Home / Fantasi / Kembalinya Sang Dewa Pedang / Chapter 371 - Chapter 380

All Chapters of Kembalinya Sang Dewa Pedang: Chapter 371 - Chapter 380

402 Chapters

Lagu Merdu Di Tengah Gurun Merah

Miu Yue duduk tegap di atas kudanya, sorot matanya tak lepas dari rumah beroda yang perlahan menjauh, menembus cakrawala Oasis Merah. Gurun yang tadinya tampak begitu luas kini terasa sempit oleh perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Rumah beroda itu semakin mengecil, hingga akhirnya hanya menjadi titik di kejauhan. Perasaan pedih seperti dicubit keras merambat dalam dadanya.“Jenderal Miu,” suara lembut memecah lamunannya. Sosok wanita berhanfu putih berdiri tak jauh darinya, menyisir angin gurun yang membelai wajahnya.Miu Yue menoleh, berusaha menyunggingkan senyum, meski hambar. “Nona Dongfang, kenapa Anda tidak ikut bersama mereka?” tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar, matanya mengamati wanita di depannya yang tampak seolah tidak terpengaruh oleh suasana.Dongfang Yu, wanita cantik berwajah tenang itu, tersenyum samar. “Arah dan tujuan kami berbeda,” jawabnya, suaranya selembut tiupan angin yang membawa debu pasir. “Namun, kami sudah sepakat untuk bertemu di Kota Yuzhu.
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Kota Yuzhu 1

Kota YuzhuRumah beroda itu bergerak perlahan, roda-roda kayunya meninggalkan jejak samar di tanah yang lembap. Sejak beberapa hari meninggalkan Hóngshā, perjalanan terasa lancar dan tanpa hambatan berarti. Di dalamnya, suasana hangat dan tenang. Aroma teh melayang ringan, bercampur harum dupa yang baru saja dibakar. Meski jalanan di luar dipenuhi hiruk-pikuk pedagang, suasana dalam rumah itu seperti dunia berbeda—damai, seakan waktu berjalan lebih lambat.Junjie dan Song Mingyu duduk di dekat jendela, dikelilingi tumpukan gulungan kertas. Surat-surat yang baru tiba dari berbagai kota Kekaisaran Shenguang terhampar di hadapan mereka. Mata mereka fokus menelaah kabar yang dikirimkan para bawahan. Secangkir teh hangat di meja perlahan kehilangan uapnya, sementara sepiring camilan manis dibiarkan hampir tak tersentuh.“Ayah baru saja mengabarkan kota Lingyun dalam kondisi aman dan kondusif,” ujar Song Mingyu. Suaranya tenang saat menggulung kembali surat yang
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Kota Yuzhu 2

Lorong pasar Kota Yuzhu dipenuhi hiruk-pikuk. Para pedagang berjejer di sepanjang jalan berbatu, sementara para pembeli saling tawar-menawar dengan suara nyaring. Aroma rempah, arang yang terbakar, dan manisan hangat bercampur di udara, membuat suasana semakin hidup. Ren Hui dan Junjie berjalan berdampingan, meninggalkan gerobak arak bersama lobak yang dititipkan di salah satu kedai. Setelah mengantarkan arak kepada para pelanggan setia, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pasar yang ramai itu. Kota Yuzhu, sebuah kota kecil di utara, tampak lebih dari sekadar oasis setelah mereka meninggalkan kota Hóngshā yang dikelilingi Gurun Merah. Suasana pasar yang penuh kehidupan terasa menenangkan, seperti sejuknya angin yang membelai wajah di tengah hari yang cerah. "Kota ini lumayan ramai, bahkan lebih ramai dari kota Xuelian," gumam Ren Hui pelan. Matanya sesekali melirik ke sekeliling, memperhatikan para pedagang yang sibuk melaya
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Rahasia Zhu Zijing

Keheningan mewarnai kedai kecil. Aroma mie hangat dan rempah khas memenuhi udara, bercampur dengan harum arak yang baru dituangkan. Ren Hui memandang mangkuk mie di depannya, melirik Junjie yang duduk di seberangnya. Suasana semakin hening, hanya diiringi suara obrolan sayup dari pelanggan lain."Ada apa dengan mereka berdua?" Ren Hui akhirnya bertanya. Suaranya terdengar pelan seakan takut mengusik ketenangan yang rapuh. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran, seperti menunggu jawaban yang mungkin tak ingin ia dengar.Junjie menunduk sejenak, tatapannya jatuh pada mangkuknya sendiri. "Habiskan dulu mie-nya," ujarnya pendek dan lembut. Ia kembali menyantap makanannya, menghindari tatapan Ren Hui. Ren Hui mengangguk kecil, mengikuti saran itu. Keduanya menyelesaikan hidangan dalam diam, hanya suara sumpit yang sesekali beradu dengan mangkuk.Setelah makanan habis, pelayan mengantarkan sepiring kue manis dan mengisi ulang kendi arak mereka. Hawa dingin dari luar mulai merayap masuk, namun ar
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Penguntit

Setelah menghabiskan arak, Ren Hui dan Junjie meninggalkan kedai, berjalan perlahan menyusuri pasar yang ramai. Bau rempah-rempah dan arak bercampur dalam udara, ditemani suara pedagang yang berteriak menawarkan dagangan mereka. Mereka singgah di beberapa tempat, membeli bahan makanan, rempah-rempah, bahkan beberapa kain tebal yang dirasa akan berguna.“Apakah mereka masih mengikuti kita?” tanya Ren Hui dengan nada santai, meski matanya menyapu kerumunan yang bergerak di sekitar mereka.Junjie hanya menganggukkan kepala tanpa bicara, lalu memilih duduk di sebuah bangku kayu di depan kedai. Di tempat itu, mereka menitipkan gerobak berisi arak dan Lobak, keledai mereka yang setia.“Kau tahu siapa mereka?” Ren Hui bertanya lagi, suaranya sedikit lebih rendah kali ini. Ia mulai menata barang-barang belanjaan di dalam gerobak dengan gerakan tenang, meski pikirannya tak berhenti memutar kemungkinan.Lagi-lagi, Junjie menggelengkan kepala tanpa
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Kami Ingin Bernegosiasi

"Aiyo Xin!" Xuan Yu mengeluh saat sosok tadi melangkah mendekat, berdiri di sampingnya dengan gerakan penuh kepercayaan diri. Matanya yang tajam bergantian menatap Junjie dan Ren Hui, sebelum berhenti pada wajah Ren Hui yang masih terkekeh ringan. "Apa yang kau tertawakan?" tanyanya, nada suaranya terdengar tajam dengan sedikit nada jengkel.Ren Hui menghentikan tawanya, lalu meluruskan punggung. Sorot matanya berubah lebih serius saat meneliti dua pemuda di hadapannya. Dari helaian rambut hingga ujung sepatu, ia menatap mereka dengan cermat, seolah membaca kisah yang tersembunyi dalam raut wajah dan postur mereka. "Tanpa topeng hantu, ternyata kalian tampan dan keren juga," ucapnya tulus, nada suaranya terdengar hangat namun tegas.Ucapan Ren Hui membuat kedua pemuda itu saling melirik. Ekspresi mereka tak bisa menyembunyikan keterkejutan kecil yang segera ditepis dengan kepura-puraan tenang."Ngomong-ngomong, kenapa kalian mengikuti kami?" Ren Hui bertan
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Hutang Tetap Hutang !

Mereka tiba di rumah beroda menjelang senja, saat cahaya matahari yang memudar memantulkan rona keemasan di permukaan sungai. Baihua, si rubah putih, berlari riang menyambut Ren Hui. Ekornya yang lebat berayun-ayun di udara Lobak mendengus keras melihatnya, ekspresinya seolah penuh kekesalan setiap kali melihat Baihua bermanja-manja pada Ren Hui.“Aiyo! Baihua! Kau seperti sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan Ren Hui!” teriak Song Mingyu dari dalam rumah beroda. Pemuda itu bergegas menyusul rubah kecil itu, tetapi langkahnya terhenti di pintu. Matanya membulat, melihat bukan hanya Ren Hui dan Junjie yang kembali, melainkan tiga orang asing yang berdiri di belakang mereka.“Mari masuk,” Ren Hui mempersilakan tamunya dengan sikap santai. Ia kemudian menoleh ke Mingyu. “Mingyu, bantu aku membawa barang-barang ini,” ujarnya, memberi isyarat pada beberapa karung dan keranjang belanjaan yang diletakkan di gerobak.Song Mingyu yang masih termangu akhirnya te
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Misteri Pasukan Hantu Kematian 1

"Pangeran Yongle, seperti yang kau ketahui dan aku yakin kau mengetahui dengan pasti, Pasukan Hantu Kematian dari Manor Keberuntungan Besar tidak pernah berminat pada tahta sejak lama." Xin memulai dengan suara tenang, penuh kehati-hatian, seakan memastikan setiap kata dipilih dengan cermat agar tak ada kesalahpahaman.Junjie duduk tegak di kursinya, memandang lurus ke depan tanpa berkata sepatah kata pun. Wajahnya serius, menandakan ia mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Xin. Napasnya teratur, tetapi jari-jarinya yang perlahan mengetuk meja kayu menunjukkan pikirannya yang sedang bekerja keras."Namun, beberapa tahun ini, tepatnya sekitar dua puluh lima tahun lalu saat Nona Kedua Hong menikahi seseorang dari Kediaman Teratai Hijau. Sejak itu semua berubah. Kediaman Keberuntungan Besar di Utara selalu beriringan pada kekuasaan. Sehingga menimbun perpecahan dalam Pasukan Hantu Kematian." Kata-kata Xin mengalir perlahan, namun setiap suku katanya seakan memba
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Dewa Dapur

Lei menatap Ren Hui lekat-lekat, sorot matanya penuh rasa penasaran yang belum terjawab. "Jadi benar kau ini Ren Jie sang Dewa Pedang?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada setengah menantang, setengah ingin memastikan.Langkah kakinya menggema ringan ketika ia berjalan menuju dapur. Matanya menyapu Ren Hui dari ujung kepala hingga kaki, seolah mencari jawaban yang lebih dari sekadar kata-kata.Ren Hui, yang sedang mengisi mangkok porselen dengan sup yang baru matang dan masih mendidih panas, hanya mengangkat bahu dan tersenyum tipis. "Ah, terserah kaulah, anak muda! Nah, bawa ini ke meja!" ujarnya sambil menyodorkan mangkuk berisi sup asparagus dan kepiting yang masih mengepul hangat pada Lei. Aroma gurih sup itu memenuhi ruangan, membuat siapa pun yang menciumnya sulit menahan lapar.Lei menerima mangkuk itu, tapi tidak segera beranjak. Matanya tetap mengawasi Ren Hui, bibirnya melengkung menyeringai. "Aku rasa kau lebih cocok dijuluki sebagai Dewa Arak a
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Yingying Kembali Lagi

"Apakah kau mengundang seseorang?" Junjie menatap Ren Hui dengan tatapan penuh tanda tanya. Ren Hui hanya mengalihkan pandangannya ke pintu yang tertutup rapat, seolah merasakan sesuatu yang aneh.Sedari malam menjelang, kedua pintu rumah beroda memang ditutup rapat, menyaring angin dingin yang menggigit dari luar. Hanya pintu bagian belakang yang selalu dibiarkan sedikit terbuka, tertutupi tirai bambu yang rapat. Memberi kesan seakan rumah beroda itu benar-benar tertutup dari dunia luar."Seingatku tidak," sahut Ren Hui seraya menggelengkan kepala dengan ringan. "Tetapi, siapa yang tahu? Mungkin saja seseorang berniat mampir mengunjungi rumah berodaku, kan? Bisa saja kawan lama, atau mungkin musuh lama?" Ujarnya dengan nada bercanda, mengusik ketegangan yang mulai terasa.Song Mingyu dan Junjie hanya saling melirik, lalu menggelengkan kepala mendengar ucapan Ren Hui yang tak serius itu. Sementara itu, ketiga tamu mereka
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more
PREV
1
...
363738394041
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status