Home / Romansa / Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah: Chapter 221 - Chapter 230

242 Chapters

Bab 221

Dengan sabar Alisya menunggu tawa sang suami berhenti. Wanita itu duduk di atas ranjang sambil melipat kedua tangannya. Saat ini mereka masih ada di rumah orang tua Pandu, tepatnya di kamar yang biasa laki-laki itu tempati saat berada di rumah orang tuanya. Kamar mewah dengan nuansa kelabu ini terlihat sangat Pandu sekali. "Mas seneng banget kayaknya.""Kalian lucu banget ternyata, sayang sekali aku tidak datang lebih cepat tadi," kata laki-laki itu yang masih berusaha mengendalikan tawanya. Alisya langsung cemberut dia jadi menyesal menceritakan kejadian tadi pada Pandu. Semua orang bebas untuk berpakaian yang menurutnya nyaman dan sesuai dengan gayanya, hal sederhana itu sepertinya tidak dipahami oleh semua orang, termasuk wanita paruh baya yang baru saja bersalaman dengannya. Alisya menatap baju yang dia kenakan, bahannya lembut dan nyaman apalagi untuk ibu menyusui sepertinya, memang sih bukan keluaran dari brand ternyama dengan harga ratusa juta, karena menurutnya fungsi u
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 222

Alisya mengulung rambutnya, setelah melakukan kewajiban paginya, dia akan ke dapur memasak sarapan pagi kebiasaan yang sama sekali tak berubah meski dia sudah menikah dengan anak konglomerat. "Mau kemana?" tanya Pandu yang baru keluar dari kamar mandi. "Buat sarapan kan, mas mau makan apa?" tanya Alisya.Wanita itu menoleh saat tak ada jawaban dari sang suami. "Lebih baik kamu di sini saja temani aku, di dapur sudah ada chef profesional yang biasanya dipanggil mama untuk memasak.""Chef profesional?" "Dulu kami punya chef tetap di sini tapi beberapa tahun lalu beliau meninggal dan mama cocok dengan masakan chef yang baru ini." "Jadi tidak tinggal menetap di sini?" "Dia selebriti chef yang sering tampil di tv, dia hanya masak untuk sarapan dan makan malam saja, untuk siang nanti ada chef lain yang datang." Alisya ternganga tak menyangka kehidupan di rumah ini sehedon ini, untuk urusan makan saja mereka seribet ini. "Siapa selebriti chefnya?" tanya wanita itu penasaran, dia juga
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 223

Ayam goreng laos yang ini memang tidak seperti biasa dia buat, tapi Alisya tetap suka. Ternyata penilaiannya tidak salah, rasa masakan ini memang seganteng chef yang membuatnya. Sayang dia sudah bersuami, eh? Alisya ingin menggeplak kepalanya sendiri, jangan sampai ucapan ngawurnya didengar suaminya yang posesif itu, bisa-bisa dia dikurung dalam rumah selamanya tanpa televisi ataub internet. Astaga kenapa pikirannya jadi melantur seperti ini, Pandu adalah laki-laki yang dia cintai tanpa syarat meski dia bahkan tidak bisa memasak air. "Jadi selama ini kamu memperlakukan putraku sebagai pembantu." Alisya yang sedang tekun menghabiskan ayamnya langsung mendongak, dia bisa merasakan suasana langsung tegang karena ucapan dingin itu, dan Alisya tidak perlu menjadi orang jenius untuk tahu kalau ucapan itu ditujukan padanya, apalagi mata sang ibu mertua yang melotot padanya. "Maksud mama?" tanya Alisya tak mengerti, apa ibu mertuanya tahu kalau di rumahnya Pandu sering membantunya me
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 224

"Apa saja jadwalku hari ini, Nad?" tanya Pandu begitu dia memasuki ruangannya dengan sang sekretaris yang mengekorinya di belakang. Ini hari Senin, dan dia harus dibuat kesal dengan kemacetan tadi pagi, padahal Alisya sudah membangunkannya lebih awal tapi kegiatan menyenangkan tadi selepas subuh bersama sang istri membuat mereka terlambat bangun. Seharusnya dia memang mencari akal untuk merayu sang istri untuk pindah rumah, dia sih senang-senang saja tinggal di sana apalagi orang-orangnya yang sangat ramah, tapi melewati jalanan yang macet tiap pagi bukan hobinya. "Baik, pak." Sang sekretaris langsung membacakan jadwalnya hari ini. "Kamu yakin semua jadwal yang kamu buat itu, bahkan kamu menjadwalkan makan siang dengan klien, kamu tahu bukan kalau aku selalu makan masakan istriku," kata Pandu tak senang, tadi pagi Alisya hanya membuatkan roti dengan selai strawberry, buah dan segelas kopi susu. Bagi Pandu yang perutnya sudah terbiasa dengan berbagai macam masakan Indonesia bua
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 225

Ibunya pernah bilang kalau semua hal di dunia ini berpasangan. Baik dan buruk. Laki-laki dan perempuan. Cinta dan benci. Harap dan kecewa. Alisya sangat memahami hal itu, dan dia setuju pada sang ibu, karena itu dia selalu melakukan segala sesuatu dengan hati-hati, berharap bisa meminimalisir harapan dalam hatinya agar jika semua tak seperti yang dia inginkan kekecewaan tak akan menghancurkannya. Dia pernah mendapat pelajaran yang sangat berharga karena melupakan pesan itu, pernikahannya dengan Pandu dulu membuat rasa cinta yang begitu besar dalam hatinya langsung tumbuh subur dan kehilangan akal sehat, saat semua tak sesuai dengan angannya Alisya sangat kecewa dan memilih melarikan diri demi kewarasannya juga. Dan sekarang dalam pernikahannya yang kedua ini menekan hatinya untuk tak terlalu berharap, tapi perhatian Pandu dan kelembutan laki-laki itu membuatnya terbuai. Tidak menghubunginya saat makan siang sebenarnya hanya masalah kecil saja, tapi membuat hatinya begitu kecew
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 226

"Aku suka baumu, Al." Alisya tahu ada yang salah di sini, ini bukan hanya soal pulang telat atau tidak adanya pesan mesra lagi yang Pandu kirimkan ada masalah berat yang mungkin sebentar lagi menyambangi mereka, Alisya sih tidak suka berandai-andai, dia melihat apa yang nyata di depannya saja. "Mas terlihat capek sekali, mandi dulu baru istirahat," kata Alisya sambil berusaha melerai pelukan Pandu. Di masa lalu dia tahu laki-laki ini bahkan pernah pulang tengah malam juga, tapi kali ini meski hanya pulang jam sembilan malam wajahnya sekusut saat dia pulang dini hari. Bukannya melepas Alisya, Pandu malah kembali mengeratkan pelukannya di tubuh sang istri dan tangannya yang sudah gentayangan kemana-mana, mengabsen semua bagian tubuh istrinya. Alisya hanya diam dan membiarkan saja apa yang Pandu lakukan, sebagai seorang suami tentu Pandu berhak atas tubuhnya. Pandu mulai menciumi wajah Alisya juga bagian atas tubuh istrinya, tapi saat dia sudah mengangkat sang istri dan bersiap men
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 227

"Selamat pagi, Al," sapa Pandu dengan wajah kuyu menahan kantuk.Pandu memang sangat tampan dan berkarisma Alisya akui itu. Hal itu jugalah salah satu hal yang membuatnya dulu jatuh hati. Bahkan celana pendek dan kaos oblong terbukti tidak melunturkan ketampanan itu. Akan tetapi wajahnya yang lelah tidak bisa berbohong, seperti sayur kangkung yang sudah dua hari di atas meja dapur, layu."Mas kalau masih ngantuk tidur saja," kata Alisya. "Kenapa kamu pikir mas masih ngantuk?" tanya Pandu sambil cemberut lalu menggeret kursi meja makan dan duduk di sana. "Karena aku bisa melihat," kata Alisya kesal. "Oh," jawab laki-laki itu tak fokus, dia malah duduk bengong menatap Alisya yang sedang memasak. "Atau mas mau mandi sekarang, biar aku siapkan dulu." "Masak mandi dulu baru menyapu?" "Aku bisa menyapu nanti atau aku bisa minta tolong bulek Par, mas mandi saja." "Mas masih ngantuk tapi," jawab Pandu tanpa dosa. Alisya langsung meletakkan spatulanya, melotot kesal pada sang suami ya
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 228

"Lho mbak Alisya tidak ke kantor?" Orang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam rumah tangga. Ayah dan ibu Alisya dulu bukannya tak pernah bertengkar, diam-diam saat malam hari ketika Alisya terbangun dia sering mendengar orang tuanya berdebat. Bukan jenis pertengkaran yang bar-bar memang karena ayah Alisya adalah tipe laki-laki lemah lembut dalam memperlakukan istrinya, hal itu jugalah yang menjadi alasan sang ibu tidak mau menikah lagi setelah sang ayah meninggal. Hidup Alisya memang penuh dengan hinaan dan cacian, tapi tentu saja itu dilakukan orang lain, bukan orang yang dia sayangi dan Alisya memilih masa bodoh. Akan tetapi hari ini mendapati kembali wajah marah Pandu membuat tubuh Alisya gemetar, dia jadi ingat masa-masa kelam pernikahan pertama mereka. "Mbak kok malah bengong, ini Bisma kenapa kok kayak habis nangis?" Bisma memang menangis keras karena kaget dengan bentakan sang papa, karena itu tanpa banyak kata Alisya mengambil alih Bisma dan menenangkannya di tanah la
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 229

"Mbak aku mau beli cilok dulu," kata Rani dengan ceria saat melihat penjual cilok langganannya. "Mbak mau juga?" "Tidak, itu tidak higenis."Jawaban itu bukan dari Alisya tentu saja tapi dari Pandu yang sejak mereka berangkat tadi seperti terkena sariawan. "Ta...tapi abangnya bersih kok, tuan. Pancinya juga pakai tutup." Alisya tak bisa menahan tawanya dia melihat wajah Rani yang ingin menangis saat mengatakan itu, meski begitu gadis itu nekad banget mendebat Pandu.Dan Tuan? Alisya baru saja kalau Rani selama ini memanggil Pandu dengan sebutan tuan, sama dengan semua asisten rumah tangga di rumah laki-laki itu, padahal memanggilnya dengan sebutan mbak bukan nyonya. "Ciloknya enak dan bersih kok, mas," bela Alisya. Orang kaya sih memang seperti itu, dia bahkan tidak yakin Pandu pernah makan jajanan rakyat yang tersebar di pinggir-pinggir jalan. "Memangnya kamu tidak bisa buat itu, ma. Atau nanti aku minta salah satu chef rumah mama untuk membuatkan." "Ish... mas jangan keterla
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 230

Pandu sudah ada di lobi begitu jam kantor Alisya bubar. Tumben. "Mas sejak tadi di sini?" tanya Alisya, resepsionis sama sekali tidak memberi tahunya, padahal setahunya Pandu sama sekali tak suka menunggu. Pandu mengangguk lalu berdiri memeluk anak dan istrinya, Bisma yang mungkin engap terjepit antara ayah dan ibunya langsung merengek. "Mas, ih peluk-peluk sembarangan." Pandu mengedikkan bahunya dengan acuh. "Kan istri sendiri." "Ye siapa bilang istri tetangga." Pandu hanya tersenyum, lalu membimbing sang istri untuk menuju mobilnya. "Bisma nggak rewel setelah imunisasi?" tanya Pandu begitu dia sudah ada di balik kemudi dengan Alisya yang sudah duduk di sampingnya. "Enggak cuma tadi tidur terus setelah minum obat." Pandu mengusap kepala Bisma dengan tangan kirinya dengan sayang, perjalanan menjadi sunyi karena Bisma yang terlihat masih ngantuk menempel erat di dada ibunya sedangkan Rani duduk di bangku belakang dengan terkantuk-kantuk, astaga padahal anak itu juga seharian
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more
PREV
1
...
202122232425
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status