Home / Urban / Pembalasan Tuan Muda Terkuat / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Pembalasan Tuan Muda Terkuat: Chapter 151 - Chapter 160

505 Chapters

Bab 151 - Keributan Sebelum Lelang

Ryan berjalan menuju pintu utama hotel dengan penuh percaya diri. Matanya yang tajam segera menangkap sosok Angelica yang tampak gelisah di dekat pintu. Gadis itu terlihat linglung, seolah pikirannya berada di tempat lain. Hari ini, Angelica berpakaian sangat santai, berbeda dari penampilannya yang biasanya rapi dan formal. Ryan juga memperhatikan lingkaran hitam di bawah mata gadis itu, tanda bahwa ia kurang tidur. Secara keseluruhan, Angelica tampak lesu dan tidak bersemangat. Ryan menghampiri Angelica dan berkata dengan nada datar, "Mengapa kamu terlihat linglung seperti itu? Ayo pergi." Mendengar suara Ryan, Angelica tersentak dari lamunannya. Ia segera menegakkan posturnya dan berkata dengan hormat, "Tuan Ryan, Anda di sini…" Ryan menyadari perubahan sikap Angelica. Gadis yang biasanya percaya diri dan sedikit angkuh itu kini bersikap jauh lebih sopan. Tampaknya peringatan dari kakek dan gurunya telah memberi efek yang signifikan. Tanpa banyak bicara, Ryan dan Angelic
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 152 - Keributan Sebelum Lelang (II)

Angelica, yang sadar betul bahwa Ryan tidak suka diganggu, berusaha menjelaskan secara diplomatis, "Dia tamu dari Keluarga Herbald. Dia tertarik dengan pelelangan hari ini, jadi dia datang untuk melihatnya. Dia sedang beristirahat sekarang, jadi sebaiknya jangan diganggu." Namun penjelasan itu tidak menghentikan keingintahuan Lidya. Matanya terus mengamati Ryan dengan penuh minat. "Angelica, karena dia tamumu, dia juga bagian dari circle sosial kita," ujarnya. Lalu, dengan suara yang dimanis-maniskan, Lidya mencoba menarik perhatian Ryan. "Hai tampan, apakah kamu benar-benar tidak akan memperkenalkan dirimu?" Suara Lidya yang lembut dan menggoda biasanya mampu memikat hati pemuda manapun. Namun, Ryan bukanlah pemuda biasa. Perlahan, Ryan membuka matanya. Tatapannya menyapu Lidya dan kelompoknya itu sekilas, ekspresinya tetap datar dan tidak terkesan. "Aku bukan bagian dari circle sosial yang sama dengan kalian, jadi tidak perlu memperkenalkan diri," ujarnya dengan nada acuh ta
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 153 - Keributan Sebelum Lelang (III)

Will terpental, tubuhnya menghantam lantai dengan suara berdebum yang menyakitkan. Darah mengucur dari hidung dan mulutnya, membasahi wajahnya yang kini dipenuhi rasa sakit dan amarah. "Dasar bajingan!" Will berusaha berteriak di tengah rasa sakitnya, namun Ryan tidak memberinya kesempatan untuk melanjutkan. Dengan suara dingin yang menusuk tulang, Ryan berkata, "Mulutmu terlalu kotor. Sebaiknya kau tidak berbicara sama sekali di masa mendatang." Kalimat itu terdengar seperti vonis mati di telinga semua yang hadir. Tanpa peringatan, Ryan mencengkeram leher Will dan membenturkan wajahnya ke meja kaca terdekat. Mulut Will adalah bagian pertama yang menghantam permukaan keras itu. Suara giginya yang patah terdengar mengerikan, diikuti oleh semburan darah yang membasahi meja kaca. Angelica, yang menyaksikan semua ini dengan ngeri, segera meraih tangan Ryan. Dengan suara memohon, ia berkata, "Tuan Ryan, jangan..." Namun Ryan hanya melirik Angelica sekilas, tatapannya dingin dan ta
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 154 - Keributan Sebelum Lelang (IV)

Penjaga itu jelas menyadari beratnya situasi ini. Bagaimanapun, putra Keluarga Logos baru saja dipukuli di dalam Hotel Century. Tidak hanya Ryan yang akan menghadapi konsekuensi, tapi hotel mereka pun pasti akan terkena imbasnya. Namun, Ryan tampak sama sekali tidak terpengaruh oleh ancaman itu. Dengan santai, ia mengambil segelas anggur merah dan berjalan kembali ke sofa. Membelakangi kerumunan yang masih terpana, Ryan duduk dengan anggun, menyilangkan kakinya, dan mulai memutar gelas anggur di tangannya. Sikapnya seolah-olah tidak ada yang terjadi, seakan-akan ia baru saja menyelesaikan percakapan ringan alih-alih menghajar seseorang hingga babak belur. Semua orang yang hadir tercengang melihat reaksi Ryan yang di luar dugaan. Mereka telah membayangkan berbagai skenario: Ryan akan melarikan diri, menyerah, atau mungkin memohon maaf. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa pemuda itu akan dengan tenangnya duduk dan menikmati minumannya. 'Sial! Apakah anak ini idiot?' pikir
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 155 - Keributan Sebelum Lelang (V)

Sudah berakhir, semuanya sudah berakhir!' pikir Lidya, dan ia yakin bukan hanya dirinya yang berpikir demikian. Angelica dan semua orang yang hadir juga memandang Ryan dengan tatapan simpati, yakin bahwa nasib pemuda itu telah ditentukan. Ethan Zein memasukkan tangannya ke dalam saku dan berkata dengan nada dingin, "Apa yang terjadi di sini?" "CEO Ethan, Tuan Muda Will, dia..." Seorang penjaga keamanan mencoba menjelaskan dengan terbata-bata. Tatapan Ethan Zein langsung tertuju pada Will Logos yang masih tergeletak di lantai, berlumuran darah. Pupil matanya mengecil dan tangannya terkepal erat. "Siapa yang berani menyentuh anggota Keluarga Logos di Hotel Century-ku?" tanyanya, suaranya penuh amarah yang nyaris tak terkendali. Ethan melangkah maju dan membantu Will berdiri. Dengan nada khawatir yang jelas dibuat-buat, ia bertanya, "Will, siapa yang melakukan ini padamu?" Suara Ethan yang penuh amarah bergema di seluruh aula, membuat semua orang yang hadir semakin tegang. Will L
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 156 - Keadaan Berbalik

Adegan itu telah menghantuinya dalam mimpi buruk berulang kali. Betapa tidak, fondasi keluarga Shaw di Kota Golden River jauh lebih kokoh daripada Keluarga Logos, bahkan melebihi keluarga Zein sendiri. Hal ini terutama karena keluarga Shaw memiliki seorang grandmaster seni bela diri di pihak mereka. Namun, bukan hanya kejadian di Hotel Golden River yang membuat Ethan begitu ketakutan. Yang lebih mengerikan adalah apa yang terjadi setelahnya. Awalnya Ethan mengira Ryan akan menjadi korban kemarahan keluarga Shaw. Tapi kenyataan berkata lain. Keesokan harinya, Magnus Shaw dan Effendy Shaw ditemukan tewas. Dua tokoh terkemuka Kota Golden River itu bahkan tidak bertahan satu malam pun setelah insiden tersebut. Mereka meninggal begitu saja, seolah-olah nyawa mereka tak lebih berharga dari debu di jalanan. Metode pembunuhan itu sangat kejam, dan hingga saat ini, pelakunya masih belum tertangkap atau teridentifikasi. Peristiwa ini membuat seluruh Kota Golden River diselimuti
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 157 - Bertemu Rindy di Pelelangan

Ethan Zein menghela napas lega. Ia segera mengeluarkan kartu hitam dari sakunya dan menawarkannya kepada Ryan. Dengan senyum memohon maaf, ia berkata, "Tuan Ryan, sepupuku ini benar-benar buta. Saya pasti akan mendisiplinkannya lebih keras setelah ini. Saya seharusnya mengawasinya lebih baik. Kami telah membuat masalah bagi Tuan Ryan kali ini." "Enyahlah!" Ryan menjawab dengan dingin, suaranya penuh otoritas. Mendengar dua kata itu, semua orang di ruangan itu tidak bisa tidak merasa bahwa pemuda di sofa itu berdiri di atas segalanya, agung dan tak terjangkau. Meski Ryan sendiri tidak tahu mengapa Ethan Zein begitu takut padanya, ia memutuskan untuk tidak ambil pusing. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Bahkan, ia membenci perasaan itu. "Ya, ya, tentu saja!" Ethan Zein buru-buru menarik Will Logos keluar dari ruangan. Ia memerintahkan penjaga keamanan dan pelayan untuk menjaga ketertiban, berusaha mengembalikan situasi ke kondisi normal secepat mungkin. Situasi yang tegang
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 158 - Kekurangan Uang

Lidya Lark secara alami mendengar percakapan antara Rindy dan Ryan. Awalnya, ia mengira wanita itu seperti dirinya, seseorang yang penasaran dengan identitas misterius Ryan. Namun, seiring berjalannya percakapan, menjadi jelas bahwa mereka berdua saling mengenal dengan baik. Terlebih lagi, isi percakapan mereka sangat ambigu, membuat Lidya yakin bahwa mereka kemungkinan besar adalah sepasang kekasih. Kenyataan ini membuat hatinya sedikit kecewa. Ia akhirnya mengerti mengapa Ryan tidak tergerak oleh kecantikannya yang biasanya mampu memikat hati pria manapun. 'Lucu sekali!' pikir Lidya getir. 'Dengan kecantikan yang tak tertandingi di sisinya, bagaimana mungkin dia tertarik pada seseorang sepertiku?' Entah mengapa, Lidya merasakan gelombang kemarahan dan ketidaksenangan yang tidak biasa. Tanpa berkata apa-apa, ia berdiri dan pergi dengan langkah tergesa, berusaha menyembunyikan rasa malunya. Melihat kepergian Lidya, Angelica juga merasa bahwa ia tidak seharusnya berada di si
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 159 - Menilai Pil

Tidak ingin meredam antusiasme Ryan, Rindy berkata, "Tentu saja bisa. Ada banyak orang sepertimu. Seharusnya ada pusat penilaian barang lelang sementara yang didirikan di lantai atas. Kamu bisa mencoba keberuntunganmu dengan formula pil itu, tetapi mereka mungkin tidak..." Sebelum Rindy bisa menyelesaikan kalimatnya, Ryan sudah bangkit dan bergegas pergi. Rindy hanya bisa menggelengkan kepala melihat perilaku Ryan yang gelisah. "Ryan, Ryan," gumam Rindy pada diri sendiri. "Kau mungkin akan kecewa. Aku bersedia menawarkan harga yang cukup tinggi untuk formula pil itu waktu itu karena perusahaanku benar-benar membutuhkannya. Namun, bagi para praktisi seni bela diri, formula seperti itu sama sekali tidak layak diperebutkan. Huh..." Tentu saja, apa yang tidak diketahui Rindy adalah bahwa Ryan tidak berniat melelang formula pil itu. Ia akan melelang pil sungguhan! Mengingat reaksi Patrick saat melihat pilnya tempo hari, Ryan yakin hanya ada sedikit alkemis di Kota Golden River atau b
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 160 - Bos Acara Lelang

Ketika orang-orang tua ini melihat bahwa Ryan tidak menanggapi, mereka menjadi cemas. Salah satu dari mereka, dengan suara bergetar, memohon, "Anak muda, masalah ini sangat penting bagi kami. Tolong beri tahu kami yang sebenarnya." Ryan menatap mereka dengan mata menyipit, ekspresinya tak terbaca. Tentu saja, ia tidak berniat mengungkapkan rahasia berharganya kepada sekelompok orang asing ini. Dengan nada dingin, ia berkata, "Suruh bosmu berbicara langsung padaku." Mendengar ini, semua orang akhirnya tersadar. Mereka memang terlalu terburu-buru. Tentu saja, tidak mungkin pemuda ini akan mengungkapkan informasi sepenting itu kepada mereka begitu saja. Pak Tua Kong, yang tampaknya paling senior di antara mereka, buru-buru berkata kepada Ryan, "Anak Muda, silakan ikut aku." "Baiklah," jawab Ryan singkat, mengikuti lelaki tua itu menuju lift. Mereka naik ke lantai sepuluh dalam keheningan yang canggung. Ryan bisa merasakan tatapan penasaran Pak Tua Kong yang sesekali melirik k
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
51
DMCA.com Protection Status