All Chapters of Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 31 - Chapter 40

298 Chapters

Menyalahkan Alina

Di salah satu perusahaan milik RDJ Group, anak cabang perusahaan Aksa. Marsha dipanggil bagian HRD. “Mulai hari ini, kamu diberhentikan dari perusahaan. Kontrak kerjamu tinggal enam bulan, jadi kami akan memberikan kompensasi atas pemecatan yang dilakukan.” Marsha sangat syok mendengar ucapan kepala HRD. “Pak, Anda bercanda, ‘kan? Bukankah seharusnya saya mendapat perpanjangan kontrak, tapi kenapa malah dipecat?” tanya Marsha tak percaya. Pak Adi, kepala HRD, menatap Marsha lalu menggelengkan kepala. “Tidak sama sekali,” jawab pria berbadan gempal itu. “Ini surat pemecatanmu.” Marsha membaca surat pemecatan itu, lalu menatap pada Pak Adi lagi. “Ini tidak masuk akal. Kenapa tiba-tiba saya dipecat, saya merasa tidak melakukan kesalahan apa pun,” ucap Marsha membela diri, dia yakin ini hanya sebuah kesalahan. “Aku hanya menjalankan keputusan atasan.” Pak Adi tidak mau banyak berkomentar. “Atasan mana? Saya tidak terima dipecat seperti ini?!” tanya Marsha geram dan mulai naik pita
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Dimata-matai

Saat siang hari.Di bahu jalan dekat butik Alina, ada mobil sport merah terparkir cukup lama di sana. Mobil itu milik Karissa, wanita itu duduk diam di mobil sambil memperhatikan butik Alina.Setelah memergoki Aksa bersama seorang wanita, Karissa langsung menyelidiki siapa wanita yang bersama Aksa itu. Semua informasi soal wanita itu sudah Karissa dapatkan.“Kenapa Kak Aksa mau bersama wanita miskin?” Karissa masih tidak terima tempo hari Aksa menggandeng tangan seorang wanita.Setelah melihat penampilan wanita itu yang sangat jauh berbeda dengan dirinya maupun Aksa, Karissa makin tak percaya jika Aksa mau dekat-dekat dengan wanita miskin itu.Wanita miskin itu tidak selevel dengan dirinya, bahkan dengan Aksa.Dari dalam mobil, tatapan Karissa terus tertuju ke butik. “Jangan-jangan wanita itu yang menggoda Kak Aksa. Apalagi kulihat Kak Aksa waktu itu terlihat tidak senang. Benar, sepertinya begitu, tidak akan kubiarkan jika dia berani merayu Kak Aksa.”Karissa larut dalam pikirannya s
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Gara-gara Lampu

Saat sore hari. Ilham sedang merapikan meja saat Aksa keluar dari ruangan dan sudah berganti kemeja polos biasa. “Anda sudah mau pulang, Pak?” tanya Ilham berbasa-basi. Aksa menatap datar pada Ilham. Bibir Ilham langsung tertutup rapat melihat tatapan Aksa. Bukankah seharusnya sudah tahu jawabannya, tetapi tetap saja Ilham iseng bertanya. Ilham langsung menyusul di belakang Aksa ketika melihat atasannya itu sudah berjalan lebih dulu menuju lift. “Untuk rapat besok, apa kamu sudah atur jadwalnya?” tanya Aksa sambil memasukkan satu tangan di saku celana ketika menunggu lift terbuka. “Sudah, Pak. Bahkan saya sudah memberitahu tempat dan waktunya pada asisten Pak Restu,” jawab Ilham karena Aksa dan klien bernama Pak Restu itu memang akan melakukan akad kerjasama. Aksa mengangguk mendengar penjelasan Ilham. Aksa dan Ilham turun ke basement bersama, lalu keduanya pulang secara terpisah. Jika dulu Aksa akan selalu pulang dikawal Ilham, tetapi sekarang jelas berbeda. ** Aks
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Butuh ke Psikolog

Alina masih merasakan jantungnya berdegup dengan cepat. Bagaimana bisa dia tidak hati-hati sampai membahayakan keselamatannya. Jika tidak ada Aksa, mungkin Alina sekarang hanya bisa merintih di ranjang. Alina sedang memasak makan malam, tapi pikirannya terus membayangkan kejadian tadi. Mungkin bukan saat dirinya hampir jatuh, tetapi lebih pada saat Aksa menangkap dan menggendongnya.Wajah Alina mendadak panas. Dia buru-buru mematikan kompor karena menganggap api yang membuat wajahnya merona.“Apa yang kamu pikirkan?” Alina menggeleng pelan menyadarkan dirinya sendiri.Setelah menyiapkan makan malam. Alina memanggil Aksa seperti biasa tetapi kali ini dia kabur lebih dulu sebelum Aksa keluar dari kamar.Aksa keluar dari kamar setelah Alina memanggil. Dia melihat Alina yang berjalan setengah berlari menuju ruang makan, membuat dahinya berkerut melihat tingkah Alina.Aksa pergi ke ruang makan lalu menarik kursi yang berhadapan dengan Alina. “Makanlah, nanti makanannya keburu dingin,” uc
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Cemburu?

Alina baru saja selesai bersiap-siap untuk pergi ke butik seperti biasa. Saat baru saja keluar dari kamar, Alina berpapasan dengan Aksa yang berjalan dari arah dapur.Keduanya diam saling tatap, Alina kembali merasa canggung karena kejadian semalam ditambah pembahasan perkara uang belanja.Aksa menatap datar pada Alina, saat akan berjalan lebih dulu ke arah ruang tamu, Alina mencegah Aksa.“Dasimu kurang rapi,” ucap Alina.Aksa menurunkan pandangan dan baru menyadari jika yang dikatakan Alina benar.“Biar aku rapikan,” kata Alina lalu meraih dasi Aksa.Aksa melirik ke tangan Alina yang sedang merapikan ikatan dasinya. “Biasanya aku mengikat dasi Dani, karena istrinya tidak bisa mengikat dasi,” ucap Alina tiba-tiba teringat pada Dani.Aksa masih diam memperhatikan, lalu Alina menjauhkan tangan setelah selesai.“Sudah,” ucap Alina, “soal uang belanja, akan kugunakan sebaik mungkin, walaupun tidak aku pakai, setidaknya bisa ditabung. Jadi jangan merasa kesal,” ujar Alina lagi lalu terse
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Hari Menyeramkan

Selama perjalanan ke butik. Aksa dan Alina sama-sama diam.Sesekali Alina melirik pada Aksa yang fokus menyetir. Alina sendiri bingung dan mendadak merasa bersalah karena Aksa tidak senang setiap kali bertemu Bima.Ya, Alina sadar diri jika sudah tak lajang, ditatap oleh pria lain tentu bisa membuat pasangannya kesal. Tetapi, memangnya Aksa menganggapnya benar-benar istri? Mereka hanya tinggal bersama, bukan hidup bersama, kan? Mereka tak mencampuri urusan satu sama lain, bahkan mungkin jika ada wanita yang mendekati Aksa, Alina juga akan diam. Lalu, kenapa Aksa harus sekesal itu pada Bima? Padahal Alina tidak melakukan apa-apa.Akhirnya mobil Aksa sampai di depan butik. Alina turun dari mobil, tetapi sebelum pergi dia sempat membungkuk agar bisa memandang Aksa yang ada di dalam.“Nanti sore mau makan apa? Aku akan memasaknya sebelum kamu pulang?” tanya Alina hanya sekadar untuk mencairkan suasana, mengalah agar apa pun yang membuat Aksa kesal bisa segera hilang.Aksa tak menjawab per
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Salah Siapa?

[Nenek Agni bilang kalau sore ini mau datang untuk makan malam di apartemen. Bagaimana dengan kasur di ruang televisi, tidak mungkin ‘kan dibiarkan di sana, kalau Nenek Agni lihat, pasti akan jadi masalah.] Aksa buru-buru mengganti pakaiannya seperti tadi pagi setelah membaca pesan dari Alina, lalu keluar dari ruang kerja untuk segera pulang. “Anda mau ke mana?” tanya Ilham terkejut melihat Aksa pergi. Ilham panik karena Aksa tidak menjawab, mereka setelah ini ada janji bertemu Pak Restu, tetapi Aksa malah pergi dulu. “Aku harus kasih alasan apa pada Pak Restu?” Ilham menggaruk kepala karena bingung. ** Aksa meninggalkan perusahaan, tetapi sebelum pulang dia menjemput Alina di butik. Istrinya itu sudah menunggu di depan, sehingga saat Aksa datang, Alina langsung masuk mobil. “Apa pekerjaanmu sedang banyak? Maaf kalau menghubungi dadakan, karena aku juga bingung,” ucap Alina sambil memasang sabuk pengaman. Aksa menatap Alina yang meminta maaf kepadanya, padahal itu bukan salah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Mau Cicit

Alina sibuk memasak lalu menghidangkan makanan di meja. Dia juga membersihkan seluruh ruangan secepat kilat tanpa bantuan siapa pun, bahkan Aksa.Aksa hanya melihat Alina yang sangat sibuk. Dia bertanya-tanya, bagaimana bisa Alina mengerjakan itu semua tanpa mengeluh sama sekali?“Akhirnya selesai,” ucap Alina begitu lega ketika melihat ruang makan hingga televisi bersih. Bahkan semua barang tertata rapi.Alina menoleh pada Aksa yang sejak tadi diam. Dia tidak meminta bantuan atau protes ketika suaminya itu hanya diam dan tak menawarkan diri untuk membantunya.“Apa menurutmu kita butuh tambahan buah? Kita hanya punya jeruk di rumah,” kata Alina saat mengecek ulang makanan yang ada di meja makan.“Tidak usah,” balas Aksa.Alina menoleh pada Aksa.“Nenek tidak makan buah banyak, lagi pula yang datang hanya dia, tidak perlu menyiapkan sesuatu secara berlebihan,” ujar Aksa dengan tatapan datarnya seperti biasa.Alina diam. Dia hanya ingin memberikan yang terbaik, apalagi ini pertama kalin
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Batu Sandungan

Di unit apartemen Bima. Pria itu baru saja selesai mandi ketika mendengar suara bel pintu depan. Bima berjalan menuju pintu sambil mengusap rambut yang masih basah menggunakan handuk kecil, lalu saat melihat pada layar interkom, ekspresi wajah Bima berubah. Bima menatap tak senang saat melihat Marsha datang. Dia tidak ingin membuka, tetapi Marsha terus menekan bel yang bisa membuat tetangga apartemennya terganggu. Akhirnya Bima terpaksa membuka pintu.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Bima sambil memasang wajah datar.Bukannya menjawab pertanyaan Bima, Marsha malah masuk begitu saja melewati pria itu.“Aku membawa makanan untukmu,” ucap Marsha saat sudah masuk apartemen Bima. Dia memang sering datang meski Bima mengabaikan.Bima sangat terkejut, tetapi tidak bisa mengelak.Marsha masuk dapur lalu mengambil piring dan membuka pembungkus makanan yang dibawanya.“Sudah kubilang jangan ke sini lagi,” ucap Bima sambil menatap Marsha yang sibuk sendiri.Marsha tak menggubris ucapan Bima, tetapi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Sulit Dipahami

Keesokan harinya. Aksa berangkat ke kantor seperti biasa. Dia baru saja masuk ruangan bersama Ilham yang siap membacakan jadwal Aksa hari ini.“Nanti jadwal bertemu dokter pukul dua siang,” kata Ilham sambil melihat jadwal Aksa. “Dokter? Dokter apa?” tanya Aksa dengan dahi berkerut.“Dokter psikolog, Pak,” jawab Ilham dengan ekspresi bingung mendengar pertanyaan Aksa.“Kenapa aku harus ke dokter psikolog?” tanya Aksa lagi.Ilham kaget mendengar pertanyaan Aksa.“Kemarin Anda minta untuk dijadwalkan bertemu dokter psikolog,” jawab Ilham. Ekspresi wajahnya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebingungannya saat ini.“Tidak jadi, aku sibuk.” Aksa membuka berkas di meja setelah membalas ucapan Ilham.Ilham melongo. Dia pusing memikirkan apa yang sebenarnya Aksa mau. Dulu tidak serumit ini, kenapa setelah menikah pemikiran atasannya itu semakin sulit ditebak.“Kenapa tidak jadi?” tanya Ilham masih belum puas dengan penjelasan Aksa.Aksa memandang pada Ilham.“Memangnya kamu pikir aku sa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123456
...
30
DMCA.com Protection Status