Semua Bab Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa: Bab 251 - Bab 257

257 Bab

251. Jangan Sampai Dia Mati

“Operasi masih berlangsung?” Adam bertanya, dengan tajam dan dingin.Pria itu berdiri tegak di depan ruang operasi Rumah Sakit PMC Cibitung sambil menatap Bergas yang sedang menunggu di depan ruang operasi.“Ya, Tuan Adam,” jawab Bergas tanpa ekspresi. “Belum ada kabar dari dokter.”Adam melirik monitor di dinding yang menunjukkan waktu operasi. Tiga jam lebih. Terlalu lama.Pria yang langsung menuju ke tempat ini begitu mendapat kabar itu mengepalkan tangan, matanya memerah karena menahan amarah.“Mengapa Gauri bisa berada di daerah ini?” tanya Adam sambil mengernyitkan dahi.“Nona Gauri sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan Tuan Thomas. Beliau sedang berada di Karawang untuk meninjau proyek,” jawab Bergas dengan lugas.Adam menyipitkan mata. “Dan Pak Thomas? Di mana beliau sekarang?”Bergas menghela napas. Walaupun Adam bukanlah majikan langsungnya, pria paruh baya itu tetap merasa harus menghormatinya.Bagaimana pun, Bergas bisa mempercayakan Gauri pada Adam.“Sekretaris yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

252. Prioritas

“Di mana dia?” Suara Thomas menggema di koridor rumah sakit, dingin dan penuh penekanan.Pria tua itu melangkah cepat, tongkat sama sekali tidak menghalanginya. Mata Thomas memerah dan sedikit berkaca-kaca, tengah menahan deretan emosi yang menyerangnya, amarah, kepanikan, dan kesedihan.“Di ICU, Tuan Thomas,” jawab Bergas dengan tenang, mendampingi langkah pria tua itu. “Namun, menurut dokter, Nona Gauri belum sadar dan masih dalam masa kritis.”Thomas berhenti sejenak di depan pintu ruang ICU. Melalui kaca kecil di pintu, pria tua itu melihat Gauri terbaring lemah dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya.Tubuh cucunya yang biasanya penuh energi kini tampak rapuh, tidak berdaya. Thomas mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Dia menahan napas, berusaha mengendalikan emosinya.“Direktur rumah sakit ini di mana?!” tanya Thomas tiba-tiba, suaranya rendah, tetapi penuh ancaman.Bergas mengangkat alis sedikit. “Saya akan menghubungi beliau untuk menemui Anda.”“Tidak perlu,” sahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

253. Tanpa Pemberitahuan

Adam duduk di kursi kerjanya yang megah. Wajah pria itu masih tanpa emosi seperti biasa, tetapi tangannya yang mengetuk permukaan meja menunjukkan kegelisahan yang jarang terlihat.Ruangan itu sunyi, hanya diisi suara lembut jam dinding yang berdetak. Adam menunggu dengan sabar hingga akhirnya pintu terbuka, dan Denny masuk dengan langkah tergesa.“Tuan Adam,” ujar Denny sambil berdiri tegak di depan meja. “Kami mendapat laporan terbaru tentang Ezra.”Adam mengangkat wajah, matanya menatap tajam Denny. “Di mana dia sekarang?”Denny menelan ludah, ragu sejenak sebelum menjawab. “Ezra terakhir terlihat di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul dua siang tadi. Setelah itu, dia menghilang. Tidak ada jejak keberangkatan atau keberadaan darinya, Tuan.”Adam mendengar jawaban itu dengan rahang mengeras. Napas pria itu tetap teratur, tetapi ada kilatan marah di matanya yang membuat asistennya itu terintimidasi.“Bandara?” ulang Adam pelan, terdengar dingin. “Tujuan apa yang Ezra masukkan ke sistem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

254. Di Belakangmu

Adam menyandarkan tubuh di sofa, sambil menatap Thomas dengan dingin.“Saya menjaga sopir itu tetap hidup karena dia salah satu kunci untuk menjebloskan Ezra ke penjara,” ujar Adam tegas. “Saya butuh dia berbicara, dan jika dia mati, semua bukti yang saya punya akan melemah.”Thomas mengangguk kecil, walaupun tatapannya tetap tajam. Dia meletakkan gelas kosongnya di meja, lalu mengusap wajah dengan tangan bergetar. Pria tua itu tampak lelah, tetapi tekadnya tetap terlihat jelas.“Kamu masih berpikir saya berada di pihak Ezra, bukan?” tanya Thomas tiba-tiba.Adam tidak menjawab, tetapi mata pria itu berbicara. Dingin dan penuh kewaspadaan, sebagaimana sikap yang harus dia tunjukkan di depan sekutu lawan.Namun, yang mengejutkan, Thomas menundukkan kepala sejenak dan matanya berkaca-kaca ketika pria tua itu mengangkat wajahnya lagi.“Apa yang bisa saya bantu?” tanya Thomas, penuh kesungguhan. “Jika itu untuk Gauri, saya akan melakukannya.”Adam tertegun. Kata-kata itu membuatnya terdiam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

255. Daripada Kehilangan Wajah

Suara ketukan pintu terus terdengar, semakin keras dan memekakkan telinga.Tok! Tok! Tok!Ezra berdiri tegang di dekat pintu, pistol kecil di tangannya bergetar. Peluh menetes deras dari pelipisnya, sementara dadanya naik turun dengan cepat. Ketukan itu berhenti sesaat, dan justru membuat Ezra semakin gelisah.“Siapa?!” Ezra berteriak lagi, merasa panik dan marah.Masih tidak ada jawaban.Ezra menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri. Namun, sebelum pria itu bisa berpikir lebih jauh—Brak!Pintu penginapan itu didobrak paksa dengan suara keras. Seketika, Ezra refleks menekan pelatuk pistol di tangannya.Dor!Suara tembakan menggema di ruangan sempit itu. Seorang pria berseragam polisi yang berdiri paling depan langsung terhuyung ke belakang dan jatuh ke lantai dengan darah mengalir deras dari kepalanya.“Berhenti!” teriak salah satu polisi lainnya, penuh perintah.Polisi itu melangkah maju dan menendang pistol dari tangan Ezra sebelum pria itu sempat menembak lagi. Pistol it
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

256. Penghormatan Terakhir

“Seharusnya kita reuni saat pernikahan Pak Ezra dengan Gauri,” tukas seorang mahasiswa yang pernah Ezra ajar dengan mata berkaca-kaca. “Bukan ke pemakaman beliau.”Langit pagi itu mendung, seolah turut berduka atas kepergian salah satu anak manusia. Angin berembus pelan, mengusik dedaunan di sekitar kompleks pemakaman Keluarga Uno.Seorang pendeta berdiri di depan peti kayu berwarna cokelat gelap yang dihiasi bunga lili putih. Di sekelilingnya, hanya ada sedikit pelayat, terbatas pada keluarga dekat, sahabat, dan beberapa orang yang pernah mengenal Ezra.“Betul,” sahut teman yang berdiri di sebelahnya. “Tapi kita cukup beruntung, karena tidak semua orang bisa masuk ke lahan pemakaman Keluarga Uno.”Thomas berdiri di barisan paling depan, mengenakan jas hitam dengan dasi yang rapi. Wajah pria tua itu pucat, garis-garis usianya terlihat lebih jelas dari biasanya.Namun, meski terpukul, pria tua itu tetap memimpin upacara pemakaman dengan penuh kewibawaan. Di sampingnya, Rusdi, berdiri d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

257. Merindu Manik Cokelat Gauri

“Apa yang mereka inginkan dari kerja sama ini?” tanya Adam pada seseorang di seberang telepon sambil memandang cahaya matahari lembut yang masuk melalui jendela, menerangi ruangan perawatan VIP di salah satu rumah sakit terbaik di kota Jakarta.Adam duduk di sofa dengan postur tegap, satu tangan memegang ponsel, sementara tangan lainnya menelusuri dokumen yang tersebar di meja kecil di depannya. Di sekitar sofa, ada laptop terbuka, beberapa map tebal, dan secangkir kopi yang sudah hampir dingin.“Saya paham bahwa Harraz Mall harus menarik perhatian publik dengan langkah ini,” ujar Adam serius. “Tapi brand sebesar itu memerlukan penawaran yang lebih kuat. Saya akan mengatur ulang kontraknya besok.”Sebuah keheningan singkat mengisi ruangan sebelum suara kecil terdengar dari ranjang di belakangnya.“Mas Adam?”Adam langsung tersentak, jantungnya berdebar keras. Suara itu begitu lembut, tetapi cukup untuk menghentikan dunianya sejenak. Dengan gerakan cepat, Adam menoleh, matanya membelal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status