“Ini apaan?”“Bunga sama kado. Itu buat dikasih ke Miss Rei. Aku udah tau papa pasti nggak peduli detail kayak gini. Ini attitude Pa, aturan dasar tak tertulis. Kalau ngedate sama cewek harus bawa hadiah atau sesuatu gitu. Jangan tangan kosong, nggak sopan,” omel Dinaya yang hanya direspon Dirga dengan anggukan acuh tak acuh.“Tapi kan Papa hari ini bukan mau ngedate, Nay. Kan kita mau ketemu bertiga, mau nongki nongki aja minum kopi sama makan es krim di café dessert,” protes Dirga.“Siapa bilang? Kan aku udah atur strategi, Pa.”“Hah? Strategi apa?”“Jadi gini …” Dinaya memasang tampang serius. Ia lalu menarik tangan ayahnya untuk duduk berhadapan dengannya di sofa ruang tengah.“Papa denger instruksiku ya, jangan ada yang terlewat.”“Oke,” jawab Dirga. Detik berikutnya ia sadar, posisi mereka saat ini berubah. Entah kenapa Dirga merasa seperti anak lelaki yang sedang menyimak wejangan ibunya. Padahal dialah sang ayah dan Dinaya adalah anaknya. Dasar anak gadis!“Nanti papa jalan aj
Read more