Home / Pernikahan / Istri Untuk Suami Arumi / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Untuk Suami Arumi : Chapter 21 - Chapter 30

39 Chapters

Chapter 21

"Mas Yoga!, tunggu!" saat Arumi keluar dari mobil yang berhenti di halaman gedung pengadilan agama, momen itu bertepatan dengan sosok Prayoga yang baru keluar dari gedung dsn hendak menuju ke mobilnya. Prayoga terhenti seketika saat mendegar ada yang memanggilnya. Arumi berlari kecil menuju ke arah Prayoga. "Arumi??!!" Prayoga kaget bukan main saat tahu siapa orang yang tadi memanggilnya. "Ka-kau sungguh hendak bercerai denganku, Mas?!" tanya Arumi dengan nafas yang sedikit tersengal. Prayoga terlihat gusar, ia masih bingung bagaimana Arumi bisa tahu jika ia berada di tempat itu. "Mas Yoga, jawab?!" syara Arumi sedikit meninggi. "Rum, jangan teriak-teriak!" Prayoga menempelkan jari telunjuk di bibirnya, memberi isyarat pada Arumi agar tak meninggikan suaranya, karena suasana gedung pengadilan yang mulai ramai. "Jawab saja pertanyaan ku Mas!" desak Arumi, ia tak menurunkan sedikitpun nada bicaranya, hatinya sudah terlanjur terbalut emosi. Prayoga celingukan, sebelum akhirnya i
Read more

Chapter 22

Sudah tiga hari semenjak Prayoga mengajukan gugatan perceraian antara ia dan Arumi. Dan semenjak itu pula, Arumi jadi kesulitan untuk berkomunikasi dengan suaminya itu. Telepon, pesan, tak ada satupun yang di balas oleh Prayoga. Bahkan saat Arumi mendatangi kantornya, Prayoga juga tak pernah ada di sana. Arumi nyaris putus asa, ia sungguh belum ingin untuk berpisah dari Prayoga. Tapi, Prayoga sepertinya sudah bulat tekadnya, ia tetap ingin bercerai dengan Arumi, ia sungguh tak perduli tentang perasaan Arumi, karena bagi Prayoga Selia dan anaknya adalah prioritas utama. Tak ingin berputus asa begitu saja, Arumi tak hilang akal. Ia lalu memutuskan untuk mengambil tindakan yang agak sedikit konyol, Arumi menguntit rumah keluarga Prayoga. Ia sudah tiga hari ini, mengawasi rumah itu dari tempat yang tersembunyi, sambil berharap Prayoga atau Selia keluar rumah, agar Arumi bisa mengikutinya dan menemuinya. Tapi nyatanya, meski sudah tiga hari mengawasi rumah itu, ia tak melihat satu o
Read more

Chapter 23

"Kau memeras ku?!" Arumi bicara sambil menatap tajam Selia. Selia menyeringai. "Saya tak merasa begitu" jawab Selia santai, seolah ia tak merasa melakukan suatu hal yang buruk. Melihat sikap Selia, Arumi kian naik darahnya. "Gil*!, kau minta satu miliar hanya untuk bicara dengan Mas Yoga?" "Kau ini memang tak waras ya!" Arumi geram. "Sudah cukup Bu!" suara Selia meninggi, membuat beberapa orang yang kebetulan melintas tak jauh darinya, menoleh, penasaran. Arumi kaget, sikap Selia kian tak terkendali. "Sudah cukup!. Dari tadi anda terus bicara, tapi sekarang cukup!. Tak usah membuang waktu, jika Ibu merasa keberatan, lebih baik tak usah, lagipula apa untungnya bagi saya membantu Ibu?, satu miliar itu bukan jumlah yang besar jika dibanding dengan resiko yang akan saya hadapi. Bisa saja Mas Yoga menolak, dan saya terpaksa harus mengabors* bayi ini untuk membuat dia percaya. Ibu kira itu murah, hah?!. Satu miliar itu sebenarnya sama sekali tak cukup Bu, saya harus memulai h
Read more

Chapter 24

"Bu Ar..e.. Arumi?!!" langkah Selia terhenti seiring dengan tatapan mata yang tajam dan raut wajah yang tegang, ia tak menduga jika ketika keluar dari pintu sebuah toko kue, ternyata sudah ada Arumi yang sedang berdiri menghadap pintu, seolah memang sedang menunggu Selia keluar."Selia, tolong aku!" begitu melihat wanita yang sedang hamil besar itu, Arumi langsung menghambur kearahnya dan memegang erat lengan Selia.Selia berusaha tenang, tak terpancing dengan tatapan Arumi, sebab kondisi di toko itu sedang ramai oleh pengunjung. Ia terus berjalan hingga sampai ke tempat parkir, sedang Arumi terus mengikuti dengan memegang lengan Selia, sambil meratap meminta belas kasihan."Lepaskan!!" Selia melepas tangan Arumi dengan kasar."Sel, aku mohon tolong aku!. A-aku akan beri berapapun uang yang kau minta, ka-kau mau berapa?, satu miliar?, dua miliar?, e, berapapun Sel, asal kau mau menolongku!!" iba Arumi, hari ini ia sungguh sudah kehilangan harga diri sebagai seorang istri sah di hadapa
Read more

Chapter 25

Dua bulan kemudian... "Hai Rum!!" Arumi terhenti langkahnya saat mendegar ada orang yang memanggilnya. Ia celingukan, mencari sumber suara itu di tengah keramaian pusat perbelanjaan, tempat dimana ia berada saat ini. "Dina!!" mata Arumi terbelalak saat tahu siapa orang yang memanggilnya tadi. Dina segera berlari kecil, menghambur kearah Arumi. "Em, kangen banget" kedua sahabat itu saling berpelukan erat, melepas rasa rindu. "Kamu kemana aja sih, kok udah lama kita nggak nongkrong lagi?" tanya Arumi sambil menatap Dina, sahabatnya itu dengan tatapan sayang. "Sorry, Rum, aku ada proyek di luar kota" "Ini baru pulang kemarin. Dan tau nggak, begitu aku sampai rumah, aku terus pergi ke butik, niatnya sih buat kasih kejutan ma kamu, tapi kamu malah nggak ada. Terus pegawai butik bilang kamu udah lama nggak ngantor, emang iya?" tanya Dina dengan wajah yang terlihat cemas. Arumi diam, ia menundukkan kepalanya, tak berani menatap Dina yang seperti sedang menginterogasi dirin
Read more

Chapter 26

"Yoga!, Yoga!" Dina berteriak memanggil Prayoga, sedang Arumi mengikuti sambil terus mencoba menghentikan sahabatnya itu, sebab kini mereka sudah menjadi pusat perhatian para karyawan di kantor Prayoga. "Udah Din!, malu dilihat orang-orang!" cegah Arumi. "Nggak bisa Rum!, Prayoga itu udah keterlaluan!" Dina menolak saran Arumi, ia tetap melangkah menuju ke pintu utama kantor Prayoga itu. Arumi berlari kecil berusaha menghentikan langkah Dina, ia takut Dina akan membuat kegaduhan di dalam sana. "Din,tolong dengarkan aku!" Arumi menarik lengan Dina, tapi Dina dengan sekuat tenaga mencoba melepaskannya. "Jangan hentikan aku Rum!, aku harus beri pelajaran si Prayoga itu, dia pikir dia siapa, berani-beraninya dia menceraikan mu!" gerutu Dina dengan raut wajah penuh amarah. "Iya Din, tapi kamu nggak usah ikut terlibat, aku takut Mas Yoga tambah marah sama aku" "Kamu nggak usah cemas, itu akan aku urus" Dina meyakinkan Arumi. Arumi tetap tak bisa membiarkan Dina melanjutkan perbuatan
Read more

Chapter 27

Dina benar-benar merasa sangat bersalah pada Arumi. Ia tak menduga, jika niatnya untuk menolong Arumi justru berbuah petaka. Prayoga yang mengetahui Dina datang bersama Arumi, menjadi marah besar pada Arumi karena ia mengira Arumi yang meminta Dina untuk melabraknya. Tak ingin berlarut-larut dengan rasa bersalah pada sahabatnya, Dina pun berinisiatif untuk kembali menemui Prayoga, ia ingin menuntaskan kesalahan pahaman itu agar tak berkepanjangan dan membuat Arumi tersiksa. Tapi kali ini, Dina tak memberitahu Arumi tentang niatnya ini. Ia menemui Prayoga secara diam-diam. "Kamu?!" Dina kaget saat mengetahui Selia yang membuka pintu rumah orang tua Prayoga, saat Dina datang berkunjung. Selia panik saat tahu tamu yang datang adalah Dina, temanya Arumi. "I-iya, Mbak" jawab Selia gugup. Otaknya segera bekerja cepat, berpikir untuk mencari alasan yang tepat jika sampai Dina bertanya sesuatu yang aneh tentang dirinya. "Em, Prayoga ada?" tanya Dina yang lebih fokus untuk mencari
Read more

Chapter 28

Dina merinding saat mengingat lagi perkataan demi perkataan yang keluar dari mulut Bu Melinda. Ia masih bingung, meski ia mulai memahami akan satu hal, ternyata Selia bukanlah sepupu Prayoga seperti yang selama ini ia ketahui. Ada hubungan khusus antara keduanya, meski itu belum bisa Dina pastikan. Sebab selama di rumah Prayoga tadi, Dina benar-benar seperti patung, ia hanya terdiam kebingungan sambil terus mendengar Bu Melinda berceloteh ini dan itu. Dituntun oleh rasa penasaran yang begitu besar, akhirnya membuat ia memutuskan untuk menemui Arumi. Ia tak ingin menunda lagi, karena menurutnya ada sebuah rahasia besar yang menjadi penyebab dari perceraian Prayoga dan Arumi. "Dina?!" Arumi melongo kaget saat tahu Dina datang bertamu tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Dina langsung ngeloyor masuk, meski Arumi belum memintanya. Arumi mengekori dengan pikiran bingung. "Mau Dateng kok nggak bilang sih?" tanya Arumi yang mengikuti Dina, duduk di sofa ruang tamu. Ia lalu memangg
Read more

Chapter 29

Dina sudah tak sabar untuk membongkar semua rahasia yang terpendam selama ini, yaitu tentang alasan perceraian Prayoga dan Arumi, dan juga tentang Selia. Ia semalaman tak bisa tidur karena tak sabar menunggu pagi tiba. Rasa marah yang luar biasa merasuki batinnya. Jika apa yang ia dengar dan lihat saat acara syukuran di rumah orang tua Prayoga itu semua benar adanya, ia bersumpah akan membuat perhitungan dengan Prayoga. Ia akan melampiaskan semua amarahnya pada Prayoga. Pria pengkhianat yang sudah membuat hidup Arumi hancur. Dan saat pagi tiba, Dina pun bergegas meluncur menuju ke rumah Prayoga, ia tahu jika hari ini Prayoga tak ke kantor, sebab hari ini Selia akan melakukan persalinan. Dina memacu mobilnya dengan cepat, ia tak ingin terlambat tiba di rumah Prayoga. "Bapak sedang sibuk, Mbak" seorang asisten rumah tangga menyambut kedatangan Dina di rumah Prayoga. "Cuma sebentar aja" bujuk Dina. "Em, gimana ya?" asisten itu tampak bingung. "Bilang aja ada Dina, Bapak pasti tau
Read more

Chapter 30

"Astaga Arumiii!!" Dina geleng-geleng kepala melihat Arumi yang masih berada di tempat tidur. Dina langsung menghampiri Arumi dan menyingkap selimut tebal yang membalut sekujur tubuhnya. Arumi kaget karena tiba-tiba tubuhnya terasa dingin karena selimut yang sudah tak menutup sekujur tubuhnya itu. "Bangu Rum!!" Dina menggoyangkan tubuh Arumi. Arumi membuka perlahan matanya yang masih terasa berat. Ia mengucek kedua matanya agar bisa terbuka lebar. "Di-na?!" Arumi kaget karena ada Dina di sampingnya. "Kok kamu ada di kamar aku?" tanya Arumi bingung. Dina menghela nafas, gemas melihat reaksi bingung Arumi. "Buruan bangun!" pinta Dina. Arumi menggeliat, ia sejujurnya merasa sangat malas untuk bangun, karena semenjak perceraiannya dengan Prayoga usai, ia tak punya lagi kegiatan. Butik miliknya sudah berpindah menjadi milik Prayoga. Dari semua harta bersama yang mereka miliki, Arumi hanya mendapatkan satu mobil dan sejumlah uang, sedangkan butik, dua mobil, tanah, semua
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status