Semua Bab PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

KEMUNCULAN NONA ADELINE

"Karena saya takut mengecewakan Anda." Raihana langsung menjawab, tidak ingin membuang waktu, dia tidak bisa membiarkan Tuan Xavier tetap pada rencananya. "Penolakanmu membuatku lebih kecewa." Tuan Xavier mendengus. Raihana bangkit, membiarkan kompres di tangannya jatuh ke lantai. Dia berjinjit melingkar lengan ke leher Tuan Xavier, bergantung di sana. Mencium Tuan Xavier dengan lapar. Raihana jarang bersikap agresif, dia selalu hati-hati dan terkendali. Ini pertama kalinya dia duluan mencium Tuan Xavier. Tentu saja Tuan Xavier langsung menyambutnya mengambil alih ciuman, menaklukan Raihana seketika. "Saya mencintai Anda, Tuan Muda. Sangat mencintai Anda." Raihana terengah menyatakan cintanya pada sang Tuan Muda begitu bibirnya dilepaskan. "Tunggu dulu dengarkan saya dulu, Tuan Muda." Raihana menahan tangan Tuan Xavier yang akan menarik selimut yang masih melilit badannya, dia tahu apa yang Tuan Xavier inginkan. "Lagi-lagi kamu menolakku. Kamu semakin berani, apa karena k
Baca selengkapnya

PELAYAN SETIA

Raihana didorong seperti dilempar ke tengah-tengah ruang kerja Tuan Xavier. Dia mencari pegangan supaya perutnya tidak membentur lantai atau pinggir meja. Raihana berbalik, segera berlutut melihat Tuan Xavier masuk berderap mendekatinya. Pistol Tuan Xavier terarah ke dada Raihana, wajah tampan itu terlihat mengerikan, tatapannya bisa menghanguskan apa pun. "Siapa kamu sebenarnya?" Suara Tuan Xavier parau bergetar menahan marah. Raihana bersimpuh saat Nona Adeline masuk, diiringi Pengawal William dan beberapa orang petinggi perusahaam. Tuan Xavier ikut melihat Adeline yang asli, amarahnya semakin memuncak. Dia menendang bahu Raihana, membuat wanita itu tergolek miring. "Jika kamu pikir aku tidak akan membunuhmu karena kamu tengah mengandung anakku, maka kamu salah besar." Tuan Xavier mengeram, menusuk ujung pedangnya ke lantai di depan wajah Raihana. Raihana lebih takut pada Tuan Xavier saat ini dibanding saat Tuan Xavier yang menghabisi orang keluarga Thanus . Dia segera duduk,
Baca selengkapnya

TUAN XAVIER MENEMUINYA

Raihana menepuk-nepuk pipinya yang pucat agar sedikit berwarna, tetapi warna kulitnya yang putih pucat tidak mau berubah. Padahal dia sudah berusaha keras, tidak pernah gagal menghabiskan makanan yang diantarkan padanya meskipun hanya berupa sayur dan nasi putih. Sesekali dalam tiga hari ini Salsa berhasil membawakan seiris daging untuknya. Raihana sulit menelan makanan, tetapi sebentar- sebentar perutnya terasa lapar, tidak ada yang bisa dilakukannya selain menahannya sambil merintih atau menangis, membujuk anaknya agar menjadi anak baik yang mengerti situasinya. Sekarang saja dia mondar mandir di dalam ruang kecil ini tidak sabar menunggu kedatangan Salsa membawakan sarapan untuknya yang dari subuh sudah menahan lapar. Karena berada di ruang doa, jadi jika dia mulai merasa gelisah, Raihana naik ke atas ranjang bambu duduk bersila dan merapalkan doa yang membuat hatinya lebih tenang, cara ini juga manjur untuk mengendalikan kerinduannya pada Tuan Muda, Raihana lebih banyak berdoa
Baca selengkapnya

PELAMPIASAN

Tuan Xavier menutup pintu, memasang palang kayu kecil supaya tidak ada yang mengganggunya, terhuyung dia kembali pada Raihana. Kini dengan kasar ditariknya lengan Raihana agar wanita itu berdiri. Kaki Raihana membeku mati rasa. Dia terhuyung mencengkeram baju Xavier, wajahnya terhempas ke dada sang Tuan Muda. Tuan Xavier menekan pinggangnya, perut bulat dan keras Raihana menekan miliknya yang keras. Tuan Xavier terlalu mabuk tidak waspada, dengan gampang Raihana melepaskan diri. "Pergilah, Tuan Muda," bisiknya makin gemetar, terhuyung mundur karena kakinya yang mati rasa. "Aku Tuan Muda Xavier, ke mana pun aku pergi tidak ada yang bisa melarang. Apa pun yang aku mau harus aku dapatkan." Raihana mengerti, dia paham apa yang Tuan Xavier mau. "Ada banyak wanita di rumah ini. Ada Nona Adeline yang asli yang tadi bersama Anda." Tuan Xavier maju selangkah, Raihana mundur dua langkah. Wajah Raihana tampak sayu, mati-matian menahan air matanya. Semakin lemah dirinya terlihat, semakin
Baca selengkapnya

MEREKA MENCINTAI RAIHANA

"Hei Raihana, buka pintunya apa kamu tidak mau makan?" Tuan Xavier yang sedang mengikat sabuk celananya menoleh ke pintu, mendengar gedoran dan panggilan dari luar sana. Kening Tuan Xavier berkerut, dia tahu suara itu milik Rona yang kini melayani Adeline. Tuan Xavier melihat Raihana yang membungkus tubuh telanjangnya dengan selimut tipis, seperti anjing yang habis disiksa, gemetar, dan merintih pelan. Tuan Xavier harus melawan keinginan hatinya untuk meraih Raihana dan memeluknya di atas pangkuannya, menenangkan berjanji tidak akan ada yang menyakiti Raihana lagi setelah ini, tetapi kalau seperti itu namanya bukan hukuman dan Raihana tidak akan pernah jera. Suara Rona semakin keras, gedoran di pintu semakin kuat. Apa penjaga di luar sana tidak memberitahu Rona siapa yang ada di dalam sini? Tuan Xavier ingat ada pergantian jam jaga, mungkin yang tugas jaga malam tidak memberitahu penjaga pagi. Tuan Xavier berjalan, membuka palang pintu, menarik pintu terbuka. "Apa-apaan k
Baca selengkapnya

NASIB BAIK BERPIHAK PADA RAIHANA

Dari kejauhan Tuan Xavier melihat asap hitam yang melayang ke atas, diterangi cahaya berwarna jingga di bawah sana. Api? Tuan Xavier bagai kesetanan memacu mobilnya melaju lebih kencang lagi, para penjaga yang berlarian membawa air langsung menyingkir saat melihat sang Tuan Xavier yang segera turun dan berlari dari mobilnya menerobos ke dalam kediamannya. "Di mana Raihana?" tanyanya pada para penjaga dan pelayan yang lalu lalang membawa air. "Terakhir kami mendengar suara jeritan di bawah reruntuhan, tapi sebelum kami sempat memberikan pertolongan, api sudah membesar menghalangi jalan masuk." Tuan Xavier mendorong kepala penjaga itu. Berlari menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya. Saat dia akan menerobos api beberapa penjaga menahannya. Tuan Xavier mengambil pistol dari balik bajunya. "Menyingkir," bentaknya mengayunkan pistol tidak peduli jika ada yang terkena tembakan, dia berlari menerobos api yang nyaris menutupi jalan masuk ke ruangan doa. "Raihana." Tu
Baca selengkapnya

TRAUMA

Nona Adeline berjalan mondar-mandir meremas sapu tangannya. Kabar tentang Raihana yang selamat dari kebakaran membuatnya tidak bisa tidur semalaman apalagi tadi pagi beberapa prenjaga datang dan menangkap Rona, menjebloskannya ke dalam penjara sampai Tuan Xavier menjatuhkan hukuman yang pantas. Dia harus menemui Wilson sekarang juga. Dia harus bicara pada Tunangannya itu. Semua ini salah pria itu yang membuatnya menjadi salah strategi. Wilson terlalu licik dan kejam demi ambisinya. Baik dia ataupun Raihana si pelayan sama-sama menjadi korban manipulasi bajingan itu. Andai saja ayahandanya tidak termakan dengan omongan Wilson tidak mungkin nasibnya akan seperti ini. Ayahandanya benar-benar berambisi menjadikan Wilson menantunya, berharap saat Wilson menjadi seorang pewaris, perusahaan kecil mereka diperluas, mencaplok beberapa perusahaan kecil menjadikan mereka semua di bawah kepemimpinannya.Mungkin perusahaan itu sudah mendengar niat ayahandanya, hingga tidak ada satu pun dari mer
Baca selengkapnya

PENGAKUAN RONA

"Aku mencintaimu." Raihana pura-pura memejamkan mata, tidur kaku dalam pelukan Tuan Xavier yang terus membelai rambutnya. Dia bertanya-bertanya apakah mungkin Tuan Xavier benar- benar mencintainya sedalam ini? Bukan karena anak atau rasa bersalah, hanya karena dia tulus mencintainya. Sedikit demi sedikit hubungan mereka kembali seperti saat sebelum Nona Adeline muncul. Tuan Xavier terlihat lepas bahagia meski Raihana masih menahan diri, berusaha tenang tidak larut dalam permainan Tuan Xavier. Mereka yang melihatnya memberi hormat bukan karena siapa dirinya, tetapi karena sekarang dia berjalan di sebelah Tuan Xavier, ya itu karena Tuan Xavier, sebab saat Raihana berjalan dengan Salsa justru tatapan atau lirikan tidak suka yang dia terima. "Dia terus bergerak." Tuan Xavier mengusap punggung Raihana, merasakan gerakan perut Raihana karena menempel ke pinggangnya. "Bagaimana bisa kamu tidur dengan dia yang terlalu aktif begini?" "Saya sudah terbiasa dengan ini, Tuan Muda." Raiha
Baca selengkapnya

ADELINE MASIH MENGUNJUNGI WILSON

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana kalau Rona akhirnya membuka mulutnya." Nona Adeline meremas sapu tangannya, berjalan mondar mandir, berkali-kali merapikan topi jubahnya, menutupi jauh ke bawah agar wajahnya tidak terlihat. "Kamu tidak perlu melakukan apa pun. Tunggu dan lihat saja." Adeline terdiam, berbalik melihat Wilson yang berada di balik jeruji besi. "Apa kamu gila? Bagaimana bisa kamu bicara segampang ini?" Diamatinya tangan dan kaki bajingan itu yang dirantai, membuatnya tidak bisa bergerak bebas. "Aku memang gila. Apa ada orang normal yang akan mencari masalah dengan si bajingan Xavier?" Tawanya meledak. "Tapi aku gila karenanya juga. Kalau bukan karena dia aku tidak akan gila." Nona Adeline menggeleng. "Kamu sungguh penipu ulung. Kamu sangat pantas bersanding dengan pelayan sialan itu. Apa yang dia pakai, apa yang dia lakukan sampai membuat Xavier tergila-gila padanya?" Tawa Wilson pecah. "Jadi kamu sekarang percaya pada kata-kataku. Seorang Xav
Baca selengkapnya

KESIBUKAN TUAN XAVIER

"Bagaimana kepala Anda, Tuan Muda?" Raihana memijat bahu Tuan Xavier. "Apa sebaiknya saya meminta asisten Hasim menyiapkan ramuan untuk menghilangkan mabuk Anda?" "Tidak perlu, ini salahku, belum makan apa pun sudah minum bersama William." Tuan Xavier mengerang memejamkan mata. Dia duduk di sofa panjang, Raihana berdiri di belakangnya hanya memakai selimut sebagai penutup tubuh. Setelah mereka bermesraan, menyatu beberapa kali, kemudian tiba-tiba Tuan Xavier merasa mual, muntah, dan merasa kepalanya sakit sekali. Raihana berjalan ke arah pintu, dari balik kain dia memanggil asisten Hasim, meminta dibuatkan ramuan untuk menghilangkan efek anggur yang Tuan Xavier minum. "Entah kenapa kalian para laki-laki sangat suka minum-minum. Kalian tahu efek setelahnya, tapi kalian tetap mengulanginya." Raihana mengomeli Tuan Xavier membantu Tuan Xavier memakai baju dalamnya. Dia sendiri mulai berpakaian. "Kenapa memakai bajumu?" Tuan Xavier bertanya memegang gelas dingin menekan ke ken
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status