Home / Romansa / Suami Penggantiku Ternyata Pewaris / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Suami Penggantiku Ternyata Pewaris: Chapter 101 - Chapter 110

128 Chapters

Bab 101: Rasa Terima Kasih Raka

“Citra, aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku tanpa kamu,” suara Raka terdengar pelan, namun ada kejujuran mendalam di dalamnya. Ia menatap Citra yang sedang duduk di sofa ruang tamu, memandanginya dengan penuh perhatian. “Kamu begitu sabar menghadapi semua kekacauan ini.”Citra menghentikan tangannya yang sedang memegang cangkir teh, lalu mengalihkan pandangannya ke arah suaminya. Ada sedikit keheranan di wajahnya. “Kenapa tiba-tiba bicara begitu, Mas? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang istri.”“Tidak, ini lebih dari itu,” jawab Raka, menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Aku sadar selama ini aku terlalu sibuk dengan masalahku sendiri. Aku seringkali lupa bahwa kamu juga ikut menanggung semua beban ini, bahkan ketika itu bukan kesalahanmu.”Citra tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. “Kamu membuatku terdengar seperti pahlawan, padahal aku cuma ingin kita melewati semuanya bersama. Bagaimanapun juga, keluarga ini adalah bagian dari hidupku.”Rak
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 102: Persiapan Acara Syukuran Kehamilan

“Mas, aku ingin mengadakan syukuran kecil,” ujar Citra tiba-tiba di ruang makan saat mereka sedang sarapan. Ia menatap suaminya yang tengah sibuk dengan layar ponselnya. “Kita bisa undang keluarga dan teman-teman dekat. Hanya acara sederhana untuk merayakan kehamilan ini.”Raka mendongak, alisnya terangkat. “Syukuran? Apa tidak terlalu merepotkan? Bukankah kita bisa merayakannya berdua saja?”Citra tertawa kecil. “Mas, ini bukan soal merepotkan atau tidak. Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan ini. Lagipula, sudah lama kita tidak berkumpul dengan orang-orang terdekat sejak kejadian itu.”“Tapi, Cit…” Raka mencoba membantah, namun pandangan penuh harap dari istrinya membuatnya menahan diri. “Apa tidak lebih baik kalau kita fokus saja pada persiapan nanti setelah bayi lahir?”Citra menggeleng. “Bayi ini belum lahir, tapi aku ingin semua orang tahu betapa bersyukurnya kita. Acara ini tidak harus besar, hanya sekadar makan bersama dan doa sederhana.”Raka menghela napas, mencoba mencari ala
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 103: Malam Romantis di Taman

“Kamu memang tidak pandai menyimpan rahasia, ya,” ujar Citra dengan nada menggoda, sambil menatap Raka yang sedang sibuk menata lilin di atas meja taman kecil itu.Angin malam yang lembut meniup rambutnya, sementara wangi bunga lavender di sekeliling taman membuat suasana semakin hangat.Raka, yang sedang menyalakan lilin terakhir, menoleh sambil tersenyum. “Mungkin aku memang tidak pandai menyimpan rahasia,” balasnya santai, “tapi aku pandai membuatmu tersenyum, ‘kan?”Citra tertawa kecil, melipat tangannya di dada. “Yah, setidaknya itu benar. Tapi serius, Mas. Apa ini semua untukku?”Raka berjalan mendekat, menarik kursi untuk Citra agar duduk. “Menurutmu?” tanyanya balik sambil memasang senyum jahil.“Hmm, kalau bukan untukku, untuk siapa lagi?” jawab Citra sambil duduk. Ia memandangi meja kecil itu, dihiasi taplak sederhana berwarna putih dengan beberapa tangkai bunga mawar merah. Di tengah meja, lilin-lilin kecil menyala, memberikan cahaya hangat yang memantul di matanya.Raka du
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 104: Acara Syukuran

“Citra, mana aku taruh kue lapis legit tadi? Rasanya tadi aku letakkan di meja dapur!” Suara Raka terdengar sedikit panik dari arah dapur.Citra yang sedang mengatur hiasan bunga di ruang tamu, menoleh sambil tersenyum. “Itu sudah aku pindahkan ke meja buffet, Mas. Nanti kalau taruh di dapur, lupa dihidangkan.”Raka mengangguk cepat, keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman. “Wah, bagus sekali susunan bunganya. Kamu memang selalu bisa membuat semuanya terlihat lebih indah.”“Memuji terus dari tadi. Apa kamu takut aku stress menghadapi acara ini?” goda Citra sambil tertawa kecil.Raka meletakkan nampan di meja, kemudian mendekat dan meraih tangan Citra. “Aku memujimu karena kamu pantas dipuji, Cit. Lagi pula, acara ini kan untuk kebahagiaan kita.”Citra tersenyum, sedikit terharu dengan ucapan suaminya. “Terima kasih, Mas. Aku tahu kamu sudah berusaha keras untuk membantu.”Belum sempat Raka menjawab, bel pintu berbunyi. “Itu pasti tamu pertama kita,” kata Raka bersemanga
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 105: Harapan untuk Masa Depan

“Mas, tadi Kakek sempat bilang sesuatu yang membuatku berpikir,” ujar Citra sambil duduk di sofa, menarik selimut ke tubuhnya. Malam itu udara terasa dingin, tetapi hangatnya percakapan mereka mencairkan suasana.“Apa yang Kakek bilang?” Raka bertanya, mendekat sambil membawa dua cangkir teh hangat. Ia menyerahkan satu kepada Citra sebelum duduk di sampingnya.Citra memegang cangkir itu dengan kedua tangan, meniup uap yang mengepul. “Dia bilang menjadi orang tua itu tidak mudah. Kita harus saling mendukung, dan aku setuju dengan itu. Aku tahu kita masih belajar, tapi aku berharap kita bisa menjadi tim yang baik.”Raka tersenyum, menatap istrinya penuh kasih. “Aku setuju, Cit. Aku tahu aku belum sempurna, tapi aku berjanji akan belajar. Aku akan menjadi suami dan ayah yang lebih baik. Aku tidak akan membiarkan apa pun mengganggu keluarga kecil kita.”Citra menatap Raka dengan mata lembut. “Aku percaya padamu, Mas. Tapi aku juga berharap kita selalu saling mendukung, apa pun yang terjad
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 106: Konfrontasi dengan Orang Tua

“Aku ini anakmu juga, Ayah! Tapi kenapa Citra selalu dianggap benar?” Nadya hampir berteriak, suaranya dipenuhi emosi.Ahmad menatap Nadya tajam, wajahnya memerah. “Apa maksudmu bicara seperti itu, Nadya? Ayah tidak pernah membeda-bedakan kalian berdua.”“Tidak pernah membeda-bedakan?” Nadya mendengus sinis. “Lalu kenapa setiap kali ada masalah, aku yang selalu disalahkan? Citra selalu jadi anak kesayangan Ayah, ‘kan?”“Nadya, sudah cukup!” Ahmad menggebrak meja dengan keras, membuat suasana ruang tamu itu tegang. “Ayah sudah muak mendengar keluhanmu tentang Citra!”Anita, yang duduk di samping Nadya, segera menyela. “Mas, jangan seperti itu! Nadya hanya ingin menyampaikan perasaannya. Kamu itu memang terlalu keras pada dia, sementara Citra selalu dibiarkan begitu saja.”Ahmad menatap istrinya dengan mata yang membara. “Jadi menurutmu aku harus diam saja ketika dia terus-terusan mencari masalah? Citra tidak pernah mengadu seperti ini, meskipun dia punya banyak alasan untuk melakukanny
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 107: Instruksi Licik Anita

"Kamu harus kembali ke sana, Nadya. Buat hidup Citra sengsara!" suara Anita bergema tajam di ruang tamu. Ia duduk dengan tegak di kursi rotan, menatap putrinya dengan penuh tekad.Nadya menghela napas panjang, kepalanya tertunduk. "Tapi bagaimana, Bu? Aku tidak punya alasan lagi untuk kembali ke keluarga itu. Mereka sudah mengusirku."Anita menggerakkan tangannya ke udara, menunjukkan ketidaksabarannya. "Itu karena kamu membiarkan mereka menang, Nadya! Citra pikir dia bisa mengambil semua yang menjadi milikmu. Kamu mau menyerah begitu saja? Kalau kamu tidak bertindak sekarang, hidupmu akan hancur selamanya!"Nadya terdiam, mencoba memproses kata-kata ibunya. "Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana. Mereka semua membenciku.""Itu hanya karena kamu belum menunjukkan kekuatanmu," Anita menekankan dengan nada penuh amarah. "Kamu harus memanfaatkan situasi. Gunakan kelemahan mereka untuk melawan mereka. Kita akan cari cara."Nadya memandang ibunya, ragu-ragu. "Apa maksud Ibu? Aku tidak
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 108: Rencana Manipulasi

"Pa, aku tahu kamu kecewa dengan aku. Tapi aku butuh bantuanmu. Aku ingin memperbaiki segalanya," kata Nadya, suaranya penuh nada penyesalan yang dibuat-buat.Andi, ayah mertuanya, menatapnya dengan ekspresi datar dari balik meja kerjanya. Ia tampak ragu. “Kau ingin memperbaiki segalanya? Setelah apa yang kau lakukan pada keluarga kami, Nadya? Aku tidak yakin kau benar-benar tulus.”Nadya mendesah, berusaha menunjukkan kesedihan. “Aku sadar aku banyak salah, Pa. Tapi aku tidak bisa hidup seperti ini terus. Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Aku hanya butuh sedikit bantuan untuk memulai lagi.”Andi menyandarkan punggungnya di kursi. “Bantuan apa yang kau maksud?”“Citra,” jawab Nadya dengan suara rendah. “Aku ingin bicara dengannya, tapi dia pasti tidak akan mendengarkan aku kalau aku datang sendiri. Pa, aku tahu Citra menghormati Papa. Kalau Papa bisa membujuknya untuk memberi aku kesempatan…”Andi memandang Nadya dengan mata tajam. “Jadi kau ingin aku yang menjadi jembatan antara k
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 109: Kehancuran Nadya

“Kamu bilang akan membantuku, tapi kenapa ini terasa seperti jebakan?” Nadya berbicara dengan nada kesal, namun ada ketakutan yang tidak bisa ia sembunyikan.Di depannya, pria misterius itu duduk dengan santai di kursi, senyumnya tipis dan penuh makna. “Jebakan? Nadya, aku hanya memberikan apa yang kau minta. Kau ingin kembali mendapatkan segalanya, bukan? Tapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, ada harga yang harus kau bayar.”Nadya mengepalkan tangannya di bawah meja. “Harga? Apa lagi yang kau mau dariku? Aku sudah melakukan semua yang kau perintahkan!”Pria itu menyandarkan tubuhnya ke kursi, memandang Nadya dengan tatapan tajam. “Belum semuanya, Nadya. Aku butuh kau menyerahkan satu hal terakhir. Informasi.”“Informasi?” Nadya menatapnya bingung. “Informasi tentang apa?”“Semua hal tentang keluarga Bramantyo. Detail yang mungkin terlihat sepele bagimu, tapi penting bagi kami,” jawab pria itu, sambil menyipitkan matanya.Nadya mengernyit, merasa ada sesuatu yang tidak beres.
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 110: Titik Terendah Nadya

"Arga, tolong aku. Aku butuh bantuanmu kali ini," ujar Nadya dengan suara memelas. Ia memegang ponsel dengan tangan gemetar, berharap ada sedikit empati dari orang yang masih berstatus suaminya itu.Namun, suara di ujung telepon terdengar dingin. "Nadya, aku sudah bilang, aku tidak mau terlibat lagi denganmu. Aku punya keluarga dan reputasi yang harus aku jaga. Jangan cari aku lagi.""Arga, tunggu! Aku benar-benar tidak punya siapa-siapa lagi!" teriak Nadya dengan putus asa, tetapi telepon sudah terputus. Ia menatap layar ponselnya yang gelap dengan tatapan kosong.*Tak mau menyerah, Nadya mencoba menghubungi Rama, mantan kekasihnya yang dulu selalu mendukungnya. Setelah beberapa kali nada sambung, suara Rama terdengar."Nadya? Ada apa?" tanyanya dengan nada waspada."Rama, aku butuh bantuanmu. Aku benar-benar terpojok sekarang. Semua orang meninggalkanku, dan aku tidak tahu harus bagaimana lagi," kata Nadya dengan suara serak, matanya mulai basah oleh air mata.Rama terdiam sejenak
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status