Home / Horor / JERAT PESUGIHAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of JERAT PESUGIHAN : Chapter 11 - Chapter 20

47 Chapters

Bab. 11 Menghilangnya uang dalam koper

Dalam situasi tegang aku tiba-tiba teringat dengan ustadz Hendra.Aku masih ingat Bagaimana cara ustaz Hendra menyadarkan Bagas saat ia tengah kesurupan.Ku coba untuk membaca surat An-Nas seperti yang dilaksanakan oleh Ustadz Hendra. Tapi Baru saja aku membuka mulutku tiba-tiba dadaku terasa sesak seperti ada sesuatu yang menahan ku sehingga suaraku tidak bisa keluar. Dadaku benar-benar sakit, seperti ada kekuatan besar yang menyerang ku hingga suaraku tidak bisa keluar. Mulutku sudah bergerak membaca ayat-ayat tersebut tapi suaranya tidak berhasil keluar.Ku lihat Bagas tertawa menyeringai saat melihat ku.Aku berusaha berkonsentrasi dan berserah diri pada sang Illahi. Saat ini hanya Dia yang bisa membantu ku melawan iblis jahanam yang bersemayam di tubuh putra bungsuku.Ya Allah, tolong bantu aku, hanya padamu lah aku memohon pertolongan dan hanya padamu lah aku berserah diri. Tiba-tiba ku rasakan sakit di dadaku perlahan menghilang. Suaraku mulai keluar."Alhamdulillah," Bagas
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Bab. 11 Koper Hilang part 2

*Deg!Rasanya aku tidak percaya saat mengetahui uang sekoper milikku tiba-tiba raib menghilang. Aku yakin tidak ada seorangpun yang masuk ke rumah ini. Aku berani bersumpah kalau tidak seorangpun yang masuk ke rumah ini. Aku bahkan sudah memastikan cctv rumah ini.tapi aku tidak tahu kenapa uang itu tiba-tiba bisa menghilang. tentu saja hal ini membuat aku begitu pusing dan semakin ketakutan. Kukuh pun membantuku mencari koper itu. Namun sayangnya meskipun kami sudah mencarinya di seluruh ruangan ,kami tetap tidak menemukannya."Bagaimana ini Kuh, bagaimana jika uang itu tidak ketemu?" ucapku dengan nada sedih"Sudahlah, mungkin memang uang itu sudah diambil pemiliknya, makanya kita tidak akan pernah bisa menemukannya," jawab Kukuh Ia berusaha menenangkan ku dan memberiy solusi untuk masalah yang terjadi.Meskipun aku kami tahu akan ada hal besar yang terjadi jika uang itu menghilang."Setidaknya kita sudah mencari uang itu, jadi jangan pernah bersedih lagi," Seperti biasa malam
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

13. Uang dalam Koper

*Bruughhh! "Argghhh!!" Rasanya tulangku seketika remuk saat tubuhku membentur dinding ruang tamu. Ku lihat Ustadz Hendra tersenyum puas menatapku. sementara itu Kukuh segera berlari menghampiriku. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya panik "Hmm," aku mengangguk pelan Kukuh membantuku berdiri. Ia kemudian menyuruhku untuk menjauhi Ustadz Hendra. Ia melangkahkan kakinya menghampiri Ustadz Hendra. Tampak Ustadz Hendra menatapnya tajam, pria itu terus menggerakkan bola matanya mengikuti kemana Kukuh melangkah. Kukuh sengaja berjalan mengelilinginya membuat pria itu meradang dan berusaha menyerangnya saat Kukuh hendak meletakkan telapak tangannya di atas kepalanya. Ia mengerang keras sambil menggerakan tangannya berusaha menyerang Kukuh. Kukuh yang sudah terbiasa menghadapi orang-orang kesurupan seperti itu, tampak santai menghadapi Ustadz Hendra. Ia terus merapal mantera sambil tangannya terus memegangi kepala Ustadz Hendra. Tapi sepertinya Hantu yang merasuki Sang U
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bab. 14 Kejadian itu terulang lagi

"Ada darah, jenazah Ustad Hendra mengeluarkan darah!" celetuk seorang penggali makam Tentu saja semua orang begitu kaget mendengar ucapan tersebut. Mereka langsung mendekat ke liang lahat untuk melihat sendiri apa benar jenazah sang ustadz mengeluarkan darah. Tiba-tiba bau busuk menyeruak membuat membuat semua orang langsung menghindar dan menjauh dari area pemakaman. Beberapa orang warga langsung membicarakan tentang hal-hal ganjil yang terjadi dan mulai mengaitkan dengan kematian Ira dan Bagas. bukan hanya menatap sinis ke arahku yang dianggap sebagai penyebab kematian Ustadz Hendra yang dianggap tidak wajar. Mereka bahkan menduga jika Ustad Hendra menjadi seperti ini karena dekat dengan keluargaku. "Pasti semua ini karena Teguh, dasar tak tahu diri, sudah beruntung Ustad Hendra selalu menolong keluarganya termasuk putra bungsunya yang nyaris mati tapi dia malah menjadikan Ustad Hendra sebagai tumbal pengganti putranya dasar manusia laknat!" tentu saja aku tidak ter
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bab 15. Dia datang

"Wrwrwrar....wrararar!!" Suara itu semakin lama semakin jelas dan membuat ku merinding. Aku buru-buru mengakhiri sholat ku dan berusaha pergi meninggalkan tempat itu. *Argghhh!!" Seketika aku menjerit histeris saat tiba-tiba Bagas berdiri di depan ku dengan bola mata yang berubah putih semua. Ia menyeringai di depan ku membuat aku benar-benar ketakutan. Aku berusaha mundur dan melarikan diri dari dari tempat itu. nama laki-laki Bagas berhasil menangkap ku. Kali ini ya menarik kerah bajuku hingga robek. "Ah sial!" Ku dorong tubuh Bagas hingga ia jatuh ke lantai. aku segera pergi melarikan diri dari tempat itu. semoga saja aku bisa bertemu dengan Kukuh di jalan karena jika tidak maka Bagas akan menghabisi ku. aku terus berlari tanpa menghiraukan siapapun dan apapun rintangan di depanku sekarang yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya menyelamatkan nyawaku dari teror makhluk sialan ini. *Braakkk!! Hingga saat melintas rel kereta api aku mendengar suara sesua
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab. 16 Bunga Tujuh rupa

*Wushhh!! Kembali sosok wanita itu melintas di depan ku membuat aku langsung berlari masuk ke dalam rumah. "Sial!" Ku buang rokok di tanganku dan aku segera masuk ke kamar Bagas dan berbaring di sampingnya. Kukuh segera bangun dan keluar dari kamar. Ia bergegas keluar untuk memastikan apa benar makhluk itu datang. Tidak lama ia kembali dan menarik selimut ku. "Siapa wanita itu?" tanya Kukuh "Wanita itu, wanita itu yang selama ini selalu datang meneror ku!" jawabku Kukuh kemudian meletakkan telapak tangannya di keningku. "Sebaiknya kamu tidur agar pikiranmu kembali normal!" jawab Kukuh Tentu saja aku kesal mendengar ucapannya. Bagaimana tidak, baru kali ini Kukuh tak mempercayai ku. Biasanya ia selalu percaya denganku, tapi kali ini ia meragukan ku dan itu yang membuatku kesal. "Kau tak percaya padaku??" aku berusaha meyakinkannya tapi ia hanya tersenyum dan menyuruhku untuk tidur, tentu saja itu semakin membuat ku kesal padanya. "Sudahlah lupakan saja, aku mau t
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Bab 17. Malam mencekam

Siang itu sepulang dari kediaman Ustad Hendra aku melihat Bagas bermain bersama teman-temannya a. Aku begitu senang saat melihat Bagas kembali tersenyum dan berkumpul dengan teman-temannya. Aku merasa jika ia sudah kembali lagi seperti dulu. Ya Allah semoga putraku kembali normal seperti dulu lagi. Aku segera masuk kedalam rumah saat tetanggaku memanggilku. Ia menyuruhku untuk segera masuk kedalam rumah dan melihat kondisi Bagas. "Memangnya Bagas kenapa?" tanyaku "Dia tadi teriak-teriak Mas sama minta tolong gitu, pas aku mau masuk pintunya di kunci, ya aku gak bisa nolong. Sebaiknya Mas Teguh buruan cek dia takutnya kenapa-kenapa," ucap tetangga ku "Mana mungkin, wong Bagas baik-baik saja Yu, tuh dia lagi main sama temennya di depan," jawab ku kemudian menunjuk kearah anak-anak yang sedang bermain Tetanggaku langsung menoleh kearah mereka. "Mana, gak asa Bagas Maa?" jawabnya sambil mencari keberadaan Bagas. "Itu loh yang pakai kaos merah," tunjuk ku "Gak ada Mas, mending s
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Bab. 18 Bagas menghilang

"Bagas, bangun nak, kita harus segera pergi dari sini!" ucapku sembari mengguncang tubuhnya untuk membangunkannya Aku terkesiap saat melihat wajah Bagas berubah menjadi sosok wanita iblis itu. Seketika aku langsung mundur menjauh darinya. Wanita itu perlahan bangun dan berjalan mendekatiku. "Sial!" aku langsung lari ketakutan meninggalkan Bagas. Aku berlari sekencang-kencangnya berusaha menyelamatkan diri. Namun tiba-tiba langkah ku terhenti saat mengingat Bagas. "Ah sial, kenapa aku bisa meninggalkannya!" Ku putar langkah ku dan kembali pulang. Tapi sayangnya setiap hari rumah aku tidak melihat Bagas. "Bagas, dimana kamu Nak!" Aku percaya seperti orang gila memanggil nama Putri aku sambil mencarinya di setiap sudut rumah Namun sayangnya aku tidak menemukannya di mana pun. Tentu saja hal itu membuatku begitu ketakutan. Aku takut jika wanita itu benar-benar membawanya pergi. Aku takut jika harus kehilangan Bagas, Aku tidak mau ia menjadi tumbal sama seperti Bagus
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Bab 19. Kenyataan Pahit

Pagi itu Kukuh mengajakku ke sebuah pondok tak jauh dari pantai. Sebuah pondok yang terbuat dari jerami dan berdindingkan papan triplek dengan berlantaikan tanah liat. Kukuh mengetuk pintu sambil mengucap salam khas orang Sunda. Tidak lama seorang pria tua keluar dari dalam pondok dan mempersilakan kami masuk. Ada yang aneh dengan Bagas kala itu. Ia tetap berdiri di depan pintu dan tidak mau masuk ke dalam pondok. Meskipun aku sudah berusaha membujuknya namun ia tetap tak bergeming dan memilih tetap berdiri di depan pintu. "Ayo masuk nak, sebentar saja!" ucapku berusaha membujuknya Namun ia tetap menggeleng dan tak mau bergeming. Kukuh pun keluar dan membantuku membujuk Bagas. nama laki-laki pakai tetap bersegera dan tidak mau masuk. Ia bahkan berteriak-teriak histeris saat aku dan Kukuh memaksanya masuk ke dalam pondok. Suara teriakan Bagas rupanya membuat sang pemilik rumah pun keluar dan menyuruh kami berdua untuk masuk. Kulihat hari kejauhan pria itu berusaha b
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab. 20 bertemunya Bagas

"Apa yang terjadi??" Aku benar-benar terkejut saat mendapati diriku yang tak mengenakan sehelai kain pun. Aku terbaring diatas tikar pandan dimana di kelilingi lilin. Aku segera bangun saat mendengar suara gaduh. Ah sial, aku mau keluar tapi aku tidak memakai baju. Ku lihat sebuah baju tergeletak di depan pintu, aku segera mengambilnya dan memakainya. Aku segera bersembunyi saat ku dengar suara derap langkah kaki mendekat kearah ku. Seorang pria bertubuh kekar memasuki ruangan itu . Ia hanya mengambil sebuah koper lalu pergi. Tidak lama terdengar teriakan keras dari ruang sebelah. Suara teriakan itu makin lama makin keras hingga membuat ku segera keluar untuk mengeceknya. Ku lihat seorang wanita paruh baya tampak tertunduk gusar setelah menebang pohon pisang dihadapannya. Tangisnya mulai pecah saat pohon pisang di depannya tumbang dan berubah menjadi seorang anak perempuan. Tiba-tiba aku teringat saat ritual memasukkan boneka ke panci berisi air panas. Mungkinkah wanita it
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status