Home / Rumah Tangga / MENJADI ORANG KEDUA / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of MENJADI ORANG KEDUA: Chapter 211 - Chapter 220

231 Chapters

211. POSESIFNYA

Disebut apa hubunganku dan Keiro?Entahlah.Aku tidak begitu memikirkan hal itu.Dan kurasa, lelaki yang matanya lurus menatap manik mataku pun berpikir hal sama.Apa Keiro memberi warna pada hari-hariku?Mungkin tidak ataukah iya, entahlah.Karena keberadaan Keiro tidak mempengaruhi bagaimana aku menjalani kehidupan monotonku setelah adikku memilih untuk meninggalkan rumah.Keiro hanya membuatku terbiasa dengan kehadirannya.Dan aku yang masih berdiri di tempatku, memperhatikan Keiro menatapi potret-potret dalam figura yang memang sengaja dipamerkan pada mata siapa saja.Sesekali bibir Keiro tersenyum dan mengangguk. Entah apa yang dipikirkan otak pintarnya itu.Sampai ia yang akhirnya sadar sudah tidak sendirian, berpaling dari potret-potret yang lekat ia pandangi lalu berdiri tegak.Senyum yang kuhafal tercetak setelah ia diam beberapa saat. Sementara suara langkahnya memecah kesunyian yang tercipta.Tanpa kata, Keiro yang menghampiriku langsung memeluk.Rasanya, jika aku tidak sed
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

212. PUSAT HIDUPNYA

Aku yang melihat luka dalam mata mas Rendra berbalik, memeluknya erat.Melihatnya menyalahkan diri, menusukkan rasa perih dalam hatiku yang tahu bagaimana perasaan itu terasa.Aku yang selalu menyalahkan diri atas apa yang terjadi pada Santo paham, setidak nyaman apa jiwaku untuk rasa bersalah yang bercokol nyata dalam diri."Jangan meminta maaf, Mas." Rasanya aku ingin mengatakan kalimat itu begitu keras.Tapi, degup jantung mas Rendra yang bahkan mengatakan kalimat sama seolah mengaburkan suaraku yang justru mengecup mas Rendra yang pipinya kutangkup, lalu menatapi wajahnya yang hari ini memperlihatkan banyak ekspresi.Kaget pada perubahanku yang hatinya merasa lebih ringan, cemburu pada Keiro yang hanya kutemui sendiri, tapi yang paling tidak suka kulihat adalah wajahnya kali ini. Wajah saat mas Rendra menyalahkan diri untuk apa yang sudah terjadi.Nang, kita sungguh beruntung bertemu dengan mas Rendra, bukan?Dan mbak harap, meski hanya sedikit Mas Rendra juga merasa beruntung be
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

213. BALAS BUDI

Meskipun tidak melihat secara langsung bagaimana Lais kecil menjalani kehidupannya, aku bisa membayangkan jadi setidak percaya apa ia pada manusia lain.Dan balas budi.Nyatanya hal itu menjadi ganjalan bagi gadis yang dijual ayahnya seharga ratusan ribu untuk ganti bermain judi.Lais yang hidup dengan mengenal bisa seburuk apa perlakuan seorang ayah pada putri kandungnya sendiri, tidak mungkin tidak memiliki perasaan semacam itu pada adikku, bocah yang nyatanya mampu membuat Lais tertawa dalam kesal, memberi warna pada hari-hari Lais yang begitu mendengarkan tiap ucapan Santo.Tapi, "apa Santo pernah berkata ia menginginkan balasan untuk apa yang ia lakukan untukmu?"Lais yang menatapku hanya diam, sementara sesenggukannya membuat tanganku yang bebas, terjulur. Mengusap pipi basahnya meski percuma karena airmata Lais terus jatuh.Aku yang tahu Lais paham Santo memang tidak menginginkan balasan apapun darinya, menunjukkan senyum. Senyum yang membuat Lais menjatuhkan kepalanya padaku y
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

214. AMARAH ORANG TUAKU

Aku tahu pun paham, jika pilihanku yang lengannya sedang mas Rendra usap berpengaruh pada banyak orang, terutama bocah besar yang pipinya sekarang begitu tirus.Bak kulit pembungkus tulang seperti yang bapak katakan.Melihatnya seperti itu setiap hari, tidak mungkin tidak berpengaruh pada jiwa orang tua kami, sepasang pasutri yang mencintai kami seperti anak-anaknya sendiri.Bapak dan ibu, manusia yang membuat adikku tumbuh tanpa merasa berbeda tidak kekurangan apapun, bahkan mendapat cinta tanpa syarat dari keduanya ... 'aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hati mereka merasa setiap melihat Santo.'Tapi, tidak bisa.Aku tidak mampu menuruti pinta mereka.Egoiskah diriku? Tentu saja. Hanya pembohong yang akan mengatakan tidak.Jadi, Nang, izinkan mbak egois ya.Mas Rendra menoleh padaku yang mendekat makin rapat. "Semua akan baik-baik saja, Runi."Tanpa menoleh aku mengeratkan pelukan pada lelaki yang kembali mengusap lenganku. Menarikku dalam pelukan yang tidak meninggalkan
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

215. MELEPASKAN

"Saya sungguh berharap, mereka akan menjadi lebih baik setelah keluar dari rumah nyaman yang memberikan kehidupan baru pada mereka, Nona Runi. Tapi, siapa yang bisa menebak manusia bukan?"Meski aku tahu ada sarkasme dalam kalimatnya, aku tidak membalas. Kecuali, "Mama Key, terimakasih banyak."Tidak ada balas yang kudengar.Setidaknya untuk beberapa detik. Karena setelah sunyi, tawa lepas jadi satu-satunya balasan mama Key yang mungkin tidak menyangka aku akan berterimakasih padanya.Rasanya, aku bahkan bisa melihat penggemar kopi itu menghapus air yang tercipta diantara mata pandanya."Senang berbisnis dengan anda, Nona Runi." Ucap mama Key setelah tawanya berhenti juga tarikan nafas beberapa kali."Secara personal saya sungguh menyukai anda. Bukan karena anda selalu membayar lebih. Tapi entahlah... saya sungguh menyukai anda, Nona Runi... uhuk!"Seolah baru sadar dengan kalimat yang ia ucapkan lalu merasa malu sendiri, mama Key terdehem dan kembali berucap, "saya akan memberi anda
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

216. ++

Mas Rendra yang meminta izin memejamkan matanya untuk sentuhan tanganku.Lelaki gagah yang tidak pernah memaksakan kehendaknya sendiri ini, seolah ingin mengingat bagaimana jemariku terasa di pipinya.Di dalam kamar yang baru kami tiduri lagi, dinding bisu yang katanya memiliki mata seolah bisa melihat bagaimana mas Rendra membiarkan jemariku meraba.Dan udara terasa berubah saat mas Rendra membuka matanya, meraih tanganku yang lalu ia kecupi tanpa kata.Seolah ia ingin berkenalan dengan tiap inci tubuhku yang memalingkan wajah saat Mas Rendra melepas kancing piyamanya satu-persatu, menunjukkan tubuh bagian atasnya setelah ia menjatuhkan atasan piyamanya sembarangan."Kenapa?" tanya pria yang suaranya terdengar makin berat dengan tatapan yang membuatku menelan ludahku sendiri."Runi." panggil lelaki gagah yang sentuhan jemarinya membuat pipiku terasa panas. Menjalar ke seluruh tubuh bahkan ujung jempolku yang tak lagi beralas."Entahlah...," jawabku yang benar-benar merasa tidak bias
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

217. ADIKKU

Bara yang sengaja disulut akhirnya padam, perlahan meninggalkan tubuh kami yang nafasnya mulai teratur meski panas masih merajai.Bermanik-manik keringat berganti dengan senyum juga pelukan hangat diikuti kecupan ringan yang meninggalkan gelitik hangat."Kamu baik-baik saja?" ucap pria yang mendekapku sambil merapikan anak rambutku yang menempel di dahi.Aku hanya mengangguk lalu menempelkan pelipis pada dada bidang mas Rendra yang degubnya masih menyisakan debar keras.Tapi, tatapan Mas Rendra begitu lembut saat mata kami bertemu.Selembut usapan tangannya saat menyentuh bekas luka diantara dadaku lalu turun pada perut.Aku bisa melihat tak hanya bibir mas Rendra saja yang tersenyum tapi juga matanya."Anak-anak ayah, kalian baik-baik saja kan?"Terkadang, wajah cinta begitu sederhana, bukan?Aku hanya cukup membuka mata dan memperhatikan.Mencintai seseorang ... bagai mana rasanya?Aku pernah mempertanyakan kalimat itu pada diri.Dan kurasa, kini aku tahu jawaban dari tanya itu.Mun
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

218. IA DAPAT SUAMINYA JUGA

"Perhatikan tiap langkahmu, karena mungkin aku dan anak-anakku sedang minum kopi di sisi jalan."Wanita hamil yang tubuhnya begitu kurus itu tidak menjawab kalimat wanita bergincu merah yang sorot matanya membuat ia menunduk. Menatapi tanah basah yang masih menyisakan bekas hujan.Hal yang rasanya sudah lama sekali tidak ia lihat. Karena apa yang selalu dilihat matanya setiap kali terbuka, hanyalah beton tebal yang memantulkan teriakannya sendiri."Pergilah."Kepalanya terangkat mendengar kalimat yang begitu ingin ia dengar sejak dibawa paksa orang-orang asing yang membuatnya meronta sekuat tenaga, berteriak sampai suaranya habis, bahkan memohon!Tapi, segala upaya yang ia lakukan sia-sia!Percuma!Karena orang-orang yang membawanya paksa tidak perduli!Lalu mengurungnya sampai gila rasanya!Kebebasannya direnggut. Keinginannya diabaikan. Suaranya sama sekali tidak didengar!Ah, didengar?Jangankan didengar, orang-orang yang membawanya dari tempat sembunyi itu mengurungnya tanpa perd
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

219. SANG WAKTU

Duniaku tidak akan sama karena aku tidak lagi melihat senyum adikku.Senyum bocah yang tawanya saja mampu membuat hatiku yang beku menghangat, tidak akan bisa kulihat lagi.Tapi, aku tahu kehidupanku akan terus berjalan sebagaimana sang waktu berlalu.Nang, apa kamu bermimpi dalam tidurmu yang panjang tanpa kesempatan bangun ini?Jika iya, adakah mbak dalam mimpimu itu, Nang?****Sudah satu minggu adikku pulang.Rasanya, aku sudah terbiasa dengan kegiatanku di dalam rumah meski gerakanku makin lambat dan mudah lelah.Memasuki bulan terakhir di trisemester ke tiga ini aku jadi sering bergerak, tapi aku tidak bisa bohong jika rasa lelah menghampiri begitu mudah.Meski begitu aku jadi sering berjalan agar kakiku yang cepat pegal tidak bengkak. Setidaknya, itu saran dokter Vian yang di bulan kesembilan ini jadi makin sering ku kunjungi, seminggu dua kali.Aku pun sering meletakkan kakiku lebih tinggi dari posisi jantung. Baik dengan beralas bantal ataupun paha Mas Rendra, lelaki yang su
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

220. KELUARGANYA MATI

"Panjang umur, baru juga diomongin." Mas Rendra yang masuk dengan tentengan menoleh pada Toro yang kembali berucap, "bawa jajan apa nih?""Buka aja.""Siap, wuih ada salad deket kantor, Ciin."Nora menoleh pada kantong yang dibuka, "Gua mau pudingnya dong, boleh Bang?"Mas Rendra yang sudah mencuci tangan di wastafel mengangguk. Melirik kamar ramai berisi bocah-bocah besar yang tawanya sampai ruang keluarga."Halo anak papa," sapa mas Rendra setelah mengecup pipiku, "kalian jadi anak baik kan hari ini?""Tentulah, ponakan siapa dulu." Balas Toro yang sudah mengeluarkan apa yang mas Rendra bawa dan ia letakkan di atas meja."Kamu mau minun apa, Mas?""Nanti saja," jawab mas Rendra pada tanyaku, "kamu tidak mau salad buahmu?"Namun, belum sempat aku menjawab, Ares keluar dari kamar adikku. "Mas oleh-oleh buat kita mana?" Tanya bocah tukang makan yang langsung menatapi meja. Dan tidak lama kembali masuk ke dalam kamar Santo dengan makanan yang sudah ia pilih."Ngomong-ngomong yak, kok a
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more
PREV
1
...
192021222324
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status