Semua Bab Mari Berpisah, Aku Menyerah: Bab 241 - Bab 250

265 Bab

241. Kenakalan Balita

“Abang Al?”Lora mengusap lembut kepala putranya dan mengangguk. “Iya, Nak, Abang.”Tanpa diduga, Zora beranjak berdiri dari pangkuan sang ibu dan langsung mencium nisan kakaknya sambil menepuk-nepuk pelan. “Abang Al, ini Oya. Oya cayang Abang.”Azhar pun mengikuti apa yang dilakukan oleh kembarannya membuat semua orang terharu terutama Lora yang kembali dibuat menangis oleh tingkah mereka.Satu-persatu dari mereka pun mengobrol dengan almarhum Altair seolah-olah sosoknya hadir di sini.Hingga tanpa terasa waktu sudah beranjak sore dan mereka pun memutuskan mengakhiri acara ziarah ini. Namun, Lora masih ingin tetap di sini sejenak dan meminta mereka untuk kembali ke mobil lebih dulu.“Beri aku waktu sebentar aja untuk quality time bersama putraku. Habis itu aku akan menyusul ke mobil,” pintanya. “Baiklah, Sayang. Hati-hati, ya, dan jangan berbuat macam-macam,” balas Dokter Radha sekaligus memperingatkan, khawatir Lora akan melakukan hal tidak terduga.Lora hanya mengangguk sebagai t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

242. Azhar Minta Maaf, Tante

Lora memarkirkan mobilnya di garasi kediaman keluarga Brighton berjejeran dengan mobil lain yang dijadikan koleksi. Hari ia pulang sedikit telat karena harus membantu mengatasi masalah ringan di restoran.Dirinya pulang kemari sendirian tanpa didampingi Mira yang memilih pulang ke rumahnya.Wanita yang mengenakan setelan tunik dilengkapi celana kulot longgar itu berjalan memasuki rumah.Raut wajah yang semula sumringah itu seketika berubah ketika mendengar bentakan seseorang bersumber dari arah ruang tengah.“Kubilang berhenti, ya, berhenti! Jangan mendekat!”Lora dengan langkah cepat sekaligus khawatir menghampiri sumber suara. Pikirannya langsung tertuju pada anak-anak. Beberapa meter dari arahnya, ia melihat Amina yang berlutut di dekat si kembar yang tampak ketakutan.Belum cukup sampai sana, ia dibuat jantungan ketika melihat Florence yang mendorong tubuh kecil Zora hingga menghantam lantai.“Florence!” teriaknya penuh amarah.Lora segera berlari kencang mendekati Zora yang sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

243. Masih Belum Bisa Menerima

Florence tersenyum miring. “Pantesan jadi anak manja gitu.” Lora mengepalkan tangannya geram dengan tatapan berubah tajam. “Jangan seenaknya menjudge kalau kamu sendiri juga seperti itu.”“Ngaca! Kamu pun dimanja sama Ayah dan Ibun dengan segala kemewahan dan kasih sayang yang seharusnya menjadi milikku. Bahkan kamu sepertinya enggan melepaskan semua itu!” lontarnya sengit tanpa sadar. “Apa kamu bilang?!” Sekarang gantian Florence yang geram mendengar perkataan Lora. Diingatkan kembali tentang statusnya membuat ia tidak terima dan marah. “Kenapa? Nggak terima kan aku bilang gitu? Sama! Itulah yang kurasakan tadi.” Lora menarik dalam-dalam guna mengontrol emosinya yang hampir meledak. “Aku tau kamu belum bisa menerima kehadiranku di keluarga ini. Kalau memang kamu membenciku, jangan lampiaskan pada anak-anak yang nggak tau apa-apa. Ini masalah kita berdua, jadi urusannya denganku,” katanya.Florence mendengus kasar. “Itu kamu sadar. Asal kamu tau aja, kehadiranmu dan anak-anak di r
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

244. Hanya Orang Baru

Dokter Radha menggeleng tidak setuju. “Nggak boleh! Ibun nggak izinkan kamu pulang malam ini. Perhatikan kondisi Zora. Nggak baik pulang malam-malam apalagi perjalanannya jauh.”“Ibun udah bilang kan tadi? Zora memang baik-baik aja sekarang, tapi masih perlu dipantau. Di sini aja dulu sampai Zora sembuh,” cegahnya. Lora terdiam dan merenung. Perkataan ibunya memang benar. Keadaan Zora tidak memungkinkan untuk diajak pulang, takutnya akan kambuh lagi.Banyak orang yang bilang bahwa sakit bila sudah kambuhan lagi pasti akan lebih parah dari sebelumnya. Ia tidak boleh egois dengan mengorbankan kesehatan putrinya. "Jangan mengambil keputusan dalam keadaan emosi, Lora." Dokter Radha berpindah tempat di samping Lora yang sebelumnya menjadi tempat duduk Amina. Ia sangat mengerti, Lora sekarang ini tengah kecewa kepadanya karena terkesan membela Florence. "Ibun nggak bermaksud membela Florence karena wataknya memang seperti itu.”“Dan lagi, kami semua menerima kehadiranmu. Mungkin Florence
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

245. Tamu Tak Terduga

Pak Raynald mengusap kepala putrinya lembut. Dari awal, ia sudah bisa memprediksi bahwa dua putrinya ini akan sulit untuk saling menerima. Ini masih menjadi PR-nya yang belum mampu menyatukan keduanya. "Ayah tidak membela siapapun di sini.”“Ayah juga tidak membenarkan tindakan Florence yang sudah mendorong Zora sampai penyakitnya kambuh.”“Tetapi cobalah kau melihat sisi baiknya. Florence melakukan semua itu agar si kembar tidak terluka karena terkena pecahan kaca. Hanya saja cara menegurnya yang salah," jelasnya. Lora mendengus keras dan mengalihkan tatapannya ke depan. Penjelasan sang ayah sama seperti yang dikatakan ibunya tadi. “Nggak ada sisi positifnya, Yah. Zora tetap terluka karena kambuh.”“Setidaknya Azhar tidak ikut terluka, bukan?" Pak Raynald memegang bahu Lora dan menghadapkan ke arahnya. “Lora, dengarkan Ayah. Florence memang seperti itu wataknya.”“Dia sangat jarang berinteraksi dengan anak-anak sehingga tidak tahu bagaimana menegur secara baik-baik. Dia tadi memili
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

246. Permintaan Maaf

Lora berdehem pelan dan menyunggingkan senyum berusaha untuk menekan rasa yang tidak nyaman dalam hatinya. Ia sudah hafal tabiat sang mantan ibu mertua yang suka sekali mengomentari apapun yang dilakukannya. “Begini, Bu Anita. Sejak usia mereka satu tahun, saya sudah menerapkan sistem belajar sama seperti waktu Altair dulu.” “Bahan belajarnya tidak berat dan sudah saya sesuaikan dengan usia mereka. Tujuan utamanya untuk melatih sensorik dan motorik mereka.” “Itu juga sekalian untuk persiapan masuk sekolah. Sebentar lagi, si kembar akan masuk PAUD sehingga mereka bisa mengikuti pelajaran di sana dan tidak ketinggalan dengan yang lainnya,” jelasnya dengan lugas. Dhafin mengangguk setuju. “Semua yang dilakukan Lora ini juga demi kebaikan si kembar sendiri, Ma, untuk merangsang kecerdasan mereka sejak dini.” “Mama pastinya menginginkan cucu yang cerdas, bukan? Jadi, udah seharusnya dilakukan dari sekarang,” timpalnya. Lora menoleh ke arah Dhafin dengan tatapan yang sulit diartika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

247. Jangan Hancurkan Kepercayaanku

“Lora.”Dhafin yang sejak tadi terdiam dan hanya menyimak mulai angkat suara membuat wanita itu menoleh ke arahnya. Ia cukup mengerti dengan sikap Lora yang tampak sulit memaafkan karena takut ada maksud lain dibaliknya.“Mama sama Papa benar-benar ingin minta maaf sama kamu. Nggak ada maksud lain seperti yang kamu takutkan, murni minta maaf. Kau tau, Lora? Mereka yang berinisiatif sendiri dan mengajakku kemari.”“Mereka sangat ingin memperbaiki kesalahan dengan diberi kesempatan untuk berubah, sama seperti kamu yang memberikanku kesempatan,” ucapnya bermaksud membantu orang tuanya. Lora tahu itu dan juga bisa merasakan ketulusan mereka tanpa dibuat-buat. Ia menghela napasnya dengan bibir mengulas senyuman.Tangannya balik menggenggam tangan Bu Anita dan mengusap lembut. “Pak, Bu, bukannya saya tidak mau memaafkan kalian. Tapi saya ini hanya manusia biasa yang punya hati.”“Luka yang saya alami masih sangat membekas dan membuat saya sulit untuk percaya kembali.”“Meski begitu, saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

248. Maukah Rujuk Kembali?

Bu Anita memandang ke arah bawah, tidak berani menatap Lora. Dirinya merasa bersalah pernah menuduh wanita itu selingkuh. Ia sebenarnya tidak ingin membahas hal ini yang malah membuat Lora sulit memaafkannya. Namun, Dhafin sendiri yang malah memancing sehingga mau tak mau mereka harus menjelaskan semuanya. “Maafkan Mama, Lora. Waktu itu Mama terpengaruh dengan perkataan Freya.”Lora mengeraskan rahangnya dengan tangan terkepal kuat. Tatapan matanya berubah dingin. Freya sudah benar-benar kelewatan dengan membuat tuduhan tak bermutu. Bukan hanya dirinya yang kena, tetapi juga menyangkut putrinya. Tuduhan itu pastinya membuat orang tua Dhafin ikut membenci Zora karena dikira bukan cucu kandung mereka. Jelas, Lora tidak terima!Wanita itu memejamkan mata sejenak berusaha menekan emosinya kuat-kuat lalu kembali menatap serius orang tua Dhafin. “Ma, Pa, aku sama sekali nggak pernah selingkuh sama siapapun. Dengan segala sikapnya Mas Dhafin kepadaku, aku nggak berniat menduakan dan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

249. Memilih Mundur

"Apa kamu mau rujuk kembali dengan Dhafin?" Pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang dalam benaknya walaupun sudah lewat beberapa hari. Lora tidak memberikan jawaban apapun. Ia sendiri bingung bagaimana menyikapinya. Ini terlalu mendadak untuknya. Permintaan maaf dari sang mantan mertua saja sudah membuatnya tercengang apalagi ditambah dengan tawaran itu. Atau mungkin bisa disebut sebagai lamaran? Mengingat Bu Anita sendiri yang mengutarakan hal tersebut. "Kamu nggak harus menjawabnya sekarang, Nak. Dipikirkan dulu matang-matang. Kami nggak akan memaksa," ujar ibunya Dhafin waktu itu. Bu Anita dan yang lainnya memang tidak menuntut jawaban detik itu juga. Namun, tetap saja mereka pasti menunggu jawaban darinya. Ia bisa melihat ada harapan besar yang terpancar di wajah mereka khususnya bagi Dhafin. Rasanya jadi tidak enak bila memberikan jawaban yang mengecewakan.RujukSatu kata yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya. Sekarang Dhafin sendiri yang menginginkan r
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

250. Lebih Pantas

"Kenapa? Apa kamu nggak setuju aku pulang besok? Kamu maunya aku pulang malam ini juga?" Lora menatap sejenak tangannya yang masih ditahan oleh Florence. Raut wajahnya berubah menjadi tidak enak. "Maaf, Flo, aku nggak bisa kalau harus pulang malam ini. Aku nggak pulang sendirian, tapi bersama anak-anakku.”“Nggak baik membawa mereka pulang malam-malam begini apalagi kan perjalannya jauh. Ayah sama Ibun juga pastinya nggak akan mengizinkan. Tolong pengertiannya, ya, Flo," ucapnya.Florence langsung melepaskan cekalannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali sambil menggerakkan tangan. "Enggak enggak, bukan begitu, Lora. Kamu nggak harus pergi dari sini baik sekarang maupun besok atau ke depannya. Tinggallah di rumah ini, Lora.”“Kamu jauh lebih pantas dan berhak dibandingkan aku yang bukan siapa-siapa. Bahkan hubungan darah pun aku nggak punya." Perempuan itu maju selangkah dengan tatapan sendu. "Aku minta maaf atas keegoisanku selama ini. Ya, kamu benar. Kehadiranmu di ru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status