Sinar matahari yang tadi begitu terik, perlahan redup. Rasti yang tengah beristirahat di dalam kamar, bangun untuk menutup gorden jendela. Ibunya tampak kelelahan dan masih belum bangun. Selain itu, perutnya terasa lapar. Pasti, tidak ada apa-apa di meja makan, hingga ia harus menyiapkan sendiri."Permisi." Rasti mengintip di balik jendela saat salam seseorang terdengar di luar pintu. Seorang pria berpakaian seragam, tampak seperti kurir. Namun, Rasti merasa tidak pernah memesan apapun."Apakah benar ini rumahnya Mbak Rasti?" tanya pria itu dengan senyum ramah ketika Rasti membukakan pintu."Benar. Saya Rasti.""Ini ada pesanan untuk, Mbak.""Saya tidak memesan apapun, Mas.""Orang lain yang memesan, Mbak. Mbak Rasti tinggal tanda tangan saja sebagai penerima." Gamang, Rasti membubuhkan parafnya di sana, saat kurir menyodorkannya."Terimakasih, Mbak. Selamat menikmati." Kurir itu kembali tersenyum sebelum pergi."Eeeh!" Rasti hendak memanggil. Ia ingin menanyakan siapa yang telah men
Read more