Accueil / Romansa / Dimanja Suami Pembawa Sial / Chapitre 591 - Chapitre 600

Tous les chapitres de : Chapitre 591 - Chapitre 600

749

Bab 591

Tiffany hanya mengangkat bahu dan melirik Arlene melalui kaca spion. Wajah mungilnya masih memerah karena menangis. "Kalau kamu tega, kamu saja yang tangani dia."Arlo terdiam sejenak, lalu menoleh ke adiknya.Gadis kecil itu masih mengusap air mata dengan tangan mungilnya dan menatap Arlo dengan mata yang penuh kesedihan. "Kakak, apa Kakak sudah nggak sayang lagi sama Arlene?"Suara mungilnya terdengar manja dan sedikit terisak, berpadu dengan ekspresi polos khasnya .... Tubuh Arlo langsung menegang.Beberapa detik kemudian, dia membuang muka dan berpura-pura menatap keluar jendela. Dengan nada jengkel, dia bergumam, "Yang jadi ibu itu Mama, kenapa harus aku yang jadi penjahat?"Tiffany terkekeh pelan.Dua anak ini ....Meskipun Arlo hanya lebih tua lima menit dari adiknya, dia jauh lebih dewasa. Di luar sikapnya yang selalu tampak kesal terhadap adiknya, Tiffany tahu betul, tidak ada yang lebih menyayangi Arlene selain kakaknya.Tiffany melirik kaca spion lagi, melihat Arlene yang ma
Read More

Bab 592

'Sepertinya aku harus mencari waktu untuk berkenalan dengan tetangga baru.'Dengan pemikiran itu, Tiffany membuka pintu dan membawa kedua anaknya masuk ke rumah.Begitu masuk, Arlo langsung membuka ranselnya dan mengeluarkan sebuah puzzle, lalu menuangkannya di atas karpet ruang tamu. "Mama, puzzle ini adalah hadiah dari guru TK hari ini!"Tiffany melirik puzzle di lantai dan langsung mengenalinya.Puzzle ini ....Dulu, Arlo memang sangat menyukai mainan edukatif seperti ini. Suatu kali, ketika dia dan Xavier pergi berbelanja, pria itu ingin membelikan puzzle serupa untuk Arlo, tetapi Tiffany menolaknya.Alasannya?Terlalu mahal.Satu set puzzle ini hampir seharga sepuluh juta!Xavier bahkan sempat menggoda Tiffany, menyebutnya terlalu pelit pada anaknya sendiri. Namun, ini bukan soal pelit atau tidak. Tiffany selalu memastikan bahwa kedua anaknya memiliki kehidupan yang layak, tanpa merasa rendah diri dibandingkan anak-anak lain.Dari makanan hingga pakaian, dia selalu berusaha member
Read More

Bab 593

Arlene berdiri di atas karpet merah muda di depan pintu apartemen Sean dan mengeluarkan kartu akses dari saku piamanya dengan hati-hati. Dengan gerakan kecil, dia menggesek kartu di pintu."Beep!"Pintu terbuka.Di dalam, suasana masih sunyi, tidak ada siapa pun. Namun, di atas meja kopi di ruang tamu, masih ada sepiring besar stroberi segar, sama seperti kemarin.Mata Arlene langsung berbinar!Keputusannya tidak meminta Mama membeli stroberi tadi sangat tepat! Stroberi di pasar mana mungkin sebagus yang ada di rumah Paman tetangga ini! Rasanya juga pasti lebih enak!Karena nafsu makannya, gadis kecil itu berlari dengan gembira ke arah stroberi.Satu buah, dua buah, tiga buah ....Rasanya yang asam manis langsung membuat senyumnya semakin lebar. Sampai Ketika dia makan sampai hampir kenyang, Arlene mengusap perutnya dan bersendawa kecil.Namun, Arlene masih ingat peringatan ibunya. Jika tidak makan malam dengan baik, dia harus pergi ke dokter! Jadi, dia harus menyisakan ruang di perut
Read More

Bab 594

Begitu suara pria itu terdengar, pintu kamar tidur terbuka perlahan-lahan. Seorang pria yang tinggi dan tegap melangkah keluar dari kamar.Mata Arlo langsung membelalak. Arlene refleks mundur selangkah, lalu berbisik, "Kak, ini Paman tampan yang aku bilang!"Namun, Arlo tetap terpaku di tempatnya dan menatap pria di depannya dengan ekspresi penuh keterkejutan.Pria ini ... ayahnya? Tapi, bukankah Mama selalu bilang kalau ayahnya sudah meninggal? Bukankah Mama pernah mengatakan kalau rumput di atas makam ayahnya bahkan sudah lebih tinggi darinya?Lalu kenapa pria ini ... mirip sekali dengannya? Bukan hanya mirip, tapi benar-benar identik. Seolah-olah dia sedang melihat versi dewasanya sendiri.Sean tersenyum tipis dan berjalan santai ke sofa, lalu duduk dengan tenang.Di sisi lain, Arlene yang awalnya sedang duduk di sofa, langsung bergeser menjauh dengan hati-hati karena terpengaruh oleh ucapan kakaknya tadi.Pria itu menatap Arlo dengan sorot mata tajam. "Terkejut? Aku sudah bilang, s
Read More

Bab 595

Saat makan malam, meskipun Arlene masih tidak makan terlalu banyak, setidaknya dia makan lebih banyak dibanding kemarin. Setelah selesai makan, Tiffany menemani kedua anaknya menyelesaikan puzzle sebelum membawa Arlene ke kamar mandi untuk mandi.Setelah Arlene selesai, giliran Arlo. Seperti kebiasaannya, setelah menidurkan Arlene, Tiffany pergi ke ruang cuci untuk mencuci pakaian anak-anaknya.Ketika dia mengingat bahwa sore tadi kedua anaknya sempat keluar rumah dengan mengenakan piama, dia pun mengambil pakaian mereka untuk dicuci dengan tangan.Namun, saat dia mengambil piama Arlene, sesuatu yang aneh menarik perhatiannya. Tidak ada noda debu atau kotoran, tetapi ada bekas jus stroberi. Noda merah itu tercetak di bagian depan piamanya.Tiffany menunduk dan menciumnya. Benar-benar aroma stroberi.Keningnya mengernyit penuh kebingungan.Stroberi?Seingatnya, tadi Arlene memakan stroberi di pasar saat masih mengenakan seragam TK-nya. Lalu kenapa sekarang ada noda stroberi di piamanya?
Read More

Bab 596

Tetangga mentraktir Arlene makan? Tiffany menggigit bibirnya dan menghela napas pelan. Dasar anak ini.Ada yang mentraktirnya makan makanan enak, tetapi dia sama sekali tidak memberi tahu ibunya. Padahal, ibunya harus berterima kasih pada mereka. Selain itu, kartu akses ini tidak boleh diterima begitu saja ....Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencari-cari sesuatu di dalam kulkas. Setelah memeriksa sesaat, dia akhirnya menemukan sedikit tepung pangsit dan isian pangsit.Di bawah cahaya lampu, Tiffany duduk dan mulai membungkus pangsit. Setelah selesai dimasak, dia bangkit dan membawa sepiring pangsit keluar rumah.Putrinya sudah makan gratis di rumah orang lain selama dua hari. Sebagai seorang ibu, mungkin dia bisa berpura-pura tidak tahu. Namun, sekarang setelah mengetahuinya, dia tentu harus membawa sesuatu sebagai balasan. Itu baru namanya tahu sopan santun.Mendengar suara pintu tertutup, Arlo yang sedang bersandar di ranjang pun menghela napas pelan dan memejamkan matanya.Larut
Read More

Bab 597

Tiffany kembali ke rumah, menyiapkan saus sesuai dengan selera yang dulu disukai Sean. Setelah itu, dia membawa piring itu keluar.Saat tiba di depan pintu rumah Sean, Tiffany mendengar suara telepon berdering. Sean meletakkan garpunya dengan elegan, lalu mengangkat tangan dan menjawab telepon."Hm, aku di sini." Tiffany yang berdiri di luar pintu bisa mendengar suara lembut pria itu. Tiba-tiba, langkahnya terhenti."Aku baru bisa pulang dalam beberapa hari lagi." Sean menarik napas dalam-dalam dan mengernyit. Tatapannya menunjukkan sedikit ketidaksabaran. "Sudah kubilang, aku nggak akan pulang secepat itu.""Jangan pikir yang aneh-aneh. Hubunganku dan mantan istriku nggak akan memengaruhi hubungan kita.""Ya sudah, jangan berpikir terlalu jauh. Kamu seharusnya tidur jam segini. Hm, dengarkan aku."Tiffany berdiri terpaku di tempatnya, terdiam mendengar suara penuh kasih sayang Sean, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Suara ini, nada ini ... dia hanya pernah mendengar Sean berbi
Read More

Bab 598

Berbeda dengan Arlo yang justru sedang dalam suasana hati yang baik. Anak kecil itu tersenyum ceria sambil menatap Tiffany. "Mama, semalam tidurnya nyenyak?"Tangan Tiffany yang sedang memegang setir mobil membeku sesaat. "Lumayan.""Tapi, semalam waktu aku bangun dan ke toilet, aku lihat Mama nggak di rumah." Arlo mengejapkan mata, menatap Tiffany melalui kaca spion. "Mama ke mana?"Tatapan serius yang penuh rasa ingin tahu itu membuat alis Tiffany agak berkerut. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Arlene, kamu sadar kalau kamu salah?"Arlene yang sedang duduk di kursi belakang langsung meringkukkan tubuhnya, bersandar di sudut kursi dengan wajah penuh rasa bersalah. "Aku nggak salah ....""Masih bilang nggak salah?" Tiffany mengernyit. "Beberapa hari ini kamu nggak makan dengan baik, 'kan? Ini karena kamu pergi ke rumah orang lain buat makan enak, 'kan?""Mama sudah pernah bilang, kamu nggak boleh sembarangan makan makanan dari orang lain. Kamu juga nggak boleh sembarangan
Read More

Bab 599

Setelah rapat pagi yang panjang dan membosankan, Tiffany memeluk buku catatannya dan kembali ke mejanya tanpa semangat.Julie melambaikan tangan di depan wajahnya. "Lagi ada pikiran?""Nggak ada." Tiffany menggeleng dan mulai membuka buku catatannya.Meskipun ada banyak tulisan di sana, tidak satu pun kata bisa dicerna. Akhirnya, dia menutup buku itu dan melemparkannya ke samping dengan kesal.Melihat reaksinya, jelas Julie tidak akan percaya bahwa Tiffany baik-baik saja. Dia lantas menopang dagu di depan Tiffany dan bertanya, "Sean belum mencarimu?""Sudah." Tiffany menggigit bibirnya. "Dia sudah pindah ke rumah seberang selama dua hari. Selama beberapa hari ini, dia berhasil membujuk Arlene sampai hampir berpihak padanya.""Pagi ini, aku sampai harus berusaha keras meyakinkan si bocah kalau dia itu orang asing yang nggak ada hubungannya sama kita, jadi jangan terlalu dekat dengannya.""Bagus sekali!" Julie mengacungkan jempol, memberi dukungan penuh. "Memang harus begitu! Biar dia ta
Read More

Bab 600

"Nggak terlalu lama." Tiffany tersenyum tipis, memeluk mapnya, dan melangkah masuk dengan tenang. "Apa kabarmu hari ini?""Cukup baik." Wajah Sanny agak merah. "Tiff, aku baru tahu dari suster beberapa hari ini. Ternyata aku pasien pertama yang kamu operasi sendiri."Sanny tahu tentang kejadian di hari pernikahan Tiffany dulu, ketika tangan kanannya ditikam oleh Shani. Saat itu, Sanny mengira itu hanya luka kecil, tetapi ternyata tikaman itu melukai tendon di tangan Tiffany.Cedera itu membuat tangannya gemetar setiap kali memegang pisau bedah untuk waktu yang lama."Mm." Berbeda dengan mata Sanny yang penuh emosi, Tiffany tampak jauh lebih tenang. Sambil menulis sesuatu di rekam medis, dia berkata dengan nada datar, "Yang penting kamu nggak keberatan dengan keahlianku.""Mana mungkin aku keberatan!" Sanny bersemangat hingga duduk tegak. "Tiff, sebenarnya ... aku ingin mengatakan banyak hal padamu. Tahun itu ....""Masa lalu sudah berlalu." Tiffany membalik halaman rekam medis yang ber
Read More
Dernier
1
...
5859606162
...
75
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status