Home / Romansa / Dimanja Suami Pembawa Sial / Chapter 721 - Chapter 730

All Chapters of Dimanja Suami Pembawa Sial: Chapter 721 - Chapter 730

735 Chapters

Bab 721

Chaplin sama sekali tidak mengerti bagaimana berbelaskasihan pada wanita.Begitu tangannya mendarat di wajah Lena, langsung muncul bekas tamparan merah yang membengkak."Kak!!!" Lena menangis histeris dan langsung memeluk Vivi erat-erat.Tiffany yang duduk santai di sofa, hanya melirik Chaplin dengan sedikit rasa tak berdaya. "Kamu terlalu keras."Awalnya, dia berniat menyuruh Chaplin menampar Lena beberapa kali agar gadis itu bisa kapok. Namun, sekarang?Anak ini benar-benar tidak tahu cara menahan diri. Satu tamparan darinya sebanding dengan lima tamparan dari orang lain.Bagaimana bisa lanjut menampar? Kalau diteruskan, bisa-bisa langsung masuk rumah sakit!Chaplin hanya menoleh dan menatap Tiffany dengan lugu. "Kamu nggak bilang harus pelan."Tiffany termangu sesaat. "Menampar gadis harus lebih pelan, itu pengetahuan dasar. Sean nggak pernah mengajarimu hal seperti ini?"Chaplin menggeleng, lalu menjawab dengan serius, "Kak Sean nggak pernah mengajariku hal-hal seperti itu. Semua w
Read more

Bab 722

"Kenapa saat ulang tahunmu, seluruh kota menyalakan kembang api untukmu? Kenapa dia bilang ingin menjagamu seumur hidup?"Vivi menoleh ke samping, wajahnya sedikit memerah karena malu dan canggung. "Itu ... Sean hanya ingin menghiburku.""Saat itu, aku depresi karena sakit dan nggak bisa jalan. Sean hanya berusaha membuatku senang, nggak perlu dianggap serius ...."Percakapan dua bersaudari ini membuat Tiffany merasa jenuh. Dia mengerutkan alis. "Bu Vivi, aku mengerti maksudmu. Aku masih ada urusan, jadi nggak perlu kuantar keluar lagi ya!"Setelah berkata begitu, dia langsung bangkit dan melangkah ke dapur. Tiffany mengira bahwa kata-katanya sudah cukup jelas.Namun, yang tidak diduga adalah saat Tiffany tiba di depan dapur, Vivi tiba-tiba bersuara dengan lemah dari belakangnya. "Bu Tiffany, sepertinya kamu masih salah paham terhadapku ....""Tadi, bukankah kamu mengajakku makan malam bersama? Aku ... boleh memilih untuk tetap di sini?"Suara wanita di belakangnya terdengar ragu-ragu,
Read more

Bab 723

Tiffany melirik sekilas tangan Lena yang terampil mengupas kentang. "Kelihatannya, kamu juga pernah mengalami masa sulit."Lena memutar bola matanya dengan kesal. "Tentu saja aku pernah susah.""Aku dan Kak Vivi kehilangan kedua orang tua kami dalam kecelakaan mobil lima atau enam tahun lalu. Mereka nggak meninggalkan warisan apa pun untuk kami. Setelah mereka meninggal, kami hidup di daerah kumuh."Setelah berkata begitu, Lena mencebik, lalu meletakkan kentang yang sudah dikupas. "Kamu nggak akan pernah mengerti betapa sulitnya hidup kami saat itu."Tiffany mengangguk ringan. "Aku bisa membayangkannya. Kalau nggak, mana mungkin kamu akan menunjukkan sikap seperti orang kaya baru.""Tiga tahun lalu masih hidup di daerah kumuh, tapi sekarang bisa dengan mudah menghina paman dan bibiku sebagai orang desa yang kampungan."Sambil berkata begitu, Tiffany menghela napas ringan. "Sepertinya Sean memang sangat murah hati pada kalian.""Dari dua gadis di daerah kumuh menjadi orang yang hidup be
Read more

Bab 724

Album kenangan berbahan logam itu selalu tersimpan di bagian paling bawah rak bukunya. Setiap kali Tiffany tidak bisa tidur, dia akan mengambilnya dan membolak-balikkan halamannya.Jika dipikir-pikir, ternyata dia dan Sean memiliki banyak kesamaan. Sean suka pergi ke Desa Maheswari, tempat Tiffany tinggal dulu. Sean membuka album fotonya, membaca buku hariannya, takut suatu hari nanti dia akan melupakan wajah Tiffany.Sementara itu, Tiffany juga suka melihat album kenangan itu, takut suatu hari nanti dia melupakan betapa bahagianya dia dan pria itu dulu."Hah, kamu nggak bisa berkutik lagi, 'kan?" Melihat Tiffany termenung, Lena mengira dia terkejut dengan semua pengorbanan Vivi untuk Sean.Jadi, dia berkata dengan bangga, "Saat Sean mengalami kecelakaan, dia berada di sebuah hotel. Kakakku bekerja sebagai pelayan di sana. Dia sama sekali nggak tahu siapa Sean. Hanya karena hatinya yang baik, dia berani menerobos kobaran api untuk menyelamatkannya. Itu balasan dari kebaikan hatinya!"K
Read more

Bab 725

Awalnya, Lena begitu bangga dan ingin terus menyombongkan Vivi. Namun, sekarang dia seperti anak kucing yang bulunya berdiri. "Tiffany!"Dia melemparkan barang di tangannya dan langsung menerjang ke arah Tiffany. "Berani sekali kamu bicara seperti itu tentang aku dan kakakku! Sean pun nggak berani berkata seperti itu!"Tiffany menghindari Lena dengan tenang, menyunggingkan senyuman mencela. "Sean adalah pria yang sangat menghargai hubungan, tentu saja dia nggak akan mengungkapkan kebenaran dengan kata-kata sepedas ini untuk menilai 'penyelamat hidupnya'. Tapi, aku bisa."Dia menghindari Lena yang seperti banteng liar dengan lincah. "Aku memang meremehkan kamu dan kakakmu. Aku memang merasa kalian patut dihina dan sama sekali nggak layak di mataku. Ada masalah dengan itu?""Kamu ...!" Lena berulang kali menerjang, tetapi tidak bisa menyentuh Tiffany sama sekali. Dia hanya bisa terengah-engah karena marah, menunjuk wajah Tiffany dan memaki, "Apa hakmu bicara seperti itu tentang aku dan k
Read more

Bab 726

Lena menggigit bibirnya dengan marah. Dia hendak berbicara, tetapi pandangannya tiba-tiba menangkap sosok pria di pintu yang sedang bersandar pada pilar sambil menonton dengan ekspresi santai. Seketika, dia menutup mulut rapat-rapat.Sesaat kemudian, Lena menarik napas dalam-dalam, lalu mencoba memancing Tiffany berbicara sebelum menyadari kehadiran Sean. "Jadi, kamu berharap Sean mengalami kecelakaan?""Nggak sepenuhnya salah." Tiffany tersenyum santai. "Aku berharap dia mengalami kecelakaan yang nggak terlalu ringan tapi juga nggak terlalu parah, lalu aku akan menyelamatkannya.""Setelah itu, aku pun bisa hidup seperti kakakmu, yang nggak perlu khawatir soal uang karena ada yang mengatur segalanya untukku, bahkan ada yang merawat adikku. Aku bisa bersikap arogan, semena-mena, menunjuk sambil memaki orang sesuka hati."Tiffany menatap Lena dengan senyuman dipenuhi ejekan. "Sepertinya itu bukan ide yang buruk, 'kan?"Wajah Lena langsung pucat pasi. Dia buru-buru menggigit bibir dan mem
Read more

Bab 727

Kata-kata selanjutnya tentu tidak keluar dari mulut Tiffany. Saat dia hendak berbicara, suara Lena yang penuh kepanikan tiba-tiba terdengar dari lantai atas. "Kak!!!"Tiffany dan Sean sama-sama mengernyit."Kamu naik dan lihatlah," kata Tiffany, meskipun sebenarnya dia sama sekali tidak tertarik untuk melihat kedua saudari munafik itu. Bagaimanapun, ini adalah rumah Sean. Kalau sesuatu benar-benar terjadi pada mereka, akan sulit untuk menjelaskannya.Sean langsung menggenggam tangannya. "Ayo."Tiffany berusaha menarik tangannya, mencoba melepaskan. "Aku nggak mau pergi. Mereka ada hubungannya denganmu, tapi nggak ada hubungannya denganku.""Tapi, kamu ini dokter." Sean menghela napas dengan pasrah, lalu menariknya ke pelukannya. Dengan lembut, dia mengusap kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang. "Selain itu, kalau aku sendiri ...."Sean mengangkat dagunya, membuat mata mereka saling bertemu. "Kamu nggak cemburu?"Tiffany mendengus dan memutar bola matanya. "Aku nggak cemburu."Jika d
Read more

Bab 728

"Kebetulan, adik perempuan Mark, Valerie, punya Porsche yang sudah nggak dipakai lagi. Jadi, aku kasih saja ke mereka ...."Penjelasan Sean membuat Tiffany hampir tidak bisa menahan tawa. Jika Lena tahu bahwa rumah yang dibanggakannya sebenarnya hanya standar fasilitas karyawan, dan mobil yang dipamerkannya hanyalah mobil bekas yang sudah tidak diinginkan Valerie, apakah dia masih bisa begitu arogan?"Aku juga ingin ganti mobil," ucap Tiffany sambil mengerutkan kening.Sean tertegun sesaat, lalu segera memahami maksudnya. Dia pun merangkul bahu Tiffany. "Nanti biar Genta membawamu ke garasiku, lihat saja mobil mana yang kamu suka."Tiffany mendongak meliriknya. "Kamu juga ingin aku mengendarai mobil bekas?"Sean tertawa. "Kalau mobilku diberikan kepadamu, mana bisa disebut mobil bekas? Atau kamu bisa mulai cari mobil yang kamu inginkan. Aku akan membelikannya untukmu."Setelah mengatakan itu, Sean melirik Tiffany dengan ekspresi pasrah. "Takutnya, meskipun aku beli kasih kamu, kamu ngg
Read more

Bab 729

"Arlo!" Begitu keluar dari kamar tamu, Tiffany langsung mendorong pintu kamar anak tempat Arlo dan Arlene berada.Saat ini, Arlo dan Arlene sedang berbaring di sisi kiri dan kanan Kendra, mendengarkan cerita yang sedang diceritakan.Melihat Tiffany masuk, Arlo langsung merasa bersalah dan melirik ke arah wanita yang berdiri di ambang pintu dengan perasaan bersalah. "Ma ... Mama, kenapa tiba-tiba naik?"Melihat ekspresi bersalahnya, Tiffany langsung tahu bahwa ini pasti ulahnya. Bocah ini memang cerdas dan dewasa seperti ayahnya, tetapi dia tetap mewarisi beberapa sifat dari Tiffany, yaitu tidak bisa berbohong.Tiffany menarik napas dalam-dalam, menahan amarahnya. Dia menatap Arlo. "Sebelum aku benar-benar marah, lebih baik kamu segera mengaku. Apa yang kamu masukkan ke air yang kamu berikan kepada Bibi Rika?"Kendra yang sedang menikmati momen hangat bersama kedua anak itu pun mengerutkan kening. Dia tidak menyukai nada bicara Tiffany. "Tiff, kenapa marah-marah?""Arlo ini anak yang pa
Read more

Bab 730

Arlo mengangguk pelan, meskipun masih belum sepenuhnya mengerti. "Aku paham. Aku nggak akan diam-diam memasukkan obat pencahar ke dalam minuman orang lain lagi ...."Tiffany menghela napas panjang, lalu mengusap kepala Arlo dengan lembut. Namun, tiba-tiba tangannya yang sedang mengusap kepala anaknya itu terhenti."Tunggu ... barusan kamu bilang ... yang kamu masukkan itu obat pencahar?""Iya." Arlo cemberut. "Itu obat pencahar yang Mama bawa dari rumah sakit untuk Paman Xavier yang sembelit. Paman bilang obatnya sangat manjur, jadi aku diam-diam mengambil sedikit ...."Tiffany sungguh kehabisan kata-kata. Anak macam apa yang dia besarkan ini? Obat pencahar untuk Xavier pun dicuri?"Katakan yang sejujurnya, selain ini, apa lagi yang sudah kamu ambil dari Paman Xavier tanpa sepengetahuanku?""Banyak ...." Arlo menggigit bibirnya. Dengan wajah polos, dia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Mama, apa sekarang wanita itu sudah mulai sakit perut? Mau ... kasih dia obat diare nggak?"Ucapan Ar
Read more
PREV
1
...
697071727374
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status