Share

Bab 730

Penulis: Clarissa
Arlo mengangguk pelan, meskipun masih belum sepenuhnya mengerti. "Aku paham. Aku nggak akan diam-diam memasukkan obat pencahar ke dalam minuman orang lain lagi ...."

Tiffany menghela napas panjang, lalu mengusap kepala Arlo dengan lembut. Namun, tiba-tiba tangannya yang sedang mengusap kepala anaknya itu terhenti.

"Tunggu ... barusan kamu bilang ... yang kamu masukkan itu obat pencahar?"

"Iya." Arlo cemberut. "Itu obat pencahar yang Mama bawa dari rumah sakit untuk Paman Xavier yang sembelit. Paman bilang obatnya sangat manjur, jadi aku diam-diam mengambil sedikit ...."

Tiffany sungguh kehabisan kata-kata. Anak macam apa yang dia besarkan ini? Obat pencahar untuk Xavier pun dicuri?

"Katakan yang sejujurnya, selain ini, apa lagi yang sudah kamu ambil dari Paman Xavier tanpa sepengetahuanku?"

"Banyak ...." Arlo menggigit bibirnya. Dengan wajah polos, dia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Mama, apa sekarang wanita itu sudah mulai sakit perut? Mau ... kasih dia obat diare nggak?"

Ucapan Ar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
nanti saat perutnya moncrot baru Vivi ketauan kalau dia itu cuma berakting, Vivi ternyata drama queen dan adeknya seperti pengawal sejati
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 731

    Tiffany menaikkan alisnya. Harus diakui, kemampuan Lena dalam berpura-pura memang hebat. Saat berada di hadapannya, Lena mencerca kedua anaknya tanpa ampun. Namun, saat berada di hadapan Sean, dia malah mengatakan bahwa anak-anak tidak tahu apa pun, semuanya adalah ajaran orang tua?"Tapi, tadi aku sudah tanya sama anakku."Tiffany mengerutkan alisnya dan berkata dengan suara tenang, "Anakku bilang, dia cuma menaruh tablet vitamin yang biasa aku hancurkan dan larutkan dalam air, ke dalam gelas air Vivi."Lena tertegun, lalu langsung menunjuk hidung Tiffany dan mulai memaki. "Vitamin? Kalau cuma vitamin, kenapa kakakku langsung pingsan setelah minum? Jelas-jelas itu racun!""Huh, demi menutupi kejahatan mengajari anakmu meracuni orang, kamu malah bilang itu cuma vitamin?"Suara Lena sangat kuat dan tajam saat menuding Tiffany, "Orang seperti kamu masih berani mengaku-ngaku sebagai dokter hebat? Hebat jadi algojo mungkin ya?"Tiffany tersenyum tenang, "Hebat jadi dokter atau algojo, kamu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 732

    "Sejak kapan Sean datang? Lena juga kenapa bisa menangis?"Tiffany menonton pertunjukan itu dengan senyum sinis. "Tadi kamu pingsan, jadi adikmu panik dan menangis. Sean juga naik ke atas karena khawatir melihatmu.""Pingsan?" Lena memasang wajah bingung. "Aku nggak pingsan kok .... Aku cuma minum air yang diberikan Kak Rika, lalu merasa agak ngantuk dan ketiduran."Tiffany pura-pura tersenyum. "Kalau begitu, tidurnya nyenyak nggak?""Cukup ... cukup nyenyak." Vivi tersenyum kikuk, lalu melirik tajam ke arah Lena. "Dasar kamu ini, suka panik berlebihan. Pasti bikin Sean dan Bu Tiffany ketakutan. Aku cuma ketiduran!"Lena cemberut dan tidak berbicara lagi karena kesal."Sudahlah, yang penting sudah sadar." Sejak tidak merasakan apa pun setelah meminum air tersebut, Sean sudah bisa menebak trik apa yang sedang dimainkan oleh Vivi. Hanya saja, dia malas mengungkapkannya."Kami turun dulu. Vivi, aku masih bisa menoleransi kamu tidur di rumahku kali ini, tapi aku nggak mau lihat hal seperti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 733

    Wajah Tiffany langsung merah padam. Dia memalingkan wajahnya dan melangkah mundur untuk menjaga jarak dari Sean."Kapan aku bilang mau milih kamu?"Pria itu melangkah depan dengan berani. "Sejak kamu ikut pulang ke Kota Aven bersamaku, aku tahu, kamu sudah memilihku.""Tiffany." Mata Sean yang hitam pekat menatap Tiffany dengan dalam. Di dalamnya menyiratkan perasaan yang begitu mendalam. "Tiff, aku ingin mengulang semuanya dan hidup bersama denganmu. Aku manggil kamu Nyonya Tanuwijaya dan kamu panggil aku Sayang .... Boleh nggak?"Tiffany tertegun sejenak. Dia sama sekali tidak menyangka Sean akan bicara begini padanya dalam situasi seperti ini. Seketika, kepanikan langsung merayap di hatinya.Tiffany mengatupkan bibir dan berkata, "Sean, apa ... kamu nggak terlalu gegabah?""Apa iya?" Sean mendekapnya dalam pelukan, lalu mengecup dahinya. "Kalau begitu, bisa nggak Nyonya Tanuwijaya bilang padaku, cara seperti apa yang dianggap nggak gegabah?"Tiffany terdiam. Dia juga tidak tahu!Nam

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 734

    Setelah telepon ditutup, Tiffany mengangkat pandangannya menatap Sean. Di saat yang sama, Sean juga menundukkan kepala menatap Tiffany.Setelah beberapa saat berlalu, keduanya tiba-tiba tertawa bersamaan.Sean merentangkan lengannya dan menarik Tiffany ke dalam pelukannya. "Sudah senang sekarang?""Dasar nakal.""Aku nakal, ya?"Tiffany mencemberutkan bibirnya, lalu menyandarkan wajahnya ke dada Sean sambil menggoda. "Kalau dibandingkan sama penyelamat hidupmu yang cuma minum seteguk obat pencahar terus pura-pura pingsan ... aku ini jauh lebih baik, 'kan?"Sean mengangguk setuju, lalu mengecup lembut pipinya. "Benar juga."Setelah itu, Sean menghela napas dan ekspresi wajahnya berubah sedikit sendu. "Padahal dulu Vivi nggak seperti itu. Setiap kali Lena bikin masalah, dia pasti langsung menegur adiknya dengan tegas. Makanya aku dulu sangat percaya sama dia.""Tapi sekarang dia berubah. Sepertinya, aku juga bersalah. Mungkin karena aku terlalu baik padanya, sampai dia lupa siapa dirinya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 735

    Tiffany baru saja akan membalas ucapan Sean, saat tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu. "Tuan, Nyonya, makan malam sudah siap," suara Rika terdengar dari luar.Barulah Tiffany buru-buru melepaskan diri dari pelukan Sean. Mereka pun turun ke bawah dengan masih bergandengan tangan.Di ruang makan, Kendra dan Indira sudah duduk di meja bersama Arlo dan Arlene. Melihat Tiffany dan Sean bergandengan tangan saat turun dari tangga, Kendra dan Indira saling melirik, lalu tersenyum penuh arti.Sementara itu, Arlo duduk dengan tangan bersilang di dada. Wajah kecilnya yang imut tampak kesal. Sebaliknya, Arlene justru luar biasa bersemangat. Dia bertepuk tangan dan berseru, "Selamat ya, Paman Ganteng! Sekarang sudah bisa gandeng tangan Mama cantikku!""Terima kasih, Arlene." Sean tersenyum sambil menggandeng Tiffany menuju meja makan, lalu menarikkan kursi untuknya dengan sopan.Setelah Tiffany duduk, barulah Sean duduk di seberangnya. Makan malam keluarga pun dimulai."Ngomong-ngomon

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 736

    Sean menatap ke kejauhan. Suaranya tenang, sejauh pandangannya melayang. "Karena ingin dikenang untuk waktu yang lama, aku minta orang untuk membuat album kenangan itu dengan bahan logam berlapis emas ....""Awalnya, aku cuma mau album itu bisa bertahan lama. Tapi ternyata ... dalam kebakaran tiga tahun lalu, album itu ikut hilang."Saat berkata, dia menggeleng dengan ekspresi menyesal. "Mark menduga, karena sampul album itu berlapis emas, kemungkinan besar ada orang yang menemukannya lalu mengambilnya untuk dilebur jadi emas ...."Lalu pria itu menunduk dan mencubit lembut ujung hidung Tiffany. "Sayang sih, tapi yang penting kamu sudah kembali. Mulai sekarang, kita masih punya banyak hal yang bisa kita kenang bersama."Tiffany terdiam dan bibirnya terkatup rapat. Dia hanya menggenggam tangan Sean tanpa berkata apa pun. Mana mungkin dia memberi tahu Sean bahwa album kenangan itu ... masih ada.Terselip rapi di lapisan dalam koper yang dia bawa.Album itu tidak pernah hilang. Tidak ada

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 737

    "Baiklah." Julie menghela napas, "Lagian, sudah banyak rahasia yang kujaga, nggak masalah kalau nambah satu lagi."Sambil berbicara, Julie mengambil cangkir kopi dan menyesapnya. "Gimana kerjaan barumu?"Tiffany tersenyum. "Sejauh ini, pekerjaan baruku lumayan bagus. Di lembaga riset, nggak ada yang peduli soal masa laluku. Suasananya juga harmonis dan penuh pengertian. Aku baru kerja belum genap sehari, tapi sejauh ini rasanya menyenangkan."Julie mengangguk. "Syukurlah kalau begitu. Kamu 'kan orangnya lembut banget, aku sempat khawatir kamu bakal ditindas di sana.""Kebanyakan mikir!" Tiffany tersenyum lebar, lalu mengambil teko kopi dan menuangkan ke cangkirnya dan milik Julie. "Kalau kamu sendiri? Setelah balik ke Kota Aven, mau cari kerja apa?""Atau ... mau aku tanya ke kepala lembaga? Siapa tahu mereka lagi buka lowongan.""Jangan, jangan!" Julie cepat-cepat melambaikan tangannya. "Aku nggak cocok kerja di tempat seperti lembaga riset yang tiap hari cuma duduk diam di kantor. Bu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 738

    "Dulu Julie sudah rela tinggalkan semuanya demi dia dan akhirnya malah dia yang mengusir Julie pergi. Dia sendiri yang bilang seumur hidup nggak mau lihat Julie lagi. Sekarang ... maksudnya apa coba?""Baru nyesal setelah putus?" Semakin berbicara, Tiffany semakin kesal. "Kalau dari awal memang nggak bisa benar-benar melepaskan, kenapa dulu tega melepaskan begitu saja!""Hmm." Sean menghela napas pelan. "Makanya, Tiff."Suara pria itu terdengar serius. "Aku benar-benar merasa sangat beruntung ... karena kamu bersedia menerimaku kembali."Tangan Tiffany yang menggenggam ponsel terhenti sejenak. Dia terpaku sejenak dan baru menyadari ucapan barusan membuat Sean mengingat kembali dirinya sendiri."Hari ketiga setelah kita berpisah ... aku sudah menyesal." Sean berdiri di puncak gedung tinggi milik Grup Tanuwijaya sambil menatap jalanan kota yang sibuk. Suaranya lembut dan penuh perasaan."Tapi waktu itu ... kamu sudah pergi. Aku pikir kamu pasti kecewa berat sama aku. Aku pikir ... mungki

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 749

    Suara lembut Tiffany seperti suntikan adrenalin yang langsung membuat jantung Sean berdebar kencang.Pria itu mengatupkan bibirnya. Nada bicaranya rendah dan menyiratkan kelembutan saat dia meraih tangan Tiffany dengan jemarinya yang panjang dan kokoh. "Aku cuma mau nyalain panel listrik.""Aku nyalain dulu ya, tunggu di sini."Tiffany menggigit bibir, lalu mengangguk pelan sambil menggumam, "Iya ...." Namun, tangannya masih enggan melepaskan pinggang Sean.Dia menggigit bibir bawahnya sedikit lebih keras. "Bawa aku juga."Sean tersenyum tak berdaya. "Aku cuma turun satu lantai. Kamu tunggu sini sebentar, ya.""Nggak mau."Sejak mereka bertemu kembali, Tiffany sudah jarang bermanja-manja seperti ini pada Sean. "Aku mau ikut.""Aku ...."Di tengah kegelapan, wajah Tiffany mulai terasa panas.Di saat-saat seperti ini, dia justru merasa bersyukur karena listrik tidak menyala. Kalau Sean melihat wajahnya yang memerah, Tiffany pasti sudah diledek habis-habisan ....Suara manjanya membuat Se

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 748

    "Dia itu pria idaman di Kota Aven, dari wanita usia 18 sampai 80 tahun semuanya ingin menikah sama dia!""Kalau aku tahu siapa yang dia suka, siapa yang mau dia tembak, aku pasti akan langsung wawancara wanita itu. Gimana caranya dia bisa mendapatkan Sean, si suami idaman!"Tiffany menirukan ucapan itu dengan begitu mirip, bahkan ekspresi wajah dan gayanya pun sama persis.Sean terdiam. "Sebenarnya aku nggak sampai segitu disukainya sama wanita, aku ....""Hentikan."Tiffany mengangkat tangan. "Disukai atau nggak, bukan kamu yang nentuin, tapi perempuan.""Pokoknya, aku putuskan mau izin besok, kerja di rumah urus urusan akademik. Nanti kalau situasi sudah mereda, baru aku masuk kerja lagi. Sekalian, aku akan terbitkan makalah terbaruku.""Sekarang antar aku ke lembaga penelitian untuk ambil datanya dulu."Sean menarik napas panjang, akhirnya hanya bisa pasrah dan mengangguk. Dia pun mengambil kunci mobil dari Genta dan resmi menjadi sopir pribadi Tiffany malam itu.Saat tiba di lembag

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 747

    Tiffany membuka pintu ruang ICU. Dari luar, Lena langsung menerjang ke arahnya dan menatapnya dengan marah. "Kamu apakan kakakku?""Nggak ada." Tiffany melepas jas dokternya dengan anggun dan meletakkannya di kursi di samping. Kemudian, dia menoleh dengan tenang pada para dokter yang sedang menunggu dengan cemas di luar."Kalian boleh masuk. Dia seharusnya sebentar lagi sadar." Para dokter saling berpandangan, lalu buru-buru bergegas masuk ke dalam ruang ICU.Melihat para dokter sudah masuk, Lena juga cepat-cepat menyusul.Sesaat kemudian, terdengar suara Lena yang begitu emosional dari dalam ruangan, "Kak! Akhirnya kamu sadar juga! Huhu! Kamu bikin aku takut setengah mati!"Mendengar suara wanita itu dari dalam, Sean melirik sekilas ke arah Tiffany dan tersenyum tipis. "Hebat juga, ya?""Penyakit hati tentu harus disembuhkan dengan obat untuk hati."Tiffany mengangkat kepala dan tersenyum cerah padanya. "Mau masuk lihat-lihat?"Mata Sean sedikit memicing dan bibirnya mengangkat senyum

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 746

    Setelah semua orang pergi, Tiffany yang mengenakan jas dokter putih dengan anggun berjalan ke pintu dan menutupnya, lalu mengambil ponselnya. Sambil memainkan ponsel, tanpa sadar dia melirik dingin ke arah Vivi yang masih "pingsan" di atas tempat tidur."Bu Vivi, sekarang cuma ada kita berdua. Kamu nggak usah pura-pura lagi."Wanita yang terbaring di tempat tidur tidak bergerak sedikit pun, seolah benar-benar pingsan. Namun, Tiffany tahu bahwa dia sebenarnya sadar. Sebab, waktu Tiffany baru saja berbicara tadi, dia melihat dengan jelas bahwa ritme pada monitor EKG Vivi menjadi kacau.Itu adalah tanda terkejut. Mungkin Vivi sama sekali tidak menyangka Tiffany akan tiba-tiba berbicara padanya, sehingga dia merasa agak panik."EKG-mu sudah membocorkan rahasiamu."Tiffany menguap, lalu tetap menatap Vivi dengan tenang. "Tapi kalau Bu Vivi mau terus akting, aku juga nggak akan membongkarnya.""Lagian kamu sudah berakting selama tiga tahun, bukan?"Begitu ucapan itu dilontarkan, Tiffany kemb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 745

    Lena tidak menyangka Tiffany akan bersikap seperti ini. Dia tertegun sejenak sebelum akhirnya sadar dan berteriak, "Tiffany, apa maksudmu?""Kamu nggak ngerti bahasaku?" Tiffany tersenyum sinis. "Harus aku ulang dalam bahasa lain? Tapi, dengan ijazah SMP-mu, sepertinya kamu tetap nggak akan paham ya?""Kalau bodoh, belajarlah lebih giat. Jangan cuma mengandalkan jasa kakakmu untuk bertindak sewenang-wenang. Memangnya kamu pantas?" Tatapan Tiffany sedingin suaranya.Lena terdiam, lalu menggertakkan gigi. "Apa maksudmu?"Sambil berkata, dia langsung maju, berniat menyerang Tiffany. Dia paling benci diejek soal pendidikannya! Ini bukan karena dia bodoh!Tahun itu saat orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan, dia tidak ingin menjadi beban bagi kakaknya. Makanya, dia sendiri yang meminta untuk berhenti sekolah.Dia sebenarnya anak yang sangat pengertian, tetapi banyak orang yang malah menjadikan hal itu sebagai bahan ejekan!"Maksudnya sesuai dengan yang kukatakan." Tiffany meliriknya s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 744

    "Saat Bu Vivi mengalami kecelakaan, Bu Lena memaksa kami mencari mawar untuk kakaknya di lantai bawah ...."Sean mengaktifkan pengeras suara sehingga suara pria di ujung telepon terdengar jelas oleh Tiffany.Sambil memegang anggur merah di satu tangan dan mengetuk meja pelan dengan tangan lainnya, Tiffany mencerna informasi itu.Dari penjelasan pria itu, dia bisa menebak apa yang baru saja terjadi di rumah sakit. Kemungkinan besar, Vivi dan Lena melihat video yang beredar di internet.Vivi mengeluh karena tidak mendapatkan mawar, jadi Lena yang tidak terima dengan hal itu pun memaksa para pengawal mengikutinya mencari mawar untuk kakaknya!Namun, seluruh mawar di kota sudah diborong oleh Sean. Hal ini jelas diketahui oleh Vivi. Meskipun demikian, dia tetap meminta adiknya membawa orang-orang untuk mencarikannya bunga.Alasannya hanya satu, yaitu menciptakan situasi di mana tidak ada yang bisa menjaganya, sehingga dia bisa terluka dengan sempurna.Trik ini memang sangat cerdik. Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 743

    Iring-iringan mobil berhias mawar melaju melewati sebagian besar kota sebelum akhirnya berhenti di depan Restoran Proper.Di sana, Mark, pemilik Restoran Proper, sudah berdiri di depan pintu bersama para manajer dan koki untuk menyambut kedatangan mereka.Melihat Mark yang biasanya tampil gagah dalam setelan jas kini berdiri seperti seorang pelayan hanya untuk menyambutnya, Tiffany merasa cukup puas.Terlebih setelah mengingat bagaimana Mark memperlakukan Julie dulu, kini melihatnya berdiri dengan patuh sesuai arahan Sean, membuat Tiffany merasa semakin puas.Pintu mobil terbuka. Dengan bantuan Sean, Tiffany turun dengan anggun layaknya seorang ratu.Begitu turun, dia melirik sekilas ke arah Mark yang berdiri di kejauhan. "Wah, sejak kapan pemilik restoran punya waktu luang untuk menyambutku secara langsung?"Mark memasang senyuman tipis. "Kenapa aku di sini? Orang lain mungkin nggak tahu alasannya, tapi kamu pasti tahu, 'kan?""Kamu pasti lebih paham bagaimana sifat tunanganmu ini. Ka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 742

    Namun, Tiffany benar-benar tidak menyangka Sean akan menggunakan lamaran seromantis ini untuk mengumumkan bahwa hubungan mereka telah kembali seperti semula.Dia tahu dengan lamaran sebesar ini, tak akan butuh waktu lama sebelum berita ini tersebar hingga ke luar negeri. Para senior Keluarga Japardi akan segera melihatnya.Mungkin Vivi dan Lena juga akan marah besar? Namun, apakah semua itu penting? Tidak ada yang lebih penting dibandingkan pria yang kini berada di hadapannya, Sean.Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke arah Sean. "Tebak, aku terima atau nggak?"Senyuman malu-malu di wajahnya sudah menjawab semuanya.Sean mengatupkan bibirnya, tak lagi meragu. Dia segera meraih tangan Tiffany dan menyematkan cincin di jarinya. "Aku tebak, kamu sangat ingin menikah denganku."Setelah mengatakan itu, Sean langsung menariknya ke dalam pelukan.Sorakan dan tepuk tangan dari kerumunan terdengar bergemuruh.Tiffany bersandar di dadanya, merasa malu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 741

    Ketika Tiffany baru saja selesai mengobrol dengan rekan kerjanya, di kejauhan Sean sudah melihat sosok mungil wanita itu.Dengan senyuman tipis di wajah, pria itu membawa sebuket besar mawar dan melangkah perlahan ke arah Tiffany.Tiffany mendengar jelas suara tarikan napas terkejut dari para rekan kerja wanita di sekitarnya. Dia menggigit bibirnya dan tetap berdiri di tempat, meskipun hatinya sudah penuh kegelisahan.Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, yang tidak pernah dia duga adalah Sean tiba-tiba berhenti dua langkah di depannya, lalu berlutut dengan satu kaki dan menatapnya sambil memegang buket.Di wajah Sean yang selalu terlihat tegas, kini penuh dengan kelembutan yang mendalam. "Tiff."Suara bariton yang dalam memanggil nama Tiffany dengan lembut. Nada penuh kasih itu seketika membuat kegelisahan Tiffany menghilang.Tiffany menunduk, menatap wajah pria itu. "Hmm."Teriakan dan gumaman dari rekan-rekan wanita kembali terdengar. Mereka mulai bergosip dengan heboh.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status