Malam itu, saat udara dingin yang merasuk hingga ke tulang di Ibu Kota Kerajaan Elde menjadi saksi bisu ketika dari kegelapan yang tidak diketahui asalnya muncul sebuah air mancur raksasa.Air tersebut memancar dengan kekuatan dahsyat, menghantam salah satu kamar di istana. Orang-orang di dalamnya berlarian dengan panik, berteriak ketakutan saat lantai di bawah kaki mereka mulai dipenuhi dari air mancur tersebut.Sementara sebagian penduduk ibu kota menganggap itu adalah fenomena alam yang luar biasa, tapi bagi Putri Fania dan Sarina itu bukanlah keajaiban.Tapi itu adalah bencana, bencana yang sangat dahsyat.Putri Fania bergegas melewati lorong-lorong panjang istana yang semakin tergenang. Hatinya berdegup kencang, perasaan tak menentu menggerogoti pikirannya.Dia dan Sarina tiba di depan kamar Nado setelah berlari penuh perjuangan di dalam genangan air.Tanpa ragu, Fania membuka pintu. Apa yang dilihatnya di dalam mengubah semua dugaan bu
Jauh di pusat kerajaan Loven yang ada di utara, Ken Erz Loven, raja dari Kerajaan Loven sekaligus paman Fania tengah duduk angkuh di singgasananya yang luas dan megah.Tembok dinding istananya tampak dingin, seolah menyerap kehangatan di dalamnya.Dari sana, dia bisa memandang deretan pegunungan yang puncaknya tertutup salju abadi yang tebal. Kerajaan Loven memang terletak di pegunungan di tengah-tengah benua, meskipun Kerajaan Loven merupakan kerajaan yang gersang karena letaknya di pegunungan yang jarang hujan, kehidupan di sana amatlah makmur.Ken Erz Loven mampu menjadikan kekurangan kerajaannya sebagai acuan untuk membuat kerajaannya bangkit dari keterpurukan.Dengan bantuan dari salju-salju yang menumpuk dan tak pernah habis dari puncak-puncak gunung, dia mampu menyuburkan tanah kerajaannya yang gersang menjadi hijau.“Jadi, Si bodon Nado benar-benar telah menemukan seorang penyihir terakhir yang selamat dari pembantaian seratus tahun y
Di bawah langit malam yang pekat, kekuatan lain mulai bergerak menyelinap seperti ular di antara celah-celah tembok dan pepohonan Ibu Kota Kerajaan Elde tanpa diketahui oleh Zephyr yang merasa terkurung di dalam istana walaupun dia boleh bergerak bebas ke mana pun yang dia mau.Keheningan malam yang biasanya menenangkan kini terasa berbeda. Udara dipenuhi oleh aura gelap yang tak kasat mata, namun cukup kuat untuk membuat setiap makhluk yang lewat merasakan bulu kuduknya berdiri ketika berada di luar sana.Zephyr yang sedang merenung di kamarnya di dalam istana, tak menyadari bahwa malam itu lebih dari sekadar malam biasa. Entah mengapa dirinya merasa terkurung di dalam sana, meski Fania sudah berkata padanya bebas untuk bisa bergerak ke mana pun.Di sana, ia merasa seolah tak bebas.Dan di luar sana, sekelompok pasukan kecil yang dikirim oleh Raja Ken dari Loven tengah bergerak diam-diam dalam gelapnya malam, bergerak dengan kecepatan dan tanpa diketahui
Tak ada yang tahu apa yang tengah terjadi di depan gerbang istana Elde malam itu.“Kita taruh wanita siluman ini di mana?”“Kau benar juga, jika kita menaruh asal tubuhnya di sini, nanti para penjaga bisa menemukannya. Taruh saja di lorong istana yang gelap ini.”Lorong istana yang gelap menjadi tempat yang sangat ditakuti bagi semua orang yang sedang berjaga malam di sana, walaupun itu adalah lorong dari istana pusat pemerintahan Kerajaan Elde.Saat siang hari, marmer putih berukir menghiasi lorong istana, jendela yang jarang akan memperlihatkan pemandangan hijau pepohonan bercampur tembok dinding yang mengelilingi istana ini.Atap biru istana dengan bendera berwarna biru dengan lambang dua pedang yang bersilang berada di puncaknya berdiri gagah di dekat lorong itu, yang kini gelap gulita dan membuat bulu kuduk merinding saja bagi orang yang ada di sana.Para penyerang Sri Roro membawa tubuh Sri Roro dengan per
Di tengah kekacauan yang sedang melanda pasukan pimpinan putri berambut merah itu, Sri Roro yang semula tak sadarkan diri mulai membuka matanya perlahan.Efek racun dari bilah belati yang menusuk lengan kirinya perlahan hilang. Walau pun terkena racun yang mematikan, Sri Roro dapat pulih beberapa menit kemudian.Pandangannya masih kabur saat pertama kali membuka matanya, namun ia bisa merasakan ada angin yang berhembus, angin yang bukan berasal dari dunia ini.Tangannya yang terikat berusaha bergerak, berjuang untuk melepaskan ikatan kuat yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Meskipun masih terasa lemah, hatinya yang keras kepala tak membiarkannya menyerah begitu saja.Sementara itu, lingkaran sihir teleportasi yang Zephyr buat telah tercipta. Dengan cepat, ia menggunakannya dan berpindah tempat ke lorong sekitar Sri Roro di saat pembantaian tengah terjadi di balik pintu kamarnya.Ia merasa lebih penting untuk melihat keadaan dari Sri Roro di ban
Lingkaran sihir milik Zephyr terukir sempurna ke sekitar putri berambut merah, Fania yang sebelumnya bertarung dengannya segera menghindar dari sana agar tak terkena sihir dari Zephyr.“Aku akan meleburmu gadis keturunan pembunuh kakakku!”Akar tanaman rambat muncul secara tiba-tiba dengan kecepatan yang luar biasa dari lingkaran sihir Zephyr yang terukir di dinding gelap yang sekarang menjadi terang berkat cahaya dari lingkaran sihirnya.Akar-akar itu merayap menuju putri berambut merah yang nampak tak terkejut sama sekali oleh sihir Zephyr. Bahkan, Fania yang pernah melihat sihir Zephyr saat melawannya di lain waktu nampak terkejut.“Kau ingin membuat akar ini menangkapku, penyihir sisa? Dasar kau tak berguna sebagai penyihir yang selamat, nasib baik berpihak padamu.”Zephyr sangat geram dengan semua ocehan gadis itu, amarahnya memuncak dan tak terbendung lagi. Kini tubuh Zephyr diselimuti dendam dan amarah.“
Zephyr mencoba bangkit setelah merasakan tendangan putri itu di dadanya, tetapi tubuhnya terasa berat. setiap bagian tubuhnya terasa sakit seolah mengkhianati kehendaknya sendiri.Nafasnya tersengal, matanya tak kuat lagi untuk tetap terbuka.Di saat itu dia ingin sekali rasanya tak sadarkan diri untuk melewati ini semua, tapi sakit di dadanya menjalar hingga ke tenggorokan dan membuatnya tetap terjaga juga mengunci suaranya sehingga dia berada di kondisi dalam diam.Amarah yang membara di matanya tak bisa disembunyikan lagi, dia berguling sedikit menjauh dari putri itu lalu menatap gadis berambut merah itu dengan tatapan penuh kebencian.Seperti bara api yang tak kunjung padam meski diguyur hujan dan tertimbun salju.Zephyr merasa heran, kenapa putri berambut merah yang manusia biasa itu sangat kuat dan bisa dengan mudah mengalahkannya.Di sisi lain, Fania mendekat ke arah Sri Roro mereka berjuang untuk mendekati Zephyr yang ada di seberang
Zephyr mengepalkan tinjunya lebih erat hingga hampir membuat telapak tangan kirinya berdarah, giginya bergemeretak menahan marah dan rasa sakit yang membara.Dengan satu teriakan yang mengguncang, dia menyalurkan seluruh energi magis yang tersisa ke dalam satu serangan terakhir yang terpusat dari tangan kanannya.Cahaya biru menyala terang dari telapak tangan kanannya yang dihempaskan mengarah pada sepupu Fania yang ada di depannya.Saat serangannya berjarak tak jauh dari sepupu Fania, Zephyr bersiap untuk meledakkannya dengan sangat keras seperti bom yang dilemparkan ke tengah medan perang.Serangan sihirnya yang dihempaskan itu menggetarkan dinding dan menghancurkannya, menghancurkan pilar di pinggir lorong, dan membuat lantai di bawah mereka bergetar dengan hebat.Namun, tepat ketika ledakan cahaya hampir mencapai sepupu dari Fania, dia hanya mengangkat tangannya dengan tenang dan memutar alat sihirnya.Sebuah penghalang transparan terben
Tepat saat Zephyr hendak melancarkan serangan terakhirnya pada Darian, sebuah ledakan besar mengguncang tanah di sekeliling mereka dan membuatnya berteleportasi jauh ke belakang untuk menghindari ledakan dari alat sihir yang ditembakkan seseorang.Walau tak mengenai Zephyr dan Darian, tembakan itu sukses membuat batu-batu beterbangan, debu tebal menyelimuti medan pertempuran.Darian yang nyaris kehilangan kesadaran, membuka matanya dengan lemah. Pandangannya kabur namun dia masih bisa melihat siluet dua sosok yang berjalan mendekat dari balik awan debu yang tercipta dari ledakan itu.Suara sepatu menghantam tanah, semakin dekat dan semakin keras.“Zephyr, tolong hentikan semua ini! Jika kau melangkah lebih jauh lagi, kau tak ada bedanya dengan leluhur kami yang membantai kaummu!”Fania berteriak dengan suara parau, darah terlihat mengalir dari luka di kepalanya yang terbalut perban.Vinna yang ada di sampingnya, terlihat membantu
Langit di atas Darian kini tampak semakin gelap, seolah alam semesta ikut merasakan ketegangan yang semakin memuncak di sana, di tanah yang sudah hancur hanya menyisakan reruntuhan saja.Asap tebal dari reruntuhan kompleks penjara masih membubung ke atas langit yang cerah, menyebarkan aroma terbakar dan kematian ke seluruh medan pertempuran yang sebelumnya terjadi.Darian mengamati setiap gerakan Zephyr dengan penuh waspada dari kejauhan di atas gedung tinggi tempatnya berpijak.Dia kini memposisikan tubuhnya di atas gedung tinggi yang dapat melihat posisi Zephyr dengan jelas tanpa terhalang melalui teropong senapan level tiganya.Kedua tangannya menggenggam erat senapan sihir level tiganya saat dia menggunakan teropongnya, senjata bencana yang gemuruhnya nyaris mengguncang udara di sekitarnya.“Penyihir brengsek ... Kau telah membunuh terlalu banyak orang-orang yang tak bersalah hari ini tanpa sebab, dan hidupmu akan berakhir sebentar lagi d
Langit di luar pusat komando Kerajaan Loven berwarna kelam, seolah menyuarakan kehancuran yang semakin mendekat setelah seluruh komunikasi mereka dengan pasukan elit dan kapten sipir penjara menghilang secara tiba-tiba.Di dalam gedung itu, deretan layar dari alat sihir yang juga menampilkan hologram peta besar dengan memancarkan cahaya biru ke wajah-wajah tegang para perwira militer.Di tengah ruangan, Jenderal Besar Rhadon duduk di kursi kebesarannya. Matanya menyipit ke arah seorang pemuda berambut pirang yang bersiap menerima perintah di hadapannya.Pemuda itu adalah Darian, dia menenteng senapan sihir besar yang berkilauan. Senjata dengan laras panjang dan berdesain tajam yang tampak lebih seperti senapan runduk daripada senjata sihir biasa.Senjata ini tidak mengandalkan peluru, tetapi kekuatan penggunanya agar bisa menembakkan peluru sihir dari senjata tersebut.“Lokasinya ada di kompleks penjara di selatan ibu kota.”Suar
Mino terhuyung, merasakan darah mengalir dari mulutnya, tapi dia tidak peduli dengan semua itu karena yang ada di dalam kepalanya saat ini hanyalah membalas dendam atas kematian Treo pada Zephyr.Dia berjuang untuk bangkit lagi, matanya merah karena marah dan tubuhnya bergetar karena rasa sakit akibat pertarungannya melawan Zephyr.Zephyr melangkah mendekat, langkahnya tenang namun matanya tertuju dan terkunci pada Mino.Mino tahu ini adalah pertarungan antara hidup dan mati, dan dia tidak akan mundur setelah berhasil membalas kematian Treo.“Beraninya kau mengganggu diriku,” gumam Zephyr, nada suaranya datar dan tanpa emosi.Tangan Zephyr terangkat, mempersiapkan serangan pamungkas yang akan mengakhiri semuanya.Mino merasakan napasnya tersengal, tapi dia menatap Zephyr dengan pandangan yang tidak kalah tajam. Di dalam hatinya, dia berdoa agar dia bisa memberikan perlawanan terakhir yang cukup untuk menyelamatkan Rigel dan semua
Rigel tersungkur ke tanah akibat gelombang energi milik Zephyr yang menghantamnya, napasnya terengah-engah ketika dia tersungkur dan tak bisa bangkit untuk sementara waktu karena rasa sakit yang mendera tubuhnya.Di tengah rasa sakit dan kebingungan, Rigel melihat Zephyr kini sudah berdiri di depannya, tangan penyihir itu terangkat tinggi dan siap menghantamkan serangan terakhir yang bisa melenyapkan dirinya.“T-Tidak ... jangan...” Rigel berbisik, tubuhnya tak mau bergerak meski otaknya memerintahkan untuk bergerak.“Tak akan kubiarkan kau melakukannya pada Rigel, dasar binatang!”Treo yang sudah bangkit dan melihat Zephyr akan melakukan serangan terakhir pada Rigel segera berlari, dia menghampiri Rigel yang tak bisa bangkit untuk sementara waktu, tangannya mengarahkan pedang sihir miliknya pada Zephyr.Wushh!Zephyr, dia tanpa melihat tebasan dari Treo berhasil menghindarinya.“Apa? Sial! Nampaknya taha
Seorang sipir yang harusnya hari ini libur, dia mendapat panggilan dari atasannya untuk menunda hari liburnya karena kekacauan telah terjadi di penjara kerajaan.Ia berada tak jauh dari gedung penjara milik Kerajaan Loven yang luas dan besar, di sana ia melihat beberapa prajurit elit kerajaan bersenjata lengkap tengah berdiri di hadapan seorang pemuda.Hari ini dia harusnya sedang menikmati hari libur bersama dengan anak dan istrinya, namun kepala sipir memerintahkannya untuk menunda hal tersebut.“K-kenapa...? Kenapa tahanan nomor 999 keluar dari mesin itu? Bukankah harusnya benda bernama ‘iron maiden’ itu sangat kuat?”Wajahnya tampak ketakutan, pasalnya kepala sipir memberitahu sebelum dirinya di pindah tugaskan ke ruangan khusus penjara, bahwa tahanan yang berada di ruang khusus itu adalah seorang penyihir.Dan kini, penyihir yang bernama Zephyr itu telah berhasil mengeluarkan dirinya dari alat bernama iron maiden.
“Kakekku memang selalu saja memiliki rencana dan cara licik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Zephyr yang merupakan seorang penyihir, masuk ke dalam daftar keinginannya. Dia tak akan bisa keluar dari ruangan itu walau memiliki kekuatan yang sangat besar sekali pun.”“Jika kau sudah tahu kalau yang kau lakukan itu salah, kenapa kau masih saja menuruti perintah kakekmu? Zephyr bukanlah alat, dia sama seperti kita!”“Apa aku tidak salah dengar? Dia itu seorang penyihir, lho. Jelas-jelas dia berbeda dengan kita, Fania.”Fania menggertakkan giginya, emosinya berkecamuk antara amarah dan kesedihan.“Itu hanya alasan!” tunjuknya. “Kau selalu mencari alasan untuk membenarkan semua tindakanmu, Vinna!”“Dan kau selalu mencari harapan di tempat yang tidak ada, Fania,” Vinna membalas, suaranya tajam seperti silet. "Zephyr, dia bukanlah manusia. Dia bisa saja melenyapkan kita semua
Para budak yang jumlahnya ribuan tengah berhamburan di dalam gedung penjara yang besar milik Kerajaan Loven.Ada yang menangis bahagia karena terbebas, ada yang membalaskan dendam mereka pada para penjaga dengan memukulinya, dan ada juga yang berusaha melenyapkan para penjaga yang telah melenyapkan sanak saudara mereka.Tapi yang terlihat di jelas di antara semuanya adalah para budak pria yang sedang melenyapkan para penjaga yang selama ini mengurung mereka dengan senjata sihir yang mereka rampas dari gudang senjata penjara.Tidak ada yang tahu bagaimana awalnya para budak ini memberontak, yang jelas mereka kini hanya membalaskan hasratnya saja akibat diperbudak dan diperlakukan buruk oleh kerajaan.Vinna dengan ditemani sekitar dua ratus orang prajurit bersenjata lengkap berjalan ke arah penjara kerajaan dengan tergesa-gesa.“Cepat, kita harus menyelesaikan pemberontakan ini sebelum menjalar ke seluru kerajaan!” perintahnya.Mer
Satu tahun kemudian.Di aula singgasana Kerajaan Loven yang sangat megah, berkumpul orang-orang yang merupakan petinggi dari Kerajaan Loven.Mereka memandang dua orang gadis yang tengah berlutut di hadapan Raja Ken yang awet muda. Dua orang gadis tersebut berpakaian sopan dan rapi.Yang satu adalah putri dari sebuah kerajaan, dan yang satunya lagi merupakan pengawal pribadinya.Sudah sekitar satu jam mereka memohon sambil berlutut untuk meminta sesuatu yang nampaknya tak didengarkan oleh Raja Ken.“Fania, sudah kukatakan berkali-kali padamu jika penyihir itu sekarang adalah milikku. Kau sudah diberi kesempatan untuk memanfaatkan penyihir itu, tapi kenapa tak kau memanfaatkannya dengan baik?”Fania mengepalkan tangannya, wajahnya nampak sangat kesal dengan gerak-gerik dari Raja Ken yang memandang rendah terhadap dirinya.“Aku hanya ingin membawanya kembali ke rumahnya, tolong lepaskan Zephyr sekarang juga.”“Zephyr? Siapa dia? O