Semua Bab Dikontrak Jadi Istri Penguasa: Bab 11 - Bab 20

23 Bab

part 11

Wajah Ratih memucat, tubuhnya terasa ingin pingsan lagi. Ketika dia tahu dia hamil, dunia sepertinya sudah berakhir. Bagaimana dia bisa pulang dengan bayi? Lagipula, apakah bayi ini diinginkan oleh Tengku Ammar? Mereka hanya terikat kontrak."Apa kamu tidak minum pil pagi itu?" Tengku Ammar bertanya."Pil?" Kening Ratih berkerut. Apakah itu pil aborsi?Melihat Ratih yang kebingungan, Tengku Ammar segera ingat bahwa gadis ini sangat awam tentang masalah ini. "Lupakan saja!" Dia melambaikan tangan tidak sabar."Bagaimana kita menyelesaikan ini?" Ratih bertanya dengan perasaan campur aduk. Sejujurnya dia sendiri sangat tidak siap untuk hamil, tapi dia perlu meminta pendapat Tengku Ammar. "Maksudmu?" Kening Tengku Ammar berkerut."Bantu aku mencari dokter aborsi." Dia segera menjawab.Aborsi? "Apa katamu?" Melihat Tengku Ammar melotot engan kaget, nyali Ratih sedikit menciut."Bukankah kamu hanya butuh istri tapi tidak butuh anak?" "Jangan bicara omong kosong!" Ujarnya dengan tatapan
Baca selengkapnya

Part 12

Itu adalah seorang wanita yang anggun dan elegan. Dia tampak berusia awal empat puluhan, dan sosoknya sangat dingin. Dia adalah tipe penampilan yang akan membuat orang sangat terpana pada pandangan pertama. Lagipula, dia tampak sedikit familiar.Tidak tahu mengapa, tetapi ketika melihatnya, Ratih merasa sedikit malu dan segera bangkit. Setelah wanita itu masuk, dia menatapnya dan berkata dengan ringan,"Kamu pasti Ratih!"Ratih mengangguk, tetapi menatapnya dan bertanya dengan bingung,"Maaf, Anda ...?""Saya Nyonya Syah Alam.""Ah? Istri Tengku Ammar?” Ratih terkejut.Bukankah mereka mengatakan bahwa Tengku Ammar belum menikah? Bagaimana dia bisa punya istri?Wajah Nyonya Syah Alam menjadi gelap. Dia mengerutkan kening dan berkata,"Apakah ada yang salah dengan IQ-mu? Bagaimana mungkin Teuku Ammar jatuh cinta pada wanita sepertimu? Apakah informasi ini benar? Bagaimana mungkin selera anakku bisa seburuk itu?""Anda ibunya Tengku Ammar?" Ratih bahkan lebih terkejut."Tapi Anda terliha
Baca selengkapnya

Part 13

Nyonya Ammar tidak tinggal lebih lama karena Ratih juga harus melalui prosedur pemeriksaan sebelum diizinkan keluar dari rumah sakit. Ketika dia keluar dan menghentikan taksi, dia melihat Abdul datang. Ia tidak menyangka akan melihat mobil yang dikenalnya terparkir di pinggir jalan.Ratih mengerutkan kening dan mengabaikannya saat dia berjalan mendekat.Orang-orang di dalam mobil bergegas membuka pintu dan mengejarnya."Ratih, ayo kita bicara," kata Abdul cemas.Ratih berhenti, berbalik, dan berkata sambil tersenyum dingin,"Apa yang harus kita bicarakan?""Ratih, mengapa kamu begitu kejam padaku?""Abdul, Aku berterima kasih padamu karena meminjamkanku kartu anggota terakhir kali, tetapi kamu membawa Miriam dan yang lainnya ke sana. Jangan bilang kalau kamu tidak punya niat lain."Dia bukan orang bodoh. Dia tahu itu saat melihat Miriam dan yang lainnya hari itu. Abdul melakukannya dengan sengaja. Dia tahu bahwa Ratih ada di sana, tetapi dia tetap membawa mereka bertiga ke sana. Dia i
Baca selengkapnya

Part 14

"Tuan, Dia tidur di sana. Saya memintanya untuk naik ke atas, tetapi dia menolak. Dia meminta saya untuk memberinya selimut dan tidur di sana."Tengku Ammar menoleh dan melihat Ratih sedang tidur di sofa.Dia berteriak sangat keras, tetapi gadis tidak terbangun dan tidur dengan tenang di sofa seperti kerbau.Tengku Ammar tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Menyadari bahwa gadis ini tidak pergi dan tetap tinggal di rumah, amarahnya langsung hilang.“Baiklah, kamu bisa pergi istirahat!” kata Tengku Ammar kepada pengurus rumah tangga dengan nada yang lebih lembut.Kepala pelayan itu mengangguk cepat. Tengku Ammar berjalan ke arah Ratih dan ingin membangunkannya. Karena dia kelihatannya sangat lelap, dia terpaksa membungkuk, mengangkatnya dan menggendongnya ke atas.Kembali ke kamar tidur, dia membaringkannya di tempat tidur. Meski begitu, Ratih tidak terbangun.Tengku Ammar berbaring di sampingnya dan menatap matanya sambil menopang kepalanya dengan tangannya.Sejujurnya, mesk
Baca selengkapnya

Part 15

Mendengar itu, wajah Tengku Ammar bahkan tidak menunjukkan emosi apapun.“Hukum telah mengakuinya.” Jawabnya sederhana.Nyonya Shah Alam semakin marah ketika mendengar ini. Dia menunjuk ke arahnya dan berkata dengan marah, "Tengku Ammar, apakah kamu pikir kamu bisa mengabaikan ibumu sekarang setelah kamu dewasa? Kamu tidak memberi tahuku tentang hal besar seperti pernikahanmu, dan kamu tidak menggelar pesta pernikahan. Apakah kamu menganggapku sebagai ibumu?”"Jika kamu tidak datang sekarang, aku akan membawanya ke rumah besar untuk memperkenalkan diri hari ini dan memberitahumu tentang pernikahan kami," kata Tengku Ammar dengan tenang.Nyonya Shah Alam mendengus dingin, “Kamu baru saja mendapat surat nikah. Tengku Ammar, jangan pikir aku tidak tahu apa yang sedang kamu rencanakan. Kamu hanya menyimpan tempat untuk Zarina sehingga kamu bisa memberinya pesta perni
Baca selengkapnya

Part 16

“Apakah dia kekasihmu?” Hafiz tertawa terbahak-bahak, "Nona Ratih memang pandai bercanda. Bagaimana kamu bisa tahu kalau dia adalah kekasihku? Dia hanyalah seorang wanita yang kukagumi. Sayang sekali seseorang memiliki perasaan padanya, tetapi dia tidak.”"Tetapi untuk menerima hadiah sebesar itu dari Tuan Hafiz, aku yakin dia akan tersentuh." Ratih menjamin.Wanita mana yang tidak akan terharu setelah menerima hadiah rumah? Hafiz ini benar-benar ahli. Metodenya sangat brilian."Itu belum tentu benar. Dia mungkin hanya mengucapkan terima kasih kepadaku." Hafiz mendesah.Ratih tersenyum malu. Dia hanya ingin menghasilkan uang dan tidak ingin mendengar kisah cinta Hafiz yang rumit.Beruntungnya, Hafiz tidak mengeluh karena naksir padanya. Hafiz mengeluarkan sebuah amplop tebal. “Komisi di awal.” Ujarnya murah hati. Ketika Ratih meliha
Baca selengkapnya

Part 17

“Mengapa kamu tidak setuju dia menikah dengan Zarina?” Ratih mau tidak mau sedikit penasaran. "Kamu tidak perlu peduli tentang itu. Dia lebih cantik darimu, punya bentuk tubuh yang lebih bagus darimu, lebih terdidik darimu, dan lebih cakap darimu. Terlebih lagi, mereka adalah kekasih masa kecil, dan memiliki hubungan yang dalam. Dia juga berasal dari keluarga baik-baik.” Jelasnya dengan bangga. Seharusnya Ratih merasa bahagia mendengar penjelasan itu. Tujuannya menikah sedikit banyak telah mencapai hal-hal baik."Lalu mengapa kamu tidak setuju? Kamu sebaiknya setuju saja," kata Ratih.Namun, bahkan jika Tengku Ammar ingin menceraikannya sekarang, dia tidak takut. Dengan uang yang diberikan Hafiz, dia akan mampu membiayai ibunya sampai akhir perawatannya.Namun, anak dalam perutnya … membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.Nyonya Shah Alam menggertakkan giginya, be
Baca selengkapnya

Part 18

Hati Ratih sedikit tidak nyaman, tetapi dia juga merasa sedikit lega.Mereka berdua tidak cocok. Lebih baik mereka bercerai. Mereka tidak berutang apa pun kepada satu sama lain.Mari kita lihat kapan pria akan membicarakannya! Sekalipun dia hendak menceraikannya sekarang, Ratih tidak punya apa pun untuk dikatakan. Misi mereka sudah sedikit banyak berhasil.Namun, Tengku Ammar tidak mengatakan apa-apa, dia meminta Imran untuk membelikannya sekantong pakaian dan memintanya untuk berganti pakaian di kamar mandi. Imran bahkan tidak membelikannya pembalut.Ketika dia keluar, Tengku Ammar melepas jasnya dan mengikatkannya di pinggangnya.Ratih menolak dengan halus,"Itu akan mengotori pakaianmu.""Itu hanya pakaian," kata Tengku Ammar acuh tak acuh.Ratih menggigit bibirnya dan mengikuti di belakang Tengku Ammar.Ketika mereka masuk ke dalam mobil, dia mengira Tengku Ammar akan menyinggung soal perceraian, tetapi Tengku Ammar tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia memejamkan mata dan bersan
Baca selengkapnya

Part 19

Dia pasti sudah mandi. Rambutnya tidak dicukur, jadi dibiarkan terurai menutupi dahinya.Hal ini membuatnya tampak jauh lebih muda dari biasanya, tetapi karena wajahnya yang buruk, ia tampak sedikit putus asa.Dari sudut pandang mana pun, itu tampak seperti bos bangkrut dalam drama TV.Dia berpikir bahwa sumber keuangan keluarga Shah Alam masih sangat banyak. Bagaimana mereka bisa bangkrut secepat ini? Tengku Ammar ingin marah, tetapi ketika dia mendengar dan melihat ekspresi khawatir gadis ini, dia tidak bisa marah.Dia begitu kesal hingga dia tertawa,"Apakah kamu akan senang jika aku bangkrut? Apakah kamu ingin aku bangkrut?” Tanyanya kesal."Tentu saja tidak. Aku hanya merasa kamu terlihat tidak sehat, jadi aku sedikit khawatir." Ratih segera menjelaskan.Tengku Ammar menarik napas dalam-dalam dan tiba-tiba tidak ingin membahas video itu. Dia berdiri menariknya ke sampingnya dan ingin merangkulnya. Namun dia segera mencium baud aging panggang dan sedikit bau minuman."Apa kamu pe
Baca selengkapnya

Part 20

"Apa ini tentang perceraian." Ratih duduk dan berkata dengan gelisah. Mereka baru saja bertempur semalam, bagaimana jika dia hamil lagi setelah mereka bercerai?Tengku Ammar mengerutkan kening dengan ekspresi muram,"Ratih, jangan lupakan perjanjian kita sebelumnya. Ngomong-ngomong, Kamu belum melihat klausul terakhir! Jika kamu berani menyebut-nyebut masalah perceraian, kamu harus membayarku 20 juta Ringgit sebagai ganti rugi atas hilangnya masa mudaku."“Apa??” Ratih melompat kaget."Tidak ada klausul seperti itu dalam kontrak. Aku melihatnya dengan jelas. Itu tidak mungkin.” Bantahnya seketika. Dia memeriksanya dengan teliti, oke!"Ruang kosong dibagian paling bawah itu bisa ditambahkan. Aku menambahkannya kemudian, jadi kamu pasti tidak tahu." Tengku Ammar mengakui kecurangannya tanpa malu-malu.Sudut mulut Ratih berkedut. Orang ini benar-benar tidak punya integritas!"Mengapa kamu melakukan ini?" Ratih bertanya dengan marah."Tentu saja untuk mengakhiri pikiran-pikiranmu yang kac
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status