Beranda / Romansa / Suami Penggantiku Ternyata Pewaris / Bab 113: Simpati dari Citra dan Raka

Share

Bab 113: Simpati dari Citra dan Raka

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 08:30:41

Di ruangan rumah sakit yang hening, Nadya terbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya tampak pucat, dengan mata yang sembab akibat tangis tiada henti. Pintu kamar diketuk perlahan.

“Masuk,” suara Nadya terdengar serak, hampir tak terdengar.

Citra dan Raka melangkah masuk. Nadya terkejut melihat mereka, terutama Citra.

“Kalian…” ucap Nadya dengan nada bergetar.

“Kami datang untuk memastikan kamu baik-baik saja,” kata Citra, mencoba tersenyum meski canggung.

Raka berdiri beberapa langkah di belakang Citra, tatapannya dingin. “Dia baik-baik saja? Aku rasa kita sudah tahu jawabannya. Kenapa kita harus ke sini?”

Citra melirik Raka sejenak, mengabaikan komentarnya. Ia mendekati ranjang Nadya. “Apa kamu butuh sesuatu? Mungkin air atau makanan?”

Nadya menggeleng pelan. “Aku… tidak butuh apa-apa. Terima kasih sudah datang.”

“Jangan terlalu cepat berterima kasih,” potong Raka tajam. “Kami di sini bukan untuk memberikan simpati tanpa alasan.”

“Mas!” tegur Citra. “Dia baru saja kehilangan anaknya.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 114: Penolakan

    Di ruang tamu yang megah namun dingin, keluarga Bramantyo berkumpul. Bramantyo duduk di kursi paling ujung, memancarkan aura otoritas yang tidak bisa diganggu gugat.Andi duduk di sampingnya, dengan ekspresi tegas yang mencerminkan pendiriannya, dan Arga duduk di hadapan Andi dengan ekspresi sedih dan kebingungan di saat yang sama.Ahmad berdiri di hadapan mereka, terlihat gelisah namun tetap mencoba mempertahankan ketenangan. Anita, yang berdiri sedikit di belakang Ahmad, menyaksikan pertemuan ini dengan tatapan dingin.“Dia tidak punya tempat lagi di keluarga ini, Arga. Tidak peduli seberapa menderita dia sekarang,” suara Bramantyo menggema di ruangan, tegas dan penuh emosi.Arga mengangguk pelan. “Saya setuju, Kek. Nadya telah melampaui batas,” ucapnya pelan. “Perbuatannya terlalu kejam untuk dimaafkan. Bahkan setelah semua kesempatan yang kita berikan, dia tetap mengkhianati keluarga ini.”Ahmad menghela napas berat, lalu mencoba berbicara dengan nada lebih tenang. “Pak, saya meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 115: Titik Terendah Nadya

    "Bu, tolong angkat telepon ini... aku tidak punya tempat lain untuk pergi," suara Nadya terdengar parau, hampir tertelan isak tangisnya. Ponsel di tangannya terus berdering tanpa jawaban. Untuk keempat kalinya ia mencoba, tetapi hasilnya tetap sama. Nadya memandang layar ponselnya yang redup, lalu dengan berat hati ia menyelipkannya kembali ke tas kecil yang sudah usang.Ia berdiri di depan rumah sakit dengan tubuh lemah, menggigit bibir untuk menahan tangis yang semakin mendesak keluar. Angin malam yang dingin menusuk kulitnya, namun lebih menusuk lagi rasa kehilangan yang kini memenuhi dadanya.“Harus ke mana aku sekarang?” Nadya bergumam pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Ia mulai melangkah, tanpa arah, hanya mengikuti trotoar panjang yang dihiasi lampu jalan yang suram.Langkah kakinya membawanya ke sebuah taman kecil. Di sana, ia melihat sekelompok ibu-ibu yang tengah duduk bercengkerama di bangku taman. Nadya mengenali beberapa wajah mereka—orang-orang yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 116: Protes Citra terhadap Sikap Raka

    “Kenapa kamu terus-terusan bersikap seperti itu, Mas? Bukankah Nadya sudah minta maaf?” Citra duduk di sofa ruang tamu, tatapannya lurus ke arah suaminya yang tengah menyandarkan tubuhnya di kursi berlapis kain cokelat.Raka mendesah pelan, tetapi sorot matanya tajam. “Minta maaf? Citra, kamu benar-benar percaya permintaan maaf itu tulus? Kamu lupa apa saja yang dia lakukan selama ini?”Citra menggeleng lemah. “Aku tahu apa yang dia lakukan dulu, tapi kali ini... Aku benar-benar merasa dia tulus. Orang bisa berubah, Mas.”Raka terkekeh sarkastik, lalu bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. “Berubah? Orang seperti Nadya nggak akan pernah berubah. Dia cuma pintar memainkan perasaan orang. Sekarang dia datang dengan wajah sedih, bilang ‘maaf’, dan kamu langsung percaya?”Citra berdiri, mencoba mendekati Raka. “Bukan masalah percaya atau tidak, tapi aku yakin dia benar-benar menyesal. Kamu lihat sendiri, kan, dia nggak seperti Nadya yang dulu. Bahkan dia sampai kehilangan seg

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 117: Perselisihan Ahmad dan Anita

    "Kamu masih mau membelanya, Mas? Setelah semua ini?" suara Anita memecah keheningan di ruang makan kecil itu. Nada suaranya tajam, penuh dengan kemarahan yang sulit disembunyikan.Ahmad meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan, mencoba menjaga ketenangan meskipun wajahnya menunjukkan kelelahan. "Anita, aku hanya mencoba melihat ini dari sudut pandang yang lebih adil. Nadya sudah cukup menderita. Apa salahnya kita beri dia sedikit ruang untuk memperbaiki semuanya?"Anita tertawa pendek, hampir sinis. "Adil? Kamu benar-benar berpikir dia pantas mendapatkan keadilan setelah apa yang dia lakukan? Dia bahkan menghancurkan hubungan dengan keluarga Bramantyo."Ahmad menggeleng, mencoba tetap tenang. "Dia butuh bantuan, Anita. Apa salahnya kalau kita mencoba membantu? Bagaimanapun juga, dia anak kita."Anita memutar matanya dengan kesal. "Bagian keluarga? Jangan mulai, Mas. Dia sudah kehilangan hak itu sejak dia nggak mau menuruti perintahku. Dan jujur saja, aku muak melihat kamu terus-terus

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 118: Kondisi Nadya 

    "Bu, apa saya boleh ngutang dulu beli nasi? Uangnya lagi nggak cukup," suara Nadya terdengar pelan di depan warung kecil.Pemilik warung, seorang ibu tua, memandang Nadya dengan iba. "Ya ampun, Nadya, jangan sungkan. Ambil aja dulu. Bayar kapan-kapan nggak apa-apa."Nadya tersenyum tipis. "Makasih ya, Bu. Saya beneran nggak tahu kapan bisa bayar, tapi saya janji nggak akan lupa."Setelah mengambil sekotak nasi kecil, Nadya melangkah lemah menuju jalan setapak yang menuju kontrakannya. Tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya mulai terasa ringan. Langit sore yang mulai memerah semakin membuat matanya sulit fokus.Dia mencoba mengatur napas. "Sedikit lagi, Nadya. Kamu pasti bisa sampai," bisiknya pada dirinya sendiri.Namun, langkahnya semakin berat. Tiba-tiba, pandangannya menjadi gelap, dan tubuhnya kehilangan keseimbangan.*"Nadya! Hey Nadya!"Fajar berjongkok di samping tubuh Nadya yang tergeletak di pinggir jalan. Wajahnya panik, tidak yakin apa yang harus dilakukan. Ia segera memerik

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 119: Membujuk Raka

    "Mas, aku nggak tenang," suara Citra terdengar lirih saat ia duduk di sofa, tangannya memegang perutnya yang semakin membesar. "Nadya nggak kasih kabar sama sekali. Aku nggak tahu dia di mana atau gimana keadaannya."Raka meletakkan koran yang sejak tadi ia baca, menatap istrinya dengan penuh perhatian. "Citra, kamu harus fokus sama kesehatanmu dan bayi kita. Jangan terlalu stres.""Aku nggak bisa," Citra membalas cepat. "Dia saudara aku, Mas. Kalau aku diam saja, aku nggak tahu apa yang mungkin terjadi padanya. Aku harus cari dia."Raka menghela napas panjang, mengusap wajahnya. "Kamu ini keras kepala, ya. Kamu tahu nggak kalau sekarang prioritas kamu itu diri kamu sendiri dan bayi ini? Nadya itu sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan.""Itu masalahnya, Mas!" Citra menaikkan nada suaranya sedikit. "Nadya bukan tipe orang yang diam saja kalau ada masalah. Dia pasti sedang dalam kondisi buruk kalau sampai menghilang seperti ini. Aku mohon, temani aku cari dia."Raka terdiam, melih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 120: Pengakuan Mengejutkan Anita

    "Ibu!" suara Citra menggema di ruang tamu yang sudah tegang sejak mereka tiba. "Aku nggak bisa diam begitu saja setelah apa yang Ibu katakan tadi. Jelaskan sekarang! Apa maksud Ibu dengan semua tuduhan itu tentang ibu kandungku?"Anita, yang sedang menuang teh ke cangkir, berhenti sejenak. Ia menatap Citra dengan tatapan dingin, lalu meletakkan teko perlahan. "Kamu benar-benar ingin tahu, Citra? Aku rasa kamu nggak akan suka jawabannya.""Aku nggak peduli! Aku berhak tahu!" Citra membalas dengan nada penuh emosi.Ahmad, yang duduk di kursi seberang, mencoba meredakan suasana. "Sudahlah, Anita. Ini bukan waktunya membahas hal-hal seperti ini."Namun Anita hanya mendengus kesal. "Diam, Mas. Ini saatnya kebenaran keluar. Selama ini kamu selalu berlindung di balik kesopananmu, tapi semua ini terjadi karena keputusan bodohmu sendiri."Ahmad menghela napas panjang, wajahnya terlihat penuh penyesalan. Sementara itu, Citra menatap mereka bergantian, hatinya terasa berat."Dulu, aku nggak puny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 121: Klarifikasi yang Menyayat Hati

    "Ayah, aku butuh penjelasan," suara Citra terdengar tegas, memecah keheningan pagi itu. Mereka duduk di ruang tamu kecil rumah Ahmad, suasananya penuh ketegangan.Ahmad menghela napas panjang, tangannya yang keriput menggenggam cangkir kopi hangat yang sejak tadi tidak disentuh. "Citra, Ayah tahu kamu pasti terluka dengan apa yang dikatakan Anita semalam. Tapi percayalah, Ayah nggak pernah berniat menyakiti keluarga kita. Ayah hanya...""Hanya apa, Ayah?" Citra memotong, nadanya tajam. Matanya berkaca-kaca. "Benarkah Ayah lebih memprioritaskan orang lain daripada Ibu? Itu yang Ibu rasakan sampai akhirnya dia sakit, sampai semuanya berantakan?"Raka, yang duduk di samping Citra, menepuk punggungnya pelan, mencoba menenangkan. Namun, Citra tidak memperhatikan, pandangannya tetap terfokus pada Ahmad.Ahmad meletakkan cangkirnya di meja. Wajahnya terlihat semakin lelah. "Ibu kamu adalah wanita yang kuat, Citra. Tapi dia punya sisi rapuh yang kadang Ayah nggak pahami. Saat Anita datang, Ay

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 126. Makin Memanas

    "Bu, aku ingin bicara!" suara Citra terdengar lantang dari ruang tamu, memecah keheningan malam itu.Anita, yang tengah duduk santai di sofa sambil menonton televisi, menoleh dengan ekspresi datar. "Oh, kamu akhirnya punya nyali, Citra?" balasnya sinis.Citra melangkah masuk, wajahnya tegang. Raka berdiri di belakangnya, mencoba memberi dukungan meskipun ia tahu ini bukan posisinya untuk ikut campur."Aku nggak tahan lagi dengan semua omonganmu tentang ibuku," Citra langsung memulai, tanpa basa-basi. "Kalau kamu punya sesuatu untuk disampaikan, katakan sekarang, di depanku."Anita menatap Citra dengan tatapan dingin. Ia mematikan televisi dan meletakkan remote di meja. "Baiklah," katanya sambil menyilangkan tangan di dada. "Kamu mau tahu kebenaran, kan? Kebenaran yang selalu kamu anggap sebagai kebohongan karena kamu nggak bisa terima kenyataan?""Kebenaran apa? Bahwa kamu yang menghancurkan keluarga kami?" sergah Citra dengan nada tajam.Anita tertawa kecil, getir. "Lucu sekali. Kamu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   125: Perangkap yang Membelenggu

    "Fajar, aku nggak mau ikut campur urusan ini lagi," suara Nadya terdengar putus asa. Ia berdiri di sudut ruangan sempit yang mereka sewa, memeluk tubuhnya sendiri.Fajar, seorang pria bertubuh tegap dengan tatapan tajam, hanya mendengus sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kayu. "Kamu pikir kamu punya pilihan, Nadya?" tanyanya dengan nada dingin.Nadya menggigit bibir, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku cuma mau hidup tenang, Fajar. Aku nggak pernah setuju untuk jadi bagian dari ini."Fajar mendekat, langkahnya pelan tapi penuh tekanan. "Dengar, Nadya. Kamu pikir aku juga mau hidup seperti ini? Kita sama-sama nggak punya pilihan. Uang dari pekerjaan ini yang bikin kita bisa bertahan. Kalau kamu nggak mau ikut, ya sudah. Tapi jangan salahkan aku kalau kamu nanti kelaparan."Nadya memalingkan wajahnya. "Aku lebih baik pergi daripada terus terlibat dalam ini.""Pergi ke mana? Ke adikmu, Citra?" tanya Fajar sambil terkekeh. "Kamu pikir dia bisa terima kamu begitu saja setelah semua

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 124: Ancaman yang Mengintai

    "Mas, ini tidak mungkin terjadi... Kenapa ada foto kita di rumah sakit?" Citra memandang ponselnya dengan tangan gemetar.Raka yang sedang duduk di sebelahnya segera menoleh. "Tunjukkan padaku," katanya tegas. Citra menyerahkan ponselnya, dan Raka segera membaca pesan itu.Di layar, sebuah pesan teks anonim berbunyi:"Berhenti mencari, atau kalian akan menyesal."Di bawah pesan itu ada foto Citra dan Raka di depan rumah sakit tadi siang, jelas diambil dari jarak dekat."Sialan," gumam Raka, wajahnya langsung tegang. "Ini bukan ancaman biasa. Seseorang mengikuti kita.""Apa maksudnya berhenti mencari? Apakah ini ada hubungannya dengan Nadya?" tanya Citra, suaranya terdengar cemas.Raka menatapnya tajam. "Tentu saja ini tentang Nadya. Orang yang mengancam kita pasti tahu kita sedang mencoba menemukannya.""Tapi kenapa mereka mengincar kita? Apa salah kita, Mas?" Citra mulai terisak.Raka menarik napas panjang dan meraih tangan Citra. "Dengar, ini bukan salahmu. Kita cuma mencoba membant

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 123: Jejak di Rumah Sakit

    "Apa benar ini rumah sakitnya, Mas?" Citra bertanya dengan nada tak sabar. Mereka berdiri di depan sebuah bangunan tua yang sederhana, dindingnya memudar dimakan waktu.Raka mengangguk sambil memeriksa alamat di ponselnya. "Iya, ini alamat yang dikasih Pak Budi. Kita langsung masuk saja."Mereka berdua melangkah ke dalam rumah sakit kecil itu. Suasana sepi menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara langkah kaki mereka di lantai ubin yang sedikit retak. Di meja resepsionis, seorang wanita paruh baya dengan seragam perawat sedang membaca buku."Selamat siang, Bu," Raka membuka percakapan dengan sopan. "Kami sedang mencari informasi tentang seseorang yang pernah dirawat di sini."Wanita itu mengangkat kepalanya, menatap mereka dengan penuh selidik. "Siapa namanya?" tanyanya."Nadya," jawab Citra cepat. "Dia mungkin dirawat di sini beberapa minggu lalu. Apa Ibu mengenalnya?"Perawat itu mengernyit, lalu tampak berpikir sejenak. "Nadya... ya, saya ingat. Perempuan muda itu. Dia memang pern

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 122: Mencari Jejak Nadya

    "Mas, aku nggak bisa diam saja," Citra memulai, suaranya penuh kegelisahan. Mereka duduk di ruang tamu rumah, dengan suasana yang berat menggantung di antara mereka. "Sudah terlalu lama Nadya nggak ada kabar. Aku nggak tenang kalau dia terus menghilang begini."Raka memijat pelipisnya, mencoba menahan rasa frustrasi yang sudah mulai muncul. "Citra, kamu sedang hamil besar. Kamu nggak bisa terlalu memaksakan diri. Lagipula, siapa tahu Nadya memang ingin menjauh untuk sementara waktu.""Jadi menurutmu aku harus diam saja? Aku harus pura-pura nggak peduli?" Citra menatap Raka dengan penuh rasa putus asa. "Nadya itu kakakku, Mas. Aku tahu kita punya masalah, tapi dia tetap keluarga."Raka menghela napas panjang, menatap istrinya yang terlihat begitu serius. "Aku nggak bilang kamu harus pura-pura nggak peduli. Tapi kamu harus berpikir realistis. Kalau kita mencari dia sekarang, apa itu nggak malah bikin masalah baru? Apalagi kalau benar dia pergi karena ingin menghindar."Citra menggenggam

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 121: Klarifikasi yang Menyayat Hati

    "Ayah, aku butuh penjelasan," suara Citra terdengar tegas, memecah keheningan pagi itu. Mereka duduk di ruang tamu kecil rumah Ahmad, suasananya penuh ketegangan.Ahmad menghela napas panjang, tangannya yang keriput menggenggam cangkir kopi hangat yang sejak tadi tidak disentuh. "Citra, Ayah tahu kamu pasti terluka dengan apa yang dikatakan Anita semalam. Tapi percayalah, Ayah nggak pernah berniat menyakiti keluarga kita. Ayah hanya...""Hanya apa, Ayah?" Citra memotong, nadanya tajam. Matanya berkaca-kaca. "Benarkah Ayah lebih memprioritaskan orang lain daripada Ibu? Itu yang Ibu rasakan sampai akhirnya dia sakit, sampai semuanya berantakan?"Raka, yang duduk di samping Citra, menepuk punggungnya pelan, mencoba menenangkan. Namun, Citra tidak memperhatikan, pandangannya tetap terfokus pada Ahmad.Ahmad meletakkan cangkirnya di meja. Wajahnya terlihat semakin lelah. "Ibu kamu adalah wanita yang kuat, Citra. Tapi dia punya sisi rapuh yang kadang Ayah nggak pahami. Saat Anita datang, Ay

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 120: Pengakuan Mengejutkan Anita

    "Ibu!" suara Citra menggema di ruang tamu yang sudah tegang sejak mereka tiba. "Aku nggak bisa diam begitu saja setelah apa yang Ibu katakan tadi. Jelaskan sekarang! Apa maksud Ibu dengan semua tuduhan itu tentang ibu kandungku?"Anita, yang sedang menuang teh ke cangkir, berhenti sejenak. Ia menatap Citra dengan tatapan dingin, lalu meletakkan teko perlahan. "Kamu benar-benar ingin tahu, Citra? Aku rasa kamu nggak akan suka jawabannya.""Aku nggak peduli! Aku berhak tahu!" Citra membalas dengan nada penuh emosi.Ahmad, yang duduk di kursi seberang, mencoba meredakan suasana. "Sudahlah, Anita. Ini bukan waktunya membahas hal-hal seperti ini."Namun Anita hanya mendengus kesal. "Diam, Mas. Ini saatnya kebenaran keluar. Selama ini kamu selalu berlindung di balik kesopananmu, tapi semua ini terjadi karena keputusan bodohmu sendiri."Ahmad menghela napas panjang, wajahnya terlihat penuh penyesalan. Sementara itu, Citra menatap mereka bergantian, hatinya terasa berat."Dulu, aku nggak puny

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 119: Membujuk Raka

    "Mas, aku nggak tenang," suara Citra terdengar lirih saat ia duduk di sofa, tangannya memegang perutnya yang semakin membesar. "Nadya nggak kasih kabar sama sekali. Aku nggak tahu dia di mana atau gimana keadaannya."Raka meletakkan koran yang sejak tadi ia baca, menatap istrinya dengan penuh perhatian. "Citra, kamu harus fokus sama kesehatanmu dan bayi kita. Jangan terlalu stres.""Aku nggak bisa," Citra membalas cepat. "Dia saudara aku, Mas. Kalau aku diam saja, aku nggak tahu apa yang mungkin terjadi padanya. Aku harus cari dia."Raka menghela napas panjang, mengusap wajahnya. "Kamu ini keras kepala, ya. Kamu tahu nggak kalau sekarang prioritas kamu itu diri kamu sendiri dan bayi ini? Nadya itu sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan.""Itu masalahnya, Mas!" Citra menaikkan nada suaranya sedikit. "Nadya bukan tipe orang yang diam saja kalau ada masalah. Dia pasti sedang dalam kondisi buruk kalau sampai menghilang seperti ini. Aku mohon, temani aku cari dia."Raka terdiam, melih

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 118: Kondisi Nadya 

    "Bu, apa saya boleh ngutang dulu beli nasi? Uangnya lagi nggak cukup," suara Nadya terdengar pelan di depan warung kecil.Pemilik warung, seorang ibu tua, memandang Nadya dengan iba. "Ya ampun, Nadya, jangan sungkan. Ambil aja dulu. Bayar kapan-kapan nggak apa-apa."Nadya tersenyum tipis. "Makasih ya, Bu. Saya beneran nggak tahu kapan bisa bayar, tapi saya janji nggak akan lupa."Setelah mengambil sekotak nasi kecil, Nadya melangkah lemah menuju jalan setapak yang menuju kontrakannya. Tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya mulai terasa ringan. Langit sore yang mulai memerah semakin membuat matanya sulit fokus.Dia mencoba mengatur napas. "Sedikit lagi, Nadya. Kamu pasti bisa sampai," bisiknya pada dirinya sendiri.Namun, langkahnya semakin berat. Tiba-tiba, pandangannya menjadi gelap, dan tubuhnya kehilangan keseimbangan.*"Nadya! Hey Nadya!"Fajar berjongkok di samping tubuh Nadya yang tergeletak di pinggir jalan. Wajahnya panik, tidak yakin apa yang harus dilakukan. Ia segera memerik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status