Semua Bab Pembalasan Penyihir Agung: Bab 11 - Bab 20

33 Bab

Menahan Rasa Sakit

Zephyr diseret dengan perlahan oleh beberapa orang yang telah diperintahkan oleh Nado. Di sekitar mereka, cahaya redup dari obor menerangi jalan sempit yang membawa mereka ke penjara bawah tanah.Setiap langkah yang mereka ambil, Zephyr merasakan getaran dari tanah dingin yang seolah menyatu dengan rasa sakit di dadanya, di mana panah besar masih tertancap dalam.Meskipun begitu, tatapan Zephyr tetap tenang. Dia memahami situasi yang dihadapinya dan menyadari bahwa orang-orang yang menyeretnya bukanlah musuh.Mereka adalah manusia yang terpaksa mengikuti perintah Nado karena ketakutan yang mencekam. Dalam hati, Zephyr bisa merasakan keraguan dan ketakutan mereka, seperti bisikan lembut yang berusaha memberontak dari penjara jiwa mereka sendiri.“Sialan Nado! Aku ingin sekali menghajarnya!” salah seorang penjaga berbisik pada temannya, berpikir bahwa Zephyr tidak bisa mendengar suara mereka.“Aku juga, tapi apa daya kita? Kita hanya prajurit biasa,” jawab temannya sambil memandang ke a
Baca selengkapnya

Pembalasan

Panah besar yang menancap pada dada Zephyr mulai bergetar, perlahan terdorong keluar dengan sendirinya, seolah ditolak oleh kekuatan yang tak kasat mata.Rasa sakit yang menyebar di sekujur tubuhnya berubah menjadi denyutan yang nyaris tak tertahankan, namun Zephyr tetap diam, wajahnya menahan semua emosi yang berkecamuk di dalam dirinya."Sebentar lagi... Tahan sebentar lagi, lalu kau boleh mengamuk dan melelehkan pria itu."Suara Zephyr bergema dalam benak Sri Roro, bertelepati dengan lembut namun tegas.Di atas penjara tempat Zephyr berada, Sri Roro yang berperan sebagai gadis lemah mencoba menahan rasa kesal dan amarah yang membuncah dalam dadanya.Dia harus tetap berperan hingga waktu yang tepat tiba.Dalam keheningan yang mencekam itu, panah besar yang tertancap dalam di dada Zephyr akhirnya terlepas dengan bunyi yang memuakkan.Luka menganga yang seharusnya fatal mulai tertutup perlahan, daging dan kulitnya kembali menyatu tanpa meninggalkan bekas. Tapi saat proses penyembuhan
Baca selengkapnya

Kekacauan

Zephyr berdiri, tubuhnya terasa dingin seiring dengan tatapannya yang beku mengarah pada pria besar di hadapannya.Tangan Zephyr perlahan-lahan terangkat, telapak tangannya terbuka dan mengarahkannya ke arah pria besar tersebut, tatapan matanya dingin saat itu.Dalam kebisuan itu, bibir Zephyr mulai merapalkan mantra sihir. Perlahan-lahan jari-jari tangan Zephyr yang terbuka di depan pria besar itu tertutup, seolah-olah dia sedang mencengkeram sesuatu.“Mencengkeram jantung...” gumamnya pelan, suaranya beresonansi dengan kegelapan yang meliputi penjara bawah tanah itu.Sesaat dia merapalkan sihirnya, pria besar itu tersentak. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya, matanya membelalak penuh dengan ketakutan.“Grah! Apa ini... apa yang kau lakukan padaku?!” suara seraknya terdengar penuh dengan kepanikan.Sebelum pria besar itu sempat memahami apa yang terjadi pada tubuhnya, napas terakhirnya tercabut. Tubuhnya ambruk terjatuh ke lantai yang dingin dan lembap dengan keras, suara tubuh
Baca selengkapnya

Kota Yang Hampir Lenyap

Malam itu, saat udara dingin yang merasuk hingga ke tulang di Ibu Kota Kerajaan Elde menjadi saksi bisu ketika dari kegelapan yang tidak diketahui asalnya muncul sebuah air mancur raksasa.Air tersebut memancar dengan kekuatan dahsyat, menghantam salah satu kamar di istana. Orang-orang di dalamnya berlarian dengan panik, berteriak ketakutan saat lantai di bawah kaki mereka mulai dipenuhi dari air mancur tersebut.Sementara sebagian penduduk ibu kota menganggap itu adalah fenomena alam yang luar biasa, tapi bagi Putri Fania dan Sarina itu bukanlah keajaiban.Tapi itu adalah bencana, bencana yang sangat dahsyat.Putri Fania bergegas melewati lorong-lorong panjang istana yang semakin tergenang. Hatinya berdegup kencang, perasaan tak menentu menggerogoti pikirannya.Dia dan Sarina tiba di depan kamar Nado setelah berlari penuh perjuangan di dalam genangan air.Tanpa ragu, Fania membuka pintu. Apa yang dilihatnya di dalam mengubah semua dugaan bu
Baca selengkapnya

Ancaman

Jauh di pusat kerajaan Loven yang ada di utara, Ken Erz Loven, raja dari Kerajaan Loven sekaligus paman Fania tengah duduk angkuh di singgasananya yang luas dan megah.Tembok dinding istananya tampak dingin, seolah menyerap kehangatan di dalamnya.Dari sana, dia bisa memandang deretan pegunungan yang puncaknya tertutup salju abadi yang tebal. Kerajaan Loven memang terletak di pegunungan di tengah-tengah benua, meskipun Kerajaan Loven merupakan kerajaan yang gersang karena letaknya di pegunungan yang jarang hujan, kehidupan di sana amatlah makmur.Ken Erz Loven mampu menjadikan kekurangan kerajaannya sebagai acuan untuk membuat kerajaannya bangkit dari keterpurukan.Dengan bantuan dari salju-salju yang menumpuk dan tak pernah habis dari puncak-puncak gunung, dia mampu menyuburkan tanah kerajaannya yang gersang menjadi hijau.“Jadi, Si bodon Nado benar-benar telah menemukan seorang penyihir terakhir yang selamat dari pembantaian seratus tahun y
Baca selengkapnya

Kejutan

Di bawah langit malam yang pekat, kekuatan lain mulai bergerak menyelinap seperti ular di antara celah-celah tembok dan pepohonan Ibu Kota Kerajaan Elde tanpa diketahui oleh Zephyr yang merasa terkurung di dalam istana walaupun dia boleh bergerak bebas ke mana pun yang dia mau.Keheningan malam yang biasanya menenangkan kini terasa berbeda. Udara dipenuhi oleh aura gelap yang tak kasat mata, namun cukup kuat untuk membuat setiap makhluk yang lewat merasakan bulu kuduknya berdiri ketika berada di luar sana.Zephyr yang sedang merenung di kamarnya di dalam istana, tak menyadari bahwa malam itu lebih dari sekadar malam biasa. Entah mengapa dirinya merasa terkurung di dalam sana, meski Fania sudah berkata padanya bebas untuk bisa bergerak ke mana pun.Di sana, ia merasa seolah tak bebas.Dan di luar sana, sekelompok pasukan kecil yang dikirim oleh Raja Ken dari Loven tengah bergerak diam-diam dalam gelapnya malam, bergerak dengan kecepatan dan tanpa diketahui
Baca selengkapnya

Lorong Yang Gelap

Tak ada yang tahu apa yang tengah terjadi di depan gerbang istana Elde malam itu.“Kita taruh wanita siluman ini di mana?”“Kau benar juga, jika kita menaruh asal tubuhnya di sini, nanti para penjaga bisa menemukannya. Taruh saja di lorong istana yang gelap ini.”Lorong istana yang gelap menjadi tempat yang sangat ditakuti bagi semua orang yang sedang berjaga malam di sana, walaupun itu adalah lorong dari istana pusat pemerintahan Kerajaan Elde.Saat siang hari, marmer putih berukir menghiasi lorong istana, jendela yang jarang akan memperlihatkan pemandangan hijau pepohonan  bercampur tembok dinding yang mengelilingi istana ini.Atap biru istana dengan bendera berwarna biru dengan lambang dua pedang yang bersilang berada di puncaknya berdiri gagah di dekat lorong itu, yang kini gelap gulita dan membuat bulu kuduk merinding saja bagi orang yang ada di sana.Para penyerang Sri Roro membawa tubuh Sri Roro dengan per
Baca selengkapnya

Serangan

Di tengah kekacauan yang sedang melanda pasukan pimpinan putri berambut merah itu, Sri Roro yang semula tak sadarkan diri mulai membuka matanya perlahan.Efek racun dari bilah belati yang menusuk lengan kirinya perlahan hilang. Walau pun terkena racun yang mematikan, Sri Roro dapat pulih beberapa menit kemudian.Pandangannya masih kabur saat pertama kali membuka matanya, namun ia bisa merasakan ada angin yang berhembus, angin yang bukan berasal dari dunia ini.Tangannya yang terikat berusaha bergerak, berjuang untuk melepaskan ikatan kuat yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Meskipun masih terasa lemah, hatinya yang keras kepala tak membiarkannya menyerah begitu saja.Sementara itu, lingkaran sihir teleportasi yang Zephyr buat telah tercipta. Dengan cepat, ia menggunakannya dan berpindah tempat ke lorong sekitar Sri Roro di saat pembantaian tengah terjadi di balik pintu kamarnya.Ia merasa lebih penting untuk melihat keadaan dari Sri Roro di ban
Baca selengkapnya

Putri Berambut Merah

Lingkaran sihir milik Zephyr terukir sempurna ke sekitar putri berambut merah, Fania yang sebelumnya bertarung dengannya segera menghindar dari sana agar tak terkena sihir dari Zephyr.“Aku akan meleburmu gadis keturunan pembunuh kakakku!”Akar tanaman rambat muncul secara tiba-tiba dengan kecepatan yang luar biasa dari lingkaran sihir Zephyr yang terukir di dinding gelap yang sekarang menjadi terang berkat cahaya dari lingkaran sihirnya.Akar-akar itu merayap menuju putri berambut merah yang nampak tak terkejut sama sekali oleh sihir Zephyr. Bahkan, Fania yang pernah melihat sihir Zephyr saat melawannya di lain waktu nampak terkejut.“Kau ingin membuat akar ini menangkapku, penyihir sisa? Dasar kau tak berguna sebagai penyihir yang selamat, nasib baik berpihak padamu.”Zephyr sangat geram dengan semua ocehan gadis itu, amarahnya memuncak dan tak terbendung lagi. Kini tubuh Zephyr diselimuti dendam dan amarah.“
Baca selengkapnya

Pertarungan Sengit

Zephyr mencoba bangkit setelah merasakan tendangan putri itu di dadanya, tetapi tubuhnya terasa berat. setiap bagian tubuhnya terasa sakit seolah mengkhianati kehendaknya sendiri.Nafasnya tersengal, matanya tak kuat lagi untuk tetap terbuka.Di saat itu dia ingin sekali rasanya tak sadarkan diri untuk melewati ini semua, tapi sakit di dadanya menjalar hingga ke tenggorokan dan membuatnya tetap terjaga juga mengunci suaranya sehingga dia berada di kondisi dalam diam.Amarah yang membara di matanya tak bisa disembunyikan lagi, dia berguling sedikit menjauh dari putri itu lalu menatap gadis berambut merah itu dengan tatapan penuh kebencian.Seperti bara api yang tak kunjung padam meski diguyur hujan dan tertimbun salju.Zephyr merasa heran, kenapa putri berambut merah yang manusia biasa itu sangat kuat dan bisa dengan mudah mengalahkannya.Di sisi lain, Fania mendekat ke arah Sri Roro mereka berjuang untuk mendekati Zephyr yang ada di seberang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status