorong menuju ruangan Melissa di kantor perempuan itu hanya menaikkan satu alisnya kala sang kakak menanyakan hal seperti itu padanya.Setelahnya dia hanya memerhatikan sang kakak yang pergi dengan keadaan marah. Dia hanya menggeleng lalu melanjutkan langkah. Kafka lansung menuju ruangan Melissa yang pintunya masih terbuka dan melihat perempuan itu yang tampak memegang kepalanya dan seorang pria paruh baya berdiri di sampingnya. "Permisi," ujarnya kemudian. Dia pun mendapat perhatian dari dua orang di ruangan itu."Apa aku datang di waktu yang tidak tepat?" Dia menatap Melissa dan pria paruh baya itu secara bergantian."Oh tidak kok," ujar Melissa. Dia menegakkan tubuh lalu menggeleng pelan dengan senyum tipis. "Masuklah.""Kalau begitu saya kembali ke ruangan saya dulu, Bu," ujar Pak Miko yang kembali bersikap profesional karena ada orang lain di sana. Dia pun keluar dari ruangan itu meninggalkan Melissa dan Kafk
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

73. Insiden Di Sekolah

"Selamat pagi anak-anak." Seorang guru perempuan memasuki kelas. Dia menyapa murid-muridnya yang terlihat sangat bersemangat hari ini.Pagi itu, jatuh pada tanggal empat belas Februari, seorang guru yang mengajar di taman kanak-kanak membawa sebuah kotak berisi peralatan yang mana dia berencana untuk mengajak muridnya berkreasi."Selamat pagi, Bu Risti." anak-anak yang terdiri dari dua puluh anak laki-laki dan perempuan itu menjawab salam sang guru. "Oke anak-anak. Kalian siap untuk hari ini?" tanya guru bernama Risti itu. Dia tersenyum menatap semua muridnya secara bergantian."Siap!" jawab semua murid dengan mengangkat kedua tangan."Oke. Kalian tahu hari ini tanggal berapa?" Bu Risti bertanya."Empat belas Febluali, Bu." Beberapa anak menjawab dan beberapa anak diam karena tida tahu hari ini tanggal berapa. Beberapa ada yang pengucapannya benar dan ada yang salah karena belum bisa mengatakan huruf r."Kalian tahu hari ini hari apa?" Bu Risti kembali bertanya."Jumat, Bu." Kali ini
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

74. Dipanggil Ke Sekolah

Melissa dan Argo duduk pada sebuah bangku kayu di bawah pohon manggapada sebuah panti asuhan. Mereka baru saja membagikan sembako dan juga barang-barang untuk panti ini.Mereka baru daja menyelesaikan kegiatan makan bersama pemilik panti dan juga anak-anak panti, perasaan haru menghinggapi keduanya."Kasihan sekali ya mereka," ujar Melissa tiba-tiba. Ada banyak cerita yang dia dapatkan di panti ini mengenai asal-usul mereka, dan kebanyakan adalah bayi yang tiba-tiba ditinggalkan di depan gerbang panti oleh orang tuanya. Tak sedikit juga anak yang tiba-tiba di telantarkan begitu saja."Mereka tidak berdosa, tetapi orang tua mereka yang begitu tega membuang mereka begitu saja." Dia melanjutkan. Pandangan Melissa tampak sendu mengarah pada anak-anak panti yang sedang bermain di taman."Ya. Ada banyak orang dan anak-anak yang nasibnya tida seberuntung kita. Tapi, kita kadang kalanya masih sering mengeluh." Argo berujar dengan senyuman tipis.Melissa menarik napas dalam. "Ya. Kalau dipikir
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

75. Mencati Tahu yang salah

Semuanya ada di ruangan guru itu pun langsung menarik ke arah Melissa. Banya ekspresi yang tergambar di wajah-wajah itu. Ada yang terkejut, sinis dan juga bingung.Melissa langsung mengangguk ketika melihat seseorang berdiri dari tempat duduknya. Dia pun kembali menatap ke arah Lisa yang masih menunduk di samping Argo."Siapa kamu? Datang-datang menyela pembicaraan orang. Tidak sopan." Wali murid dari Sisi langsung memaki Melissa.Melissa menatap malas ke arah perempuan itu. "Ibu. Lebih baik Ibu diam datipada bicara yang tidak penting." "Kamu ...." Wali murid Sisi mendelik kesal ke arah Melissa. Dia benar-benar dibuat jengkel.Melissa sendiri tidak peduli. Dia memilih untuk mendekati Lisa lalu berjongkok di hadapan gadis itu. Memegangi kedua pundak Lisa lalu perlahan membuat Lisa menatap dirinya."Lisa, Sayang," panggilnya dengan suara lembut. Tidak ada lagi wajah sinis seperti yang dia tunjukkan pada perempuan tadi."Lisa mau cerita tidak sama Tante?" tanyanya kemudian.Sayangnya, L
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

76. Kolega Ternyata

"Kamu ini bagaimana sih? Bikin malu aja," ujar perempuan tambun itu pada putrinya. Dia menarik kasar tangan sang anak keluar dari kelas sembari mengomel."Kamu ini nggak ada habis-habisnya ya bikin ulah." Dia kembali mengomel."Maaf, Ma." Sisi berdesis kala merasakan sakit di lengannya. Mereka sampai di parkiran sekolahan dan papanya Sisi sudah ada di sana.Pria paruh baya itu keluar dari mobil ketika melihat istri dan anaknya datang dengan Sisi yaang menangis. "Ada apa, Ma?" tayanya kemudian menatap Sisi dengan khawatir."Ini. Anakmu ini," ujarnya dengan sedikit mendorong tubuh Sisi ke arah papanya."Bisanya cuma bikin ulah. Bikin malu," lanjutnya kemudian. Dia melipat tangan di depan dada dengan ekspresi penuh kemarahan."Pelan-pelan, Ma." Suaminya menegur sang istri.Di lain tempat, Melissa sedang asyik-asyiknya membagikan cokelat yang dia bagikan kalau anak-anak mau berkata jujur. "Sudah kebagian semua cokelatnya?" tanya Melissa pada anak-anak yang ada di kelas."Sudah." Mereka me
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

77. Pembicaraan Kafka dan Kedua Orang tuanya

Bagaimana keadaan apartemen milik Okta saat ini? Berantakan. Sangat-sangat berantakan. Banyak barang yang pecah dan berserakan. Banyak benda yang tidak berada tepat di tempatnya.Bagaimana tidak?Hari ini dia mendapatkan kesialan dengan Melissa yang memecatnya. Ternyata, keras juga hati mantan istrinya itu. Dipikir setelah kejadian kemarin Melissa akan mempertimbangkan rencana dirinya untuk rujuk. Namun, ternyata Melissa malah mendepak dirinya dati perusahaan perempuan itu.Kedua tangan Okta mengepal karena marah. Dia menggeleng pelan dengan tatapan tajam. "Tidak. Kalau seperti ini, aku harus menggunakan cara kekerasan. Sedikit memaksa agar dia mau kembali padaku," ujarnya kemudian.Okta mengangguk. "Ya. Itu harus. Lagi pun, pria bernama Argo itu bukan siapa-siapa. Hanya pemilik kontrakan beberapa pintu dan juga beberapa toko sembako. Tidak level denganku yang memiliki perusahaan." Dia kembali berujar.Tunggu. Perusahaan mana yang dia maksud ini?"Dia tidak pantas untuk Melissa yang
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

78. Kediaman Argo

Argo, Lisa, dan Melissa akhirnya tiba di kediaman Argo. Rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas itu terasa hangat dan penuh kenangan bagi Argo.Sederhana? Mana mungkin rumah sebesar ini bida disebut rumah sederhana? "Yuk turun," ujar Argo. Tiga orang itu turun dari mobil. Begitu mereka masuk ke pekarangan, seorang pria paruh baya dengan senyum ramah menyambut mereka. Pak Bowo, ayah Argo, sudah berdiri di teras. Dia tampak terkejut"Kalian sudah pulang?" tanyanya bingung.Tatapannya jatuh pada keberadaan Melissa. "Loh? Ada Melissa juga?"Melissa mengangguk. "Iya Om. Tadi habis dari panti ikut ke sini." Dia menjelaskan."Lalu, Lisa?" Dia menunjuk cucunya. Dia melihat cucunya yang cemberut dan itu membuatnya semakin bingung."Nanti Argo ceritain." Argo berujar. Dia menatap Lisa."Lisa. Kamu ganti seragamnya dulu, ya." Dia berujar pada Lia dan gadis kecil itu pun mengangguk."Ayo masuk." Pak Bowo berujar. "Bagaimana perjalanan kalian tadi?" tanya Pak Bowo dengan suara hangatnya."
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

79. Argo dan Masa Lalu

Suasana makan siang di rumah Argo terasa begitu hangat. Melissa, Argo, dan Lisa duduk mengelilingi meja makan yang penuh dengan hidangan lezat. Aroma masakan yang menggoda mengisi seluruh ruangan, mengundang selera makan mereka. Selain makanan dari Windi tadi yang dibawa Melissa, ternyata asisten rumah tangga Argo juga sudah memasak. Sepertinya papanya tadi sudah makan lebih dulu.Argo menyendokkan makanan ke piringnya sambil tersenyum. "Aku cicipi makanan kamu, ya." Dia berujar pada Lisa."Ambil aja Argo. Kan tadi aku sudah bilang sama kamu. Yang banyak." Melissa berujar.Argo menyuapkannya ke mulut, dia menikmatinya. "Hem. Mantan mertua kamu benar-benar pandai memasak, Melissa," puji Argo setelah mencicipi suapan pertamanya. "Pasti kamu dulu sering dimanja sama makanan-makanan enak seperti ini."Melissa terkekeh pelan. "Ya, mereka memang sangat baik padaku. Aku dulu juga sering kok belajar masak sama Mama Windi. Tapi nggak tahu kenapa masih saja rasanya beda.""Ah enggak. Masakan k
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

80. Menumbalkan Perasaan

Melissa terduduk termenung di sebuah kursi, memikirkan kenyataan yang baru saja dia ketahui. Argo dan Arga ternyata adalah saudara. Hal itu terasa begitu mengejutkan baginya. Bagaimana mungkin dia tidak pernah tahu? Bahkan saat mereka masih sekolah dulu, tidak ada satu pun yang menyebutkan fakta ini. Jika memang ada yang tahu, tentu dia juga akan mengetahuinya.Argo datang menghampiri dengan segelas minuman di tangannya. Dia menyerahkannya pada Melissa dengan harapan bisa membuat perempuan itu sedikit lebih tenang."Minumlah, Mel. Jangan terlalu dipikirkan," kata Argo pelan, namun suara itu tetap terdengar tegas.Melissa menerima gelas itu tanpa benar-benar berniat untuk meminumnya. Matanya masih menatap kosong ke depan, pikirannya berputar di antara fakta-fakta yang baru saja ia dengar."Kenapa Arga tidak pernah memberitahuku?" tanyanya lirih. "Aku bahkan yakin di sekolah dulu tidak ada yang tahu kalau kalian saudara."Dia menatap Argo. "Kamu juga duku tidak bilang.""Karena memang t
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status