Home / Romansa / Menikahi Guru Killer / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Menikahi Guru Killer: Chapter 121 - Chapter 130

139 Chapters

Bab 121

“Iya, dia ada sama aku. Mama Intan? Ada apa Ma?” tanyaku yang masih terkejut karena tak biasanya ibu mertuaku itu melupakan salam yang biasanya diucapkannya. Firasatku mengatakan ada suatu hal sangat penting yang membuatnya panik. “Papa kamu … dia masuk rumah sakit. Dia kena serangan jantung,” ucap perempuan itu dengan suara gemetar, “kamu sama Jonathan bisa pulang, kan?” Tiba-tiba saja kakiku terasa lemas. Bukan … bukan cuma kakiku. Tubuhku terasa lemas, sampai-sampai ponselku terlepas dari tanganku. “Al … Alea, bangun.” Suara itu yang terakhir bisa kudengar. Sebelum semuanya menjadi gelap. Bau menyengat yang tercium di hidungku, membuatku tersentak kembali pada kesadaranku. Aku semakin kebingungan saat telah berada di tempat yang berbeda. “Syukurlah, kamu sudah sadar.” Wajah cemas suamiku membuatku merasa bersalah. Lelaki itu menggenggam tanganku dan mengecupnya, seakan mengungkapkan kelegaan hatinya, “Jo, kita harus pulang sekarang. Papa butuh kita,” ucapku kemudian.
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 122

Aku segera memberikan isyarat pada Bik Titin agar ia memberikan kami kesempatan bicara berdua. Kugenggam tangan dengan selang infus yang masih tertancap di pembuluhnya itu. Kutarik sudut bibirku untuk memberinya seulas senyuman. “Pa, aku tahu. Selama ini Papa sudah berjuang sendirian. Papa berusaha menggantikan sosok ibu buatku, juga memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Dan … aku terlalu bodoh untuk menyadari semua itu. Aku selalu bersikap apatis tanpa memperdulikan kesulitan Papa.”“Alea, itu memang kewajiban Papa. Kamu sudah melakukan kewajiban kamu sebagai anak,” ujarnya menimpaliku.“Pa, sekarang Alea sudah besar. Sudah seharusnya Papa membagikan beban Papa buat Alea,” lanjutku, “Alea nggak mau Papa sakit karena beban berat yang Papa tanggung sendirian. Alea nggak mau kehilangan Papa. Alea nggak sanggup kehilangan orang yang peduli sama Alea lagi.” “Baiklah. Sekarang kamu sudah cukup dewasa. Kamu juga satu-satunya anak yang akan meneruskan bisnis keluarga kita.” Akhir
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 123

“Strata dua manajemen bisnis internasional,” lanjut Vena seakan sengaja memberikan clue agar aku bisa menemukan jawaban atas teka tekinya.“Siapa sih?” tanyaku masih tidak bisa menebak dari clue yang sudah diberikannya, “kenalan kamu? Cewek apa cowok?” “Dih, masa nggak tau sih. Itu … kakak aku. Kak Bernard lah,” sahutnya. Baru kali ini aku melihat Vena membanggakan kakaknya. “Hah! Kak Bernard bukannya katamu mahasiswa abadi, ya?” “Ish! Itu kan cuman julukan yang aku kasih. Abisnya … dia nggak mau lekas cari kerja, malah sengaja abisin duit buat ambil strata dua,” cicitnya lagi.“Terus? Kamu mau tarik dia kemari, gitu? Emangnya dia bakalan mau?” tanyaku tentu saja dengan perasaan pesimis, “terus terang aku jadi pesimis sejak kejadian yang terakhir itu.”“Kak Bernard memang terpukul waktu itu karena kamu lebih pilih Pak Jonathan. Tapi aku yakin kalo dia pasti mau bantu kamu. Kan… kamu itu udah kami anggap seperti keluarga sendiri, Al,” jawab Vena sembari menaik turunkan alisnya. “Ya
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 124

“Nggak bisa Al,” ucap Vena sesaat setelah aku mendiskusikan strategi yang disarankan oleh Pak Jonathan, “Kak Bernard itu udah jelas nggak mungkin buat disusupkan dalam divisi keuangan. Mereka akan langsung tahu kapasitas Kak Bernard. Dia nggak bakal dapat informasi, karena terlalu dia mencurigakan.” “Mencurigakan gimana maksudmu?” “Yaa … se putus asa apa sih, strata dua bisnis manajemen internasional, sampe mau-maunya kerja sebagai staf keuangan di Hot Wingers,” ucap Vena, “apalagi chief finance nya yang cuma lulusan … yah, kamu tahu sendiri kan.”“Benar juga, ya.” Sesaat kami berdua terdiam. Tentu saja karena sibuk dengan pemikiran masing-masing. Bagiku masalah ini cukup rumit, tidak semudah konsep kuda troya yang dipaparkan oleh Pak Jonathan semalam tadi. “Aku tau siapa yang bisa bantu kita!” Suara cempreng itu benar-benar membuatku terkejut kali ini. Apalagi Vena bukan cuman berteriak, tapi juga menepukkan kedua tangannya dengan tiba-tiba. “Siapa Ven?” “Doni!”“Hah! Kok Doni
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 125

Aku menatap lelaki di hadapanku dengan perasaan tak menentu. Setelah sekian lamanya ia bersikap lembut, baru kali ini ia kembali meninggikan suaranya seperti saat ia menjabat sebagai guru kesiswaan dulu. Suara bernada tinggi itu bahkan membuatku diam tanpa bisa mengucapkan kata kataku lagi. Nada tinggi yang diucapkannya seakan membuat jarak di antara kami menjauh dalam seketika.“Alea, aku tidak ingin kehilangan kalian berdua. Kamu dan bayi kita adalah hartaku yang paling berharga. Aku tidak bisa hidup tanpa kalian. Jadi …,” ucapnya dengan tatapan seriusnya yang justru terlihat begitu menakutkan buatku, “please, kita cari jalan lain.” Perlahan aku melangkah mundur. Menjauh selangkah demi selangkah darinya, sebelum benar-benar berbalik dan melangkah pergi.“Alea.” Lelaki itu mengikuti langkahku. Tapi aku tak menghiraukannya. Begitu banyak pertanyaan yang menggerogoti pikiranku. Mulai dari betapa naifnya aku yang percaya pada cinta yang ditawarkannya hingga apa yang sebenarnya membua
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 126

“Apaan sih yang lucu?” tanyaku.“Gini, sebenarnya saat aku mencari lahan, aku melihat properti yang sedang dijual dan lokasinya aku kira bakal cocok buat kita,” ucapnya dengan sangat jelas. Aku menelengkan kepalaku saat pembicaraan itu terasa semakin menarik. Sepertinya dia sedang membicarakan tentang rencana pembangunan rumah kami. Lelaki itu melirik ke arahku, sepertinya ia sedang mencari tahu reaksiku setelah mendapat sedikit bocoran tentang kemana ia akan membawaku. Wajahnya yang terlihat begitu antusias, membuatku merasakan effortnya yang begitu kental. Dan itu justru membuatku merasa semakin bersalah karena telah berpikiran buruk terhadapnya. Bagaimana bisa aku bahkan sudah mencurigai kesetiaannya kepadaku. Rasanya begitu bodoh karena selama ini tidak menyadari dan meragukan semua pengorbanannya buatku. “Alea, Sayang. Kamu kenapa?” tanyanya tiba-tiba. Aku terkesiap saat mendengar pertanyaan itu. Dengan gugup aku menundukkan kepalaku dan mengalihkan pandanganku keluar jendel
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 127

“Konon … salah satu anak pemilik rumah ini ….” Lelaki itu menghentikan ucapannya, seperti sengaja membuatku merasa penasaran. Ia bahkan tersenyum, seperti mengejekku yang jelas-jelas semakin penasaran karena ceritanya yang menggantung itu.“Apa? Kok berhenti?” “Kata orang, nggak baik buat dikatakan,” sahutnya, “jadi kalo kamu masih penasaran ….” Lelaki itu menggerakkan tangannya, seakan memintaku mendekat agar ia dapat membisikkan sesuatu di telingaku. Gerakan itu seperti magnet yang membuatku mendekat begitu saja padanya tanpa berpikir lebih lama lagi. Dan tanpa kuduga, Pak Jonathan langsung mendaratkan kecupannya di pipiku. Reflek, aku segera menjauh saking terkejutnya. Tapi tangannya menahan kepalaku, membuat sepasang mata kami bertemu. Sepasang manik hitam yang terlihat begitu teduh, seperti sebuah oase yang menawarkan kesejukan di hari-hari terburukku. Perlahan dia mendekatkan bibirnya dan …. Kuangkat tanganku dan menempelkan jemariku tepat di bibirnya. Ya … tepat di bibirny
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 128

“Jadi gimana? Udah terpecahkan misterinya?” tanya Kak Bernard seolah mengerti apa yang baru saja kami bicarakan. “Maksud Kakak?” tanyaku yang tak paham arah pembicaraannya. “Ya … tentang jumlah total uang yang digelapkan mereka,” sahutnya, “memangnya kalian berdua bukan membahas tentang itu?” Aku menatap Vena yang juga terlihat bingung. “Kami bukan membicarakan itu, tapi tentang Alea dan ….” Cepat-cepat kubungkam mulutnya dengan tanganku. Bisa-bisanya Vena dengan polosnya mau menjabarkan semua pembicaraan tadi. Seharusnya dia tahu kalau itu cuma bakal memercikkan api ke atas minyak. “Nggak kok, kami dari tadi cuma bercanda,” sahutku, “itu … ngebicarain anaknya chelsea olivia sama glen yang cakep-cakep.” Aku langsung mendelik pada Vena, memberinya kode agar mengiyakan saja ucapanku. Dan setelah Vena mengamini ucapanku dengan anggukkannya, aku menurunkan tanganku. “Iya. Anaknya emang lucu. Moga-moga aja anak kamu seperti mereka, Al,” cicit Vena segera setelah tak ad
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 129

“Aku cuma bisa menawarkan posisi kepala keuangan buat kamu, status sebagai pegawai tetap dan kenaikan gaji, Don,” sahutku, “aku nggak bisa kasih kamu lebih dari itu.” Doni mengulurkan tangannya. “Baik. Aku setuju,” ucapnya tanpa protes, seolah semua yang kutawarkan sudah cukup membuatnya puas. Tentu saja hal itu membuatku lega. Asumsiku tentang hal tak masuk akal yang mungkin dituntutnya, sama sekali tak terwujud. “Semua bukti sudah aku simpan dalam flashdisk ini,” ucapnya sembari mengeluarkan benda mungil dari dalam saku kemejanya, “kamu benar. Pak Panca, kepala keuanganmu dan Rara yang terlibat dan mengetahui semuanya. Tapi … entah seberapa banyak jumlah yang mereka terima dari Rita.” Aku segera menancapkan flashdisk itu ke laptopku. Kubuka file yang terlihat mencurigakan itu dan terlihat di dalam sana sebuah perincian aneh, yang kurasa adalah coretan kasar penyelewengan yang telah berhasil mereka lakukan. “Jadi … bukan cuman enam puluh juta?” desisku dengan kedua tangan menya
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 130

Semua terjadi begitu cepat. Aku bahkan sudah pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa saat wanita itu memojokkan aku dengan pisau di tangannya. Kupejamkan mataku dengan pasrah saat tangannya melaju, menghujam ke arahku. Tapi kegaduhan itu terdengar. Kubuka mataku saat suara dentingan benda logam dan rintihan itu tertangkap oleh indraku. “Don!” Aku terkejut ketika melihat punggung lelaki yang kukenal itu menghadang di depanku. Ia seperti memberikan tubuhnya sebagai perisai yang melindungi aku. “Ra!” Sebut Doni saat wanita itu perlahan melangkah mundur menjauh dari kami. “Maafin aku Don. Aku nggak bermaksud –” Wanita itu berbalik dan pergi begitu saja tanpa menyelesaikan kalimatnya.Aku masih terpaku pada kejadian yang terjadi begitu cepat itu. Bahkan tubuhku terasa gemetar dan lemas. Aku hampir saja mati hari ini!Lelaki muda itu berbalik dan menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Kamu nggak papa, kan?” Dengan gugup, aku pun mengangguk cepat. Hingga pandanganku terkunci pada bag
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status