Semua Bab Tidak Semudah itu Melupakanmu: Bab 11 - Bab 20

27 Bab

Aku Tidak Sebodoh yang Kalian Pikirkan

Damian meminta Ibunya untuk membereskan semua barang- barang. Damian menjauh dari Vanesa.“Ibu, bereskan semua barang-barang kita, tidak usah bawa barang Vanesa, tinggalkan saja di sana semua, karena dia tidak akan ikut di sana.”Setelah bicara dengan ibunya Damian mendekati Vanesa, “sayang aku ada urusan sebentar, kamu tinggal di sini dulu nanti aku datang lagi.”“Baiklah. Oh, katakan sama Ibu, mobil pindahan sudah menuju ke rumah.”Damian menunjukkan ekpresi kaget, “Ah, kenapa buru-buru bangat? Apa kita tidak bisa melakukannya besok?”“Tidak, pembeli rumahnya ingin kita segera pindah. Bahkan pembeli sudah ada di sana sekarang.”Damian belum sempat berpikir ia melajukan kendaraannya ke rumah, bahkan menunda permintaan Iren yang memintanya datang. Laki-laki itu tidak tahu kejutan apa yang sudah dipersiapkan Vanesa untuknya.Tiba di rumah, ternyata sudah ada box pindahan serta orang-orang yang membantu mereka pindahan.“Mas kenapa sangat buru-buru?” tanya Dila.“Pembeli rumah ini ya
Baca selengkapnya

Balasan Untuk Suami

Vanesa keluar dari rumah dan Damian mengejar.“Kamu mau kemana Vanesa?”“Ini rumah kamu, aku akan pergi seperti yang kalian inginkan, lalu ia masuk ke dalam mobil yang biasa dipakai Damian.“Mobil itu bukannya kamu jual?”“Ini mobilku Mas, Aku membelinya dulu dengan susah payah, aku tidak akan menjualnya.”Wajah Damian menegang, “Lalu mobilku?”“Kamu sudah membeli mobil mewah atas namamu, kamu hanya perlu membayar cicilannya setiap bulan.”“Apa …? Kamu mempermainkanku?”Vanesa masuk ke dalam mobilnya, lalu membuka kaca jendela, “rumah jatoh tempoh tanggal lima dan mobil tanggal sembilan, aku yakin kamu bisa membayarnya.”“Vanesa apa rumah ini juga kredit?” bola mata Damian melotot.“Iya, kamu membeli rumah dengan uangmu, uang mukanya aku menjual perhiasan.. Pemilik rumah setuju DP pakai perhiasan, uang muka sudah masuk tiga ratus juta sisanya bisa kamu bayar dengan mencicil selama satu tahun, uang tiga ratus juta itu uang milikmu. Oh, hampir lupa ini kartu kredit mu Mas.”Vanesa
Baca selengkapnya

Pernikahan Kontrak

“Kamu terlambat sepuluh menit. Kamu selalu tidak tepat janji,” ucapnya lagi sembari memutar-mutar gelas wine di tangannya.Vanesa meneguk wine miliknya sembari berkata pelan, “Jalanan macet.”Gavin mendengus kesal, “dari jaman Belanda Jakarta sudah macet, itu tidak bisa jadi alasan,” ucap Gavin melipat tangan di dada.Vanesa masih berdiri menunggu perintah dari pria di depannya.” Lain kali saya tidak akan terlambat,”ucap Vanesa.“Saya ingat janji kamu.”Tidak lama kemudian Gavin berdiri, ia menyodorkan beberapa lembar kertas padanya, “saya sudah melakukan, seperti yang kau minta, sekarang lakukan tugas kamu.”Vanesa membaca dengan teliti kertas di tangannya, kesimpulanya Gavin memintanya melakukan pernikahan kontrak sampai ia melahirkan anak.“Aku akan hamil, tapi tidak perlu ada pernikahan,” tolak Vanesa lagi.Pria bertampang dingin itu berbalik badan menatap Vanesa dengan tajam.“Saya tidak ingin anak saya disebut anak haram.”“Kapan kita akan melakukannya?”Gavin mendekat, “seka
Baca selengkapnya

Melampiaskan Kemarahan

Damian duduk menatap Vanesa yang berjalan meninggalkannya, sebesar apapun ia memohon wanita itu tidak mau bersamanya lagi. Vanesa tidak akan bisa melakukannya sebab ia sudah menikah dengan Gavin.Dari rumah sakit Vanesa menuju rumahnya, rumah yang dulunya ia tempati dengan Damian dan ibu mertuanya sekarang sudah kosong. Rumah itu sekarang sudah jadi milik Gavin. Laki-laki berjanji akan memberikannya padanya jika berhasil melahirkan anak. Tapi ia bisa menempatinya selama dia mau. Gavin bahkan membangun tembok yang lebih tinggi di sekeliling rumah, jadi orang lain dan tetangganya tidak bisa melihat ke dalam rumah. Saat ia membuka gerbang para pekerja sibuk membangun sebuah taman di depan rumah. Padahal Vanesa tidak ingin punya rumah yang terlalu mewah, ia lebih suka dengan desain rumahnya yang pertama. Namun pikirannya dan pikiran Gavin dua hal yang berbeda. Laki-laki es batu itu ingin rumah yang mewah, sementara Vanesa ingin rumah sederhana tapi ada cinta dan kebersamaan di sana.
Baca selengkapnya

Melakukan Hubungan Terlarang di Kantor

“ Apa aku memuaskanmu Danita?”“Sakit,” ucap Vanesa menggigit bibir bawahnya.“Nikmati saja sayang, kamu harus ingat, siapa laki-laki yang memberimu kepuasan,” ucap Gavin semakin menghentakkan tubuhnya dengan tempo yang semakin cepat. Untung saja ruangan Gavin kedap suara jadi suara ribut keduanya tidak kedengaran ke ruangan pegawai lain.Dengan bermandikan keringat Gavin melepaskan dirinya dari tubuh Vanesa, Wanita berambut panjang itu masih berbaring dengan napas terengah-engah. Gavin memang pejantan tangguh, Vanesa sampai bermandikan keringat dibuatnya.“Segera pakaianmu dan pergi dari sini. Sebentar lagi istriku akan datang ke sini.”Mendengar kata istri, Vanesa segera beranjak, ia membersihkan diri dengan tisu basah, buru-buru mengenakan pakaian nya. Beberapa menit kemudian ia sudah rapi dengan pakaian penyamarannya.“Aku akan pulang.”“Tunggu! Bersihkan cairan dari atas meja kerjaku, bersihkan sampai bersih jangan sampai Karin melihatnya.”Dengan sikap tergesa-gesa Vanesa mem
Baca selengkapnya

Dilarang Bekerja di Perusahaan yang Sama

Setelah bertemu dengan sang Nenek Gavin bukannya merasa tenang, tapi dendamnya semakin besar pada Vanesa, “Kalau bukan karena kamu dan keluargaku Ibu dan nenekku tidak akan menderita seperti ini, wanita sialan,” umpatnya dengan marah. Ia menelepon Vanesa tapi wanita itu berada di ruang pemeriksaan jadi ia tidak bisa menerima telepon. Gavin semakin emosi saat Vanesa tidak mengangkat telepon darinya.“Apa sebenarnya yang kamu kerjakan?” Ia melihat GPS kemana Vanesa pergi, lalu mengikuti.Vanesa baru saja keluar dari ruangan pemeriksaan, saat ingin keluar bertemu Damian.“Vanesa? Apa yang kamu lakukan, apa kamu sakit?”“Tidak, aku hanya pemeriksaan biasa, aku ingin pulang.”Damian berdiri meneliti penampilan Vanesa dari bawah sampai keatas, semenjak keluar dari rumahnya. Vanesa sudah berubah dari penampilan dan sikap.“Apa kamu tidak bertanya kenapa aku di sini, Sayang?” tanya Damian rupanya laki-laki itu menyesal telah berselingkuh dengan Iren.“Tidak, aku tidak ingin tahu.” Vanesa
Baca selengkapnya

Tidak Ingin Diatur

Di rumah sakit, Damian duduk dengan wajah lesu. Ia begitu menyesal karena tergoda dengan rayuan Iren, wanita itu bukan hanya menghancurkan rumah tangganya. Damian juga jadi bahan olok-olokan teman satu kantornya karena kasus perselingkuhannya dengan Iren sudah tersebar di kantor. Terpaksa kontrak kerja Iren sebagai model pakaian di perusahaan tidak diperpanjang lagi, agar skandal perselingkuhan Damian berhenti. Malam itu Iren datang kembali ke rumah sakit, berharap Damian dan keluarganya memaafkan dirinya dan mau menerimanya kembali.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Damian dengan tatapan tajam.“Aku hanya ingin meminta maaf, Sayang.” “Kamu masih berani menunjukkan wajahmu di sini setelah apa yang kamu lakukan? Kamu hanya penipu tidak ada apa-apanya dengan Kak Vanesa,” teriak Dila marah.Mendengar kata Vanesa Iren sangat marah.“Vanesa, Vanesa lagi! Berhenti menyebut namanya di depanku.”Dila yang sudah terlanjur berharap banyak akan punya ipar kaya raya, merasa sangat kece
Baca selengkapnya

Aku Sudah Menjual Tubuhku

Vanesa lagi-lagi tidak berdaya, dengan berat hati ia menuruti Gavin.“Baiklah mari kita lakukan.”Vanesa berjalan kembali ke dalam rumah, lalu berjalan ke kamar. Gavin merasa seperti iblis karena Vanesa menatap dengan tatapan benci. Vanesa masuk ke kamar mandi mengenakan bathrobes lalu keluar dari kamar mandi. Gavin membawa botol anggur ke kamar minta Vanesa meminumnya, ia tidak menolak ataupun membantah melakukan semua yang diinginkan laki-laki itu dengan diam.“Mari kita lakukan sekarang,” ucap Vanesa melepaskan tali pengikat pakaian yang dikenakan.“Jangan buru-buru Danita, mari kita lakukan dengan santai, sembari menikmati bulan indah malam ini, seperti yang kita lakuka dulu,” ucap Gavin.Vanesa tidak mengatakan apa-apa, semua ia lakukan dengan sikap pasrah, kalau saja ia membantah perkataan Gavin ia yakin semua barang-barang dalam kamar akan hancur .Saat sedang bersama Vanesa, Karin istrinya menelpon.“Sayang, kamu di mana?” tanya Karin. Wanita itu menunggu Gavin pulang. Kar
Baca selengkapnya

Masih Pasangan Suami Istri.

Mendengar itu mata Damian melotot kaget, “apa maksudnya?”“Ketika suamiku menolak membantuku, maka aku meminta bantuan lelaki lain dan sebagai imbalannya tubuhku,” ungkap Vanesa dengan emosi.Damian menghentikan mobilnya mendadak, “tidak. Kamu bukan wanita seperti itu Nesa, kamu wanita terhormat.”“ Kamu yang mendorongku melakukan itu Damian, kamu yang mengubahku jadi wanita murahan. Kalau saja kamu saat itu membantuku menyelesaikan masalah, aku tidak akan seperti ini. Kalau saja saat itu kamu tidak berselingkuh dengan Iren hidupku akan baik-baik saja dan rumah tangga kita masih ada .”“Tidak, kamu pasti berbohong.”“Bukan hanya menjual tubuhku Damian, aku bahkan melakukan pernikahan kontrak dengannya, dia ingin aku melayaninya kapanpun dia inginkan.”Damian menutup kuping tidak percaya dengan apa yang sudah didengar, “kau masih istriku Vanesa! Mana mungkin kamu melakukan hal gila seperti itu!” teriak Damian dengan marah“Iya, aku melakukan poliandri, aku menikah sebelum kita res
Baca selengkapnya

Bekerja di Kantor yang Sama

Saat Damian berangkat ke kantor, Vanesa juga meninggalkan rumah , ia menulis pesan dalam kertas diatas meja makan. Ia juga berterima kasih padanya telah merawat dirinya dengan baik beberapa hari itu. Ia berharap laki-laki itu melupakan pernikahan mereka. Vanesa juga meminta Damian mencari wanita lain. Setelah pulang dari sana Vanesa menuju rumah sakit untuk bertemu ayahnya. Tiba di sana ia memeluk Banu dengan erat, ia berjanji tidak akan menangis, tidak ingin orang tua itu melihatnya menangis.“Apa pekerjaanmu sudah selesai Nak?” tanya Banu.Vanesa mengangguk, “Pi, sudah waktunya aku memulai semuanya. Mulai besok aku akan bekerja di sana, tapi aku khawatir tentang Zein.”Banu tersenyum hangat, “jangan khawatir adikmu baik-baik saja, dia dan ayah akan membantu Nak.”Mendengar perkataan Papinya Vanesa mengangkat kepalanya, ia menatap laki-laki itu dengan penasaran lalu bertanya, “apa Zein sudah mengabari Papi?”Pak Banu mengangguk pelan, “dia menelepon Papi, dia meminta supaya kamu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status