All Chapters of FANTASI LIAR IBU PADA SUAMIKU : Chapter 31 - Chapter 40

48 Chapters

Kemarahan Pak Bagus

"Ruanganya terlalu kecil, Ma." Rengek Zaki saat tidak puas dengan ruangan yang didapatkannya sebagai asisten manager. "Harusnya ruanganku lebih luas dari semuanya. Aku ini pemilik perusahaan, Ma. Bukan pekerja!" umpatnya lagi kesal. Masih saja tidak cukup, padahal dari awal hanya akan diperkerjakan sebagai OB sekarang jadi asisten manager."Sabar, Sayang. Ini cuma sementara. Papamu sudah cukup tua untuk tetap berada di posisinya." Dara mengelus punggung putranya."Pria tua itu keras kepala! Aku seperti bukan anaknya saja, untung ada ibu hebat yang selalu di sampingku." Dara tersenyum mendengar ucapan anaknya. Ia menatap ruangan di hadapannya. Pintunya tertutup rapat, suaminya berada di dalam, bekerja tanpa ingin terganggu. Padahal putranya baru saja mendapat ruangan baru, ia bahkan masih belum menampakkan batang hidungnya menjenguk, alih-alih membantu menempatkannya.'Sukarela ataupun terpaksa kamu harus menyerahkannya, Bagus!' batin Dara menatap nyalang. Pak Bagus keluar dari ruanga
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Akal Licik Dara

Ponsel itu masih terus berdering. Bu Nawang merasa curiga, ia menerima panggilan dan mencoba mendengarkan suara di seberang sana.[Hallo!][Hallo, Bu.]Bu Nawang jelas mendengar itu suara seorang wanita, ia segera mematikan panggilan yang telah tersambung itu dan bergeser tempat duduk saat mendengar suara langkah menantunya kembali. Wanita tua itu pura-pura memainkan remot tv agar tidak terlihat telah menerima panggilan dari ponsel milik Dara yang kini berdering lagi."Ponselmu mengganggu!" cerca Bu Nawang. Kecurigaannya berkurang. Tidak ada yang aneh dengan panggilan itu. Suara dari kontak nomor itu bahkan perempuan."Oh, iya, Bu. Maaf." Dara tertegun sebentar, Bu Nawang memperhatikan. Wanita itu menolak panggilan dan menggetarkannya dengan volume pelan. Ia lantas menyimpannya ke dalam tas dan mencoba duduk perlahan di dekat mertuanya."Kenapa tidak diterima panggilannya? Dia menghubungi sejak tadi, kupingku sampai pengak mendengarnya," ucap Bu Nawang dingin."Nanti, Dara hubungi lag
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Siasat Dara

[Rasti.][Iya, Bu?]Rasti sampai gugup saat melihat panggilan dari ibu mertuanya. Menyembunyikan rahasia besar pada mereka memang bukan perkara mudah. Belum lagi, takut tiba-tiba mereka tahu. Mertua seperti orangtua Raihan mungkin menjadi idaman para menantu. Rasti berpikir mungkin ia akan menyesal seumur hidup karena melepaskan mertua sebaik itu.[Mbak Ratna melahirkan. Apa kamu dan Raihan nggak mau pulang?] tanya ibu mmertuanya erdengar lemas. Sepertinya, itu hanya alasan. [Kamu kan belum pernah datang ke kampung ibu dan bapak. Para tetangga nanya terus.] Lanjutnya. Benar saja dugaan Rasti, pasti kelahiran Mbak Ratna_kakak Raihan adalah alasan saja. Ibu ingin ia dan Raihan pulang.[Rasti terserah Raihan saja, Bu,] jawab Rasti bingung. Ia hanya tidak ingin mematahkan hati wanita yang lembut itu.[Tadi, Ibu nelpon Raihan. Katanya Rasti sedang sakit. Jadi, Raihan tidak bisa datang, sekarang.] Sungguh Rasti mendengar suara ibu mertuanya yang sedih.[Rasti akan berbicara pada Raihan ya,
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Siasat Dara 2

"Mayang." Seseorang memanggil ketika ia keluar dari toko. Hari ini, tokonya ramai pelanggan. Biasanya Bu Mayang akan pulang sekitar pukul 16.30, ini sudah pukul 17.15 menit, ia baru selesai dan pulang. Mungkin juga karena hanya sendiri tanpa bantuan Rasti. Biasanya membereskan semua hal ketika mau tutup adalah pekerjaan putrinya, namun ia sedang cedera dan tidak bisa membantu.Bu Mayang menoleh, seorang pria tengah berdiri di sana, menunggunya hingga menyelesaikan semua pekerjaan. Wanita itu hanya memandang acuh, menelaahnya sebentar, lalu beranjak pergi."Mayang." Pak Bagus mengambil langkah besar menghampiri. Menghentikan langkah kaki Bu Mayang. "Aku ingin bicara." Bu Mayang menurut tanpa ada ekspresi yang berubah. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Ketenangan sikapnya, sedikit aneh. Pak Bagus melihat mantan istrinya berdiri menunggu ia berbicara. Sorot mata kosong seolah mempertanyakan siapa dirimu? "Maafkan aku, May." Pak Bagus tahu ada kemarahan besar yang disembunyi
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bertemu Pelakunya

Raihan tersenyum saat turun dari mobil. Dua wanita spesialnya sudah berdiri menunggu dengan barang bawaan mereka. Ia pun ikut bahagia karena ini pertama kalinya mereka berpergian bersama, apalagi pulang ke kampung halaman. Pria itu sudah lama tidak mudik, ia bahkan langsung mengambil cuti selama seminggu, meski di sela-sela liburan itu tetap ada saja pekerjaan yang biasanya tidak bisa dilepas semuanya dan harus ia kerjakan. Tidak sulit, zaman sudah canggih, pria itu bisa bekerja dari sana, nanti."Banyak sekali barang bawaanmu?" bisik Raihan saat membawa semua barang-barang Rasti dan ibunya ke bagasi mobil. "Milik, ibu. Aku hanya bawa tas ini saja." Rasti menurunkan tas yang dibawanya. Raihan menempatkan agar tertata rapi."Apa yang ibu bawa sampai sebanyak ini?" bisik Raihan lagi. Mertuanya itu sudah duduk lebih dulu di kursi depan. "Entahlah! Aku sudah bilang agar ibu tidak terlalu banyak membawa barang. Tapi, dia bilang ini barang-barang penting semua.""Ya, sudah tidak apa-apa.
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Diusir dari Perusahaan

Suasa malam di kampung Raihan sangatlah dingin. Pria itu bersama bapaknya membuat pembakaran di depan rumah. Menghadap pesawahan yang samar terlihat dengan cahaya rembulan. Suara gemiricik air yang mengalir dari selang bambu bahkan seperti musik yang menenangkan. "Wangi sekali," gumam Rasti yang ikut keluar karena suaminya masih belum masuk kamar padahal sudah pukul 21.00 malam. Sebenarnya ia gundah, takut suaminya tidak tidur di kamar. Orangtuanya mungkin akan mempertanyakan itu. Padahal, dia sendiri yang mengajukan gugatan, tapi entah kenapa seolah takut keluarga Raihan mengetahuinya."Kemarilah!" panggil Raihan. Rasti mendekat. Melihat pria itu yang tengah membakar jagung dengan olesan mentega, harumnya sungguh menggoda. Rasti bahkan merasa tidak tahan. "Ini langsung dipetik dari samping rumah. Rasanya pasti sangat manis," ujar bapak mertuanya."Wah." Rasti semakin tidak sabar. Pria tua itu baru saja duduk untuk bergabung dengan anak menantunya. Namun, istrinya sudah memanggil d
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Dara Terpergok Berbohong

"Wah, Bu Mayang sudah cantik aja," goda besannya saat melihat wanita itu mengenakan pakaian rapi. Celana katun panjang dengan tunik sedikit pendek di atas pantat. Sayangnya, tubuh Bu Mayang yang sudah memasuki 42 tahun ini masih bagus dan singset. "Iya," jawabnya riang. "Memangnya Bu Mayang mau, kemana?" tanya Bu Widia lagi."Aku mau----" Bu Mayang berpikir sebelum mengatakannya."Ayo, mataharinya keburu tinggi." Raihan menengok kamar yang ditempati mereka. Pria itu sudah menunggu di luar setelah mengatakan untuk mengajak istrinya pergi melihat matahari terbit di atas bukit.Wajah Bu Mayang yang mendengar itu langsung berubah senang, ia hendak menghampiri menantunya untuk ikut. Namun, Bu Widia segera menarik tangan besannya."Bu Mayang ikut saya saja." Wanita itu menarik lengan Bu Mayang paksa, meski sedikit berat dan butuh tenaga untuk menariknya karena bertahan."Aku ingin melihat matahari terbit di atas bukit," ujarnya. Bu Mayang menguping pembicaraan menantunya dan bersiap sendi
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Diselidiki

Bu Nawang benar-benar menutup mata, wanita tua itu tidak sadarkan diri. Jihan yang berada di sampingnya hanya bisa menangis. Dua perawat memberikan pertolongan pertama. Gadis itu hanya melihat dengan air mata. Sungguh ia tidak menyangka kalau neneknya akan jatuh seperti itu. Ambulans segera sampai ke Rumah Sakit besar di kota itu. Neneknya tidak bisa dilihat lagi karena ia langsung di dorong masuk ke ruangan. Jihan berdiri bingung, entah apa dulu yang harus ia lakukan. Pikirannya linglung, apalagi karena gadis itu hanya mengurung diri di kamar dan tidak tahu apa-apa yang tengah terjadi di keluarganya."Suster, boleh saya meminjam ponsel?" tanyanya gugup. Ia bahkan tidak sempat dan tidak ingat untuk membawa benda pipih itu. "Saya ingin menghubungi ayah," ucapnya lagi."Silahkan, Mbak." Suster memberikannya ponsel. Jihan menekan nomor ayahnya. Ia meraba-raba, berusaha untuk mengingat. Nomor ayahnya tidak pernah berganti sejak dulu, hingga Jihan masih hapal.[Papa,] ucap Jihan gemetar.
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Diselidiki 2

"Syukurlah kamu datang." Pak Bagus menyambut menantunya di ruangan. Ia sengaja menunggu waktu di mana istrinya pergi. Ada hal yang harus ia lakukan di belakang wanita itu.Jihan pun yang melihat suaminya datang hanya menatap semu."Maaf, Pak. Di kantor banyak yang harus Hendra kerjakan." Pria itu bingung memilih alasan. Ia memang pergi tanpa pamit dan rasanya malu untuk kembali, tapi mertuanya menghubungi dan meminta untuk datang."Tidak apa-apa, Nak. Papa tidak tahu kalau pernikahan kalian menjadi seperti ini. Papa sangat malu, terlihat sangat tidak perhatian pada anak sendiri." Pak Bagus merasa bersalah. Ia hanya sibuk dengan dirinya.Hendra melihat Jihan yang masih diam membisu. Duduk di sofa dengan jiwa yang tampak lelah."Jihan melihat peristiwa terjatuhnya ibu. Dia sepertinya trauma. Papa khawatir keadaannya, namun tidak bisa meninggalkan ibu di sini sendiri. Boleh, papa minta kamu untuk menemaninya?" ucap Pak Bagus sembari melirik pada putrinya. Gadis itu benar-benar menjadi pe
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Penangkapan Haris

"Pak, Mas Haris sudah siuman. Mela memanggil bapaknya yang tengah duduk di luar ruangan. "Apa?""Mas Haris siuman." "Benarkah?" Keduanya langsung masuk, Haris yang tertidur selama dua hari setelah mengalami panas tinggi akhirnya membuka mata."Syukurlah, Nak. Kamu sudah siuman." Pria tua itu mendekati Haris dan melihatnya dengan senang.Haris melihat satu persatu dari dua orang asing yang pertama ia lihat setelah siuman. Dan, ini yang kedua kalinya ia hampir kehilangan nyawa, dua orang itu masih setia menemani.Mata Haris menyapu sekeliling, ruangan putih bersih dan harum. Berbeda dengan ruangan pertama saat ia terbangun, sebuah langit-langit yang rendah dengan dinding kayu yang cukup dekat dengan tubuhnya. "Di mana ini?" tanyanya lemah."Di Rumah Sakit, Nak.""Rumah Sakit?" Haris sontak bangun."Tenanglah! Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, perawatanmu sudah dibayar oleh seseorang. Kamu mendapatkan pengobatan yang sangat bagus hingga lukamu begitu cepat pulih." Jelas bapak tu
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status