Home / Romansa / Suami Penggantiku Ternyata Pewaris / Bab 106: Konfrontasi dengan Orang Tua

Share

Bab 106: Konfrontasi dengan Orang Tua

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-12-23 18:06:59

“Aku ini anakmu juga, Ayah! Tapi kenapa Citra selalu dianggap benar?” Nadya hampir berteriak, suaranya dipenuhi emosi.

Ahmad menatap Nadya tajam, wajahnya memerah. “Apa maksudmu bicara seperti itu, Nadya? Ayah tidak pernah membeda-bedakan kalian berdua.”

“Tidak pernah membeda-bedakan?” Nadya mendengus sinis. “Lalu kenapa setiap kali ada masalah, aku yang selalu disalahkan? Citra selalu jadi anak kesayangan Ayah, ‘kan?”

“Nadya, sudah cukup!” Ahmad menggebrak meja dengan keras, membuat suasana ruang tamu itu tegang. “Ayah sudah muak mendengar keluhanmu tentang Citra!”

Anita, yang duduk di samping Nadya, segera menyela. “Mas, jangan seperti itu! Nadya hanya ingin menyampaikan perasaannya. Kamu itu memang terlalu keras pada dia, sementara Citra selalu dibiarkan begitu saja.”

Ahmad menatap istrinya dengan mata yang membara. “Jadi menurutmu aku harus diam saja ketika dia terus-terusan mencari masalah? Citra tidak pernah mengadu seperti ini, meskipun dia punya banyak alasan untuk melakukanny
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 107: Instruksi Licik Anita

    "Kamu harus kembali ke sana, Nadya. Buat hidup Citra sengsara!" suara Anita bergema tajam di ruang tamu. Ia duduk dengan tegak di kursi rotan, menatap putrinya dengan penuh tekad.Nadya menghela napas panjang, kepalanya tertunduk. "Tapi bagaimana, Bu? Aku tidak punya alasan lagi untuk kembali ke keluarga itu. Mereka sudah mengusirku."Anita menggerakkan tangannya ke udara, menunjukkan ketidaksabarannya. "Itu karena kamu membiarkan mereka menang, Nadya! Citra pikir dia bisa mengambil semua yang menjadi milikmu. Kamu mau menyerah begitu saja? Kalau kamu tidak bertindak sekarang, hidupmu akan hancur selamanya!"Nadya terdiam, mencoba memproses kata-kata ibunya. "Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana. Mereka semua membenciku.""Itu hanya karena kamu belum menunjukkan kekuatanmu," Anita menekankan dengan nada penuh amarah. "Kamu harus memanfaatkan situasi. Gunakan kelemahan mereka untuk melawan mereka. Kita akan cari cara."Nadya memandang ibunya, ragu-ragu. "Apa maksud Ibu? Aku tidak

    Last Updated : 2024-12-23
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 108: Rencana Manipulasi

    "Pa, aku tahu kamu kecewa dengan aku. Tapi aku butuh bantuanmu. Aku ingin memperbaiki segalanya," kata Nadya, suaranya penuh nada penyesalan yang dibuat-buat.Andi, ayah mertuanya, menatapnya dengan ekspresi datar dari balik meja kerjanya. Ia tampak ragu. “Kau ingin memperbaiki segalanya? Setelah apa yang kau lakukan pada keluarga kami, Nadya? Aku tidak yakin kau benar-benar tulus.”Nadya mendesah, berusaha menunjukkan kesedihan. “Aku sadar aku banyak salah, Pa. Tapi aku tidak bisa hidup seperti ini terus. Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Aku hanya butuh sedikit bantuan untuk memulai lagi.”Andi menyandarkan punggungnya di kursi. “Bantuan apa yang kau maksud?”“Citra,” jawab Nadya dengan suara rendah. “Aku ingin bicara dengannya, tapi dia pasti tidak akan mendengarkan aku kalau aku datang sendiri. Pa, aku tahu Citra menghormati Papa. Kalau Papa bisa membujuknya untuk memberi aku kesempatan…”Andi memandang Nadya dengan mata tajam. “Jadi kau ingin aku yang menjadi jembatan antara k

    Last Updated : 2024-12-24
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 109: Kehancuran Nadya

    “Kamu bilang akan membantuku, tapi kenapa ini terasa seperti jebakan?” Nadya berbicara dengan nada kesal, namun ada ketakutan yang tidak bisa ia sembunyikan.Di depannya, pria misterius itu duduk dengan santai di kursi, senyumnya tipis dan penuh makna. “Jebakan? Nadya, aku hanya memberikan apa yang kau minta. Kau ingin kembali mendapatkan segalanya, bukan? Tapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, ada harga yang harus kau bayar.”Nadya mengepalkan tangannya di bawah meja. “Harga? Apa lagi yang kau mau dariku? Aku sudah melakukan semua yang kau perintahkan!”Pria itu menyandarkan tubuhnya ke kursi, memandang Nadya dengan tatapan tajam. “Belum semuanya, Nadya. Aku butuh kau menyerahkan satu hal terakhir. Informasi.”“Informasi?” Nadya menatapnya bingung. “Informasi tentang apa?”“Semua hal tentang keluarga Bramantyo. Detail yang mungkin terlihat sepele bagimu, tapi penting bagi kami,” jawab pria itu, sambil menyipitkan matanya.Nadya mengernyit, merasa ada sesuatu yang tidak beres.

    Last Updated : 2024-12-25
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 110: Titik Terendah Nadya

    "Arga, tolong aku. Aku butuh bantuanmu kali ini," ujar Nadya dengan suara memelas. Ia memegang ponsel dengan tangan gemetar, berharap ada sedikit empati dari orang yang masih berstatus suaminya itu.Namun, suara di ujung telepon terdengar dingin. "Nadya, aku sudah bilang, aku tidak mau terlibat lagi denganmu. Aku punya keluarga dan reputasi yang harus aku jaga. Jangan cari aku lagi.""Arga, tunggu! Aku benar-benar tidak punya siapa-siapa lagi!" teriak Nadya dengan putus asa, tetapi telepon sudah terputus. Ia menatap layar ponselnya yang gelap dengan tatapan kosong.*Tak mau menyerah, Nadya mencoba menghubungi Rama, mantan kekasihnya yang dulu selalu mendukungnya. Setelah beberapa kali nada sambung, suara Rama terdengar."Nadya? Ada apa?" tanyanya dengan nada waspada."Rama, aku butuh bantuanmu. Aku benar-benar terpojok sekarang. Semua orang meninggalkanku, dan aku tidak tahu harus bagaimana lagi," kata Nadya dengan suara serak, matanya mulai basah oleh air mata.Rama terdiam sejenak

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 111: Kehilangan Terbesar Nadya

    Nadya terbangun di ranjang rumah sakit, rasa sakit menjalari tubuhnya. Kepalanya berat, matanya bengkak akibat tangisan semalam. Pintu kamar terbuka, seorang dokter masuk dengan wajah penuh empati.“Bu Nadya,” panggil dokter itu pelan, duduk di sisi ranjang. “Kami perlu bicara.”Nadya berusaha bangkit, tapi tubuhnya terlalu lemah. “Apa yang terjadi, Dok?” tanyanya dengan suara parau.Dokter menatapnya sejenak, ragu untuk berbicara. “Kami sudah melakukan semua yang kami bisa, tapi ... bayi Anda tidak bisa diselamatkan.”Wajah Nadya pucat. Tatapan dan pikirannya mendadak kosong. Saat ini Nadya tidak dapat merasakan apa-apa. Namun, air mata tiba-tiba saja mengalir di pelupuk matanya.Apakah ini adalah karma yang harus ia terima? Tetapi, mengapa Tuhan harus mengambil calon bayinya yang tidak berdosa? Mengapa Tuhan tidak mengambil dirinya saja?Melihat pasiennya menangis, sang dokter menundukkan kepala. “Saya turut berduka. Ini bukan kesalahan Anda, tapi kondisi Anda memang terlalu berat u

    Last Updated : 2024-12-27
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 112: Anita yang Murka

    Anita dan Ahmad tiba di rumah sakit pagi itu. Mereka langsung menuju kamar Nadya, yang masih terbaring lemah di ranjang. Wajah Anita tegang, sementara Ahmad tampak mencoba menahan kekhawatirannya.“Bagaimana ini bisa terjadi, Nadya? Apa yang sebenarnya kamu lakukan?” Suara Anita terdengar tajam, penuh kecemasan.Nadya menunduk. Suaranya hampir tak terdengar. “Bu... Aku... aku nggak tahu.”“Anita, jangan terlalu keras,” Ahmad menengahi, mencoba menenangkan suasana. “Ini sudah cukup berat buat Nadya.”“Saya nggak keras, Mas!” Anita menatap suaminya tajam. “Tapi saya nggak paham, kenapa anak kita bisa sampai seperti ini?”Nadya tetap diam, tangannya memegangi perutnya yang kosong. Matanya tertuju ke lantai, menghindari tatapan ibunya.Anita maju beberapa langkah, suaranya makin meninggi. “Nadya, jawab ibu! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu ceroboh begini? Seharusnya kamu jaga diri, jaga bayi itu!”“Bu, tolong...” Nadya akhirnya bersuara, suaranya pecah oleh tangis. “Ini salahku. S

    Last Updated : 2024-12-27
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 113: Simpati dari Citra dan Raka

    Di ruangan rumah sakit yang hening, Nadya terbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya tampak pucat, dengan mata yang sembab akibat tangis tiada henti. Pintu kamar diketuk perlahan.“Masuk,” suara Nadya terdengar serak, hampir tak terdengar.Citra dan Raka melangkah masuk. Nadya terkejut melihat mereka, terutama Citra.“Kalian…” ucap Nadya dengan nada bergetar.“Kami datang untuk memastikan kamu baik-baik saja,” kata Citra, mencoba tersenyum meski canggung.Raka berdiri beberapa langkah di belakang Citra, tatapannya dingin. “Dia baik-baik saja? Aku rasa kita sudah tahu jawabannya. Kenapa kita harus ke sini?”Citra melirik Raka sejenak, mengabaikan komentarnya. Ia mendekati ranjang Nadya. “Apa kamu butuh sesuatu? Mungkin air atau makanan?”Nadya menggeleng pelan. “Aku… tidak butuh apa-apa. Terima kasih sudah datang.”“Jangan terlalu cepat berterima kasih,” potong Raka tajam. “Kami di sini bukan untuk memberikan simpati tanpa alasan.”“Mas!” tegur Citra. “Dia baru saja kehilangan anaknya.

    Last Updated : 2024-12-29
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 114: Penolakan

    Di ruang tamu yang megah namun dingin, keluarga Bramantyo berkumpul. Bramantyo duduk di kursi paling ujung, memancarkan aura otoritas yang tidak bisa diganggu gugat.Andi duduk di sampingnya, dengan ekspresi tegas yang mencerminkan pendiriannya, dan Arga duduk di hadapan Andi dengan ekspresi sedih dan kebingungan di saat yang sama.Ahmad berdiri di hadapan mereka, terlihat gelisah namun tetap mencoba mempertahankan ketenangan. Anita, yang berdiri sedikit di belakang Ahmad, menyaksikan pertemuan ini dengan tatapan dingin.“Dia tidak punya tempat lagi di keluarga ini, Arga. Tidak peduli seberapa menderita dia sekarang,” suara Bramantyo menggema di ruangan, tegas dan penuh emosi.Arga mengangguk pelan. “Saya setuju, Kek. Nadya telah melampaui batas,” ucapnya pelan. “Perbuatannya terlalu kejam untuk dimaafkan. Bahkan setelah semua kesempatan yang kita berikan, dia tetap mengkhianati keluarga ini.”Ahmad menghela napas berat, lalu mencoba berbicara dengan nada lebih tenang. “Pak, saya meng

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 127. Misi Penyelamatan

    Bab 127: Misi Penyelamatan"Mas, aku harus ikut," tegas Citra sambil menatap suaminya. Ia berdiri dengan tangan terlipat, menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.Raka menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di meja. "Citra, ini bukan ide yang bagus. Tempat itu berbahaya, dan kamu sedang hamil. Aku nggak akan ambil risiko.""Bahaya atau tidak, Nadya tetap keluargaku!" balas Citra dengan nada penuh emosi. "Aku nggak bisa duduk diam di rumah sementara kalian di luar sana mencarinya."Raka mendekat, menggenggam kedua tangan Citra. "Aku mengerti perasaanmu, tapi pikirkan bayi kita. Kamu sendiri bilang dia adalah prioritas utama. Kalau sesuatu terjadi padamu, aku nggak akan pernah bisa memaafkan diriku."Citra menggeleng, air mata mulai menggenang di matanya. "Tapi Mas ... aku nggak bisa tenang. Aku nggak tahu apa yang akan dilakukan Fajar pada Nadya. Aku takut dia dalam bahaya.""Itulah kenapa aku harus pergi. Bukan kamu," ujar Raka dengan lembut, mencoba menenangkan ist

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 126. Makin Memanas

    "Bu, aku ingin bicara!" suara Citra terdengar lantang dari ruang tamu, memecah keheningan malam itu.Anita, yang tengah duduk santai di sofa sambil menonton televisi, menoleh dengan ekspresi datar. "Oh, kamu akhirnya punya nyali, Citra?" balasnya sinis.Citra melangkah masuk, wajahnya tegang. Raka berdiri di belakangnya, mencoba memberi dukungan meskipun ia tahu ini bukan posisinya untuk ikut campur."Aku nggak tahan lagi dengan semua omonganmu tentang ibuku," Citra langsung memulai, tanpa basa-basi. "Kalau kamu punya sesuatu untuk disampaikan, katakan sekarang, di depanku."Anita menatap Citra dengan tatapan dingin. Ia mematikan televisi dan meletakkan remote di meja. "Baiklah," katanya sambil menyilangkan tangan di dada. "Kamu mau tahu kebenaran, kan? Kebenaran yang selalu kamu anggap sebagai kebohongan karena kamu nggak bisa terima kenyataan?""Kebenaran apa? Bahwa kamu yang menghancurkan keluarga kami?" sergah Citra dengan nada tajam.Anita tertawa kecil, getir. "Lucu sekali. Kamu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   125: Perangkap yang Membelenggu

    "Fajar, aku nggak mau ikut campur urusan ini lagi," suara Nadya terdengar putus asa. Ia berdiri di sudut ruangan sempit yang mereka sewa, memeluk tubuhnya sendiri.Fajar, seorang pria bertubuh tegap dengan tatapan tajam, hanya mendengus sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kayu. "Kamu pikir kamu punya pilihan, Nadya?" tanyanya dengan nada dingin.Nadya menggigit bibir, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku cuma mau hidup tenang, Fajar. Aku nggak pernah setuju untuk jadi bagian dari ini."Fajar mendekat, langkahnya pelan tapi penuh tekanan. "Dengar, Nadya. Kamu pikir aku juga mau hidup seperti ini? Kita sama-sama nggak punya pilihan. Uang dari pekerjaan ini yang bikin kita bisa bertahan. Kalau kamu nggak mau ikut, ya sudah. Tapi jangan salahkan aku kalau kamu nanti kelaparan."Nadya memalingkan wajahnya. "Aku lebih baik pergi daripada terus terlibat dalam ini.""Pergi ke mana? Ke adikmu, Citra?" tanya Fajar sambil terkekeh. "Kamu pikir dia bisa terima kamu begitu saja setelah semua

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 124: Ancaman yang Mengintai

    "Mas, ini tidak mungkin terjadi... Kenapa ada foto kita di rumah sakit?" Citra memandang ponselnya dengan tangan gemetar.Raka yang sedang duduk di sebelahnya segera menoleh. "Tunjukkan padaku," katanya tegas. Citra menyerahkan ponselnya, dan Raka segera membaca pesan itu.Di layar, sebuah pesan teks anonim berbunyi:"Berhenti mencari, atau kalian akan menyesal."Di bawah pesan itu ada foto Citra dan Raka di depan rumah sakit tadi siang, jelas diambil dari jarak dekat."Sialan," gumam Raka, wajahnya langsung tegang. "Ini bukan ancaman biasa. Seseorang mengikuti kita.""Apa maksudnya berhenti mencari? Apakah ini ada hubungannya dengan Nadya?" tanya Citra, suaranya terdengar cemas.Raka menatapnya tajam. "Tentu saja ini tentang Nadya. Orang yang mengancam kita pasti tahu kita sedang mencoba menemukannya.""Tapi kenapa mereka mengincar kita? Apa salah kita, Mas?" Citra mulai terisak.Raka menarik napas panjang dan meraih tangan Citra. "Dengar, ini bukan salahmu. Kita cuma mencoba membant

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 123: Jejak di Rumah Sakit

    "Apa benar ini rumah sakitnya, Mas?" Citra bertanya dengan nada tak sabar. Mereka berdiri di depan sebuah bangunan tua yang sederhana, dindingnya memudar dimakan waktu.Raka mengangguk sambil memeriksa alamat di ponselnya. "Iya, ini alamat yang dikasih Pak Budi. Kita langsung masuk saja."Mereka berdua melangkah ke dalam rumah sakit kecil itu. Suasana sepi menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara langkah kaki mereka di lantai ubin yang sedikit retak. Di meja resepsionis, seorang wanita paruh baya dengan seragam perawat sedang membaca buku."Selamat siang, Bu," Raka membuka percakapan dengan sopan. "Kami sedang mencari informasi tentang seseorang yang pernah dirawat di sini."Wanita itu mengangkat kepalanya, menatap mereka dengan penuh selidik. "Siapa namanya?" tanyanya."Nadya," jawab Citra cepat. "Dia mungkin dirawat di sini beberapa minggu lalu. Apa Ibu mengenalnya?"Perawat itu mengernyit, lalu tampak berpikir sejenak. "Nadya... ya, saya ingat. Perempuan muda itu. Dia memang pern

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 122: Mencari Jejak Nadya

    "Mas, aku nggak bisa diam saja," Citra memulai, suaranya penuh kegelisahan. Mereka duduk di ruang tamu rumah, dengan suasana yang berat menggantung di antara mereka. "Sudah terlalu lama Nadya nggak ada kabar. Aku nggak tenang kalau dia terus menghilang begini."Raka memijat pelipisnya, mencoba menahan rasa frustrasi yang sudah mulai muncul. "Citra, kamu sedang hamil besar. Kamu nggak bisa terlalu memaksakan diri. Lagipula, siapa tahu Nadya memang ingin menjauh untuk sementara waktu.""Jadi menurutmu aku harus diam saja? Aku harus pura-pura nggak peduli?" Citra menatap Raka dengan penuh rasa putus asa. "Nadya itu kakakku, Mas. Aku tahu kita punya masalah, tapi dia tetap keluarga."Raka menghela napas panjang, menatap istrinya yang terlihat begitu serius. "Aku nggak bilang kamu harus pura-pura nggak peduli. Tapi kamu harus berpikir realistis. Kalau kita mencari dia sekarang, apa itu nggak malah bikin masalah baru? Apalagi kalau benar dia pergi karena ingin menghindar."Citra menggenggam

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 121: Klarifikasi yang Menyayat Hati

    "Ayah, aku butuh penjelasan," suara Citra terdengar tegas, memecah keheningan pagi itu. Mereka duduk di ruang tamu kecil rumah Ahmad, suasananya penuh ketegangan.Ahmad menghela napas panjang, tangannya yang keriput menggenggam cangkir kopi hangat yang sejak tadi tidak disentuh. "Citra, Ayah tahu kamu pasti terluka dengan apa yang dikatakan Anita semalam. Tapi percayalah, Ayah nggak pernah berniat menyakiti keluarga kita. Ayah hanya...""Hanya apa, Ayah?" Citra memotong, nadanya tajam. Matanya berkaca-kaca. "Benarkah Ayah lebih memprioritaskan orang lain daripada Ibu? Itu yang Ibu rasakan sampai akhirnya dia sakit, sampai semuanya berantakan?"Raka, yang duduk di samping Citra, menepuk punggungnya pelan, mencoba menenangkan. Namun, Citra tidak memperhatikan, pandangannya tetap terfokus pada Ahmad.Ahmad meletakkan cangkirnya di meja. Wajahnya terlihat semakin lelah. "Ibu kamu adalah wanita yang kuat, Citra. Tapi dia punya sisi rapuh yang kadang Ayah nggak pahami. Saat Anita datang, Ay

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 120: Pengakuan Mengejutkan Anita

    "Ibu!" suara Citra menggema di ruang tamu yang sudah tegang sejak mereka tiba. "Aku nggak bisa diam begitu saja setelah apa yang Ibu katakan tadi. Jelaskan sekarang! Apa maksud Ibu dengan semua tuduhan itu tentang ibu kandungku?"Anita, yang sedang menuang teh ke cangkir, berhenti sejenak. Ia menatap Citra dengan tatapan dingin, lalu meletakkan teko perlahan. "Kamu benar-benar ingin tahu, Citra? Aku rasa kamu nggak akan suka jawabannya.""Aku nggak peduli! Aku berhak tahu!" Citra membalas dengan nada penuh emosi.Ahmad, yang duduk di kursi seberang, mencoba meredakan suasana. "Sudahlah, Anita. Ini bukan waktunya membahas hal-hal seperti ini."Namun Anita hanya mendengus kesal. "Diam, Mas. Ini saatnya kebenaran keluar. Selama ini kamu selalu berlindung di balik kesopananmu, tapi semua ini terjadi karena keputusan bodohmu sendiri."Ahmad menghela napas panjang, wajahnya terlihat penuh penyesalan. Sementara itu, Citra menatap mereka bergantian, hatinya terasa berat."Dulu, aku nggak puny

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 119: Membujuk Raka

    "Mas, aku nggak tenang," suara Citra terdengar lirih saat ia duduk di sofa, tangannya memegang perutnya yang semakin membesar. "Nadya nggak kasih kabar sama sekali. Aku nggak tahu dia di mana atau gimana keadaannya."Raka meletakkan koran yang sejak tadi ia baca, menatap istrinya dengan penuh perhatian. "Citra, kamu harus fokus sama kesehatanmu dan bayi kita. Jangan terlalu stres.""Aku nggak bisa," Citra membalas cepat. "Dia saudara aku, Mas. Kalau aku diam saja, aku nggak tahu apa yang mungkin terjadi padanya. Aku harus cari dia."Raka menghela napas panjang, mengusap wajahnya. "Kamu ini keras kepala, ya. Kamu tahu nggak kalau sekarang prioritas kamu itu diri kamu sendiri dan bayi ini? Nadya itu sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan.""Itu masalahnya, Mas!" Citra menaikkan nada suaranya sedikit. "Nadya bukan tipe orang yang diam saja kalau ada masalah. Dia pasti sedang dalam kondisi buruk kalau sampai menghilang seperti ini. Aku mohon, temani aku cari dia."Raka terdiam, melih

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status