Dhuha menatap Aini dengan ekspresi terkejut. Kata-kata istrinya barusan seolah memukulnya keras."Kamu serius, Sayang?" Dhuha melepaskan pelukan mereka, sedikit menjauh agar bisa menatap wajah Aini dengan lebih jelas.Aini mengangguk perlahan. "Semalaman aku memikirkan ini, Mas. Aku tidak banyak teman, baik lelaki dan perempuan. Jadi, tiba-tiba aku teringat seseorang di panti. Aku juga tidak menyangka akan secepat itu menemukan yang cocok, tapi sepertinya Tuhan yang membukakan jalan. Aku tahu ini bukan jalan ideal, tapi kalau memang harus ada orang lain yang mengandung anakmu... aku ingin itu seseorang yang bisa aku percaya. Bukan wanita pilihan mama. Kamu setuju kan, Mas?"Dhuha mengusap wajahnya, mencoba mencerna perkataan Aini. "Siapa yang kamu maksud, Ai?"Aini menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Ria. Dia adik asuhku di Yayasan Cinta Kasih. Aku mengenalnya sejak kecil. Dia baik, penyayang, dan dia juga memahami latar belakang kita."Dhuha menggeleng kuat. "Aini, ini gila.
Terakhir Diperbarui : 2025-03-23 Baca selengkapnya