Semua Bab DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA: Bab 291 - Bab 300

318 Bab

BAB 187

Raka dan Meira sedang asyik menikmati malam indahnya. Di kamar lain, Ken pun ingin sekali menikmati malam pertamanya yang tertunda. Hanya saja, dia tak ingin memaksa Hanum untuk melayaninya. Dia ingin Hanum suka rela menyerahkan dirinya pada Ken. Meski sering menggoda, Ken tak pernah berniat untuk merampas apapun yang dimiliki Hanum. Sekalipun memberi nafkah batin untuk suami adalah kewajibannya, tapi Ken sangat memahami perasaan Hanum saat ini. Dia memilih menunggu, meski entah sampai kapan. "Mas, piyamanya sudah Hanum siapkan di sofa ya?" ujar Hanum saat Ken masih di kamar mandi. "Oke, Sayang. Makasih ya?" Hanum mengiyakan lalu kembali duduk di tepi ranjang. Dia mengambil handphone di tas lalu mengetikkan pesan untuk bapaknya. [Maaf Hanum baru kasih kabar, Pak. Hanum sama Mas Ken sudah sampai di Jogja. Alhamdulillah, keluarga Mas Ken menerima Hanum dengan baik, Pak. Mereka tak mempermasalahkan bagaimana pendidikan ataupun kehidupan Hanum di Jakarta. Mereka percaya pilihan Mas K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

BAB 188

"Mas, Ken. Maaf ganggu malam-malam. Saya benar-benar terdesak dan nggak tahu minta bantuan siapa lagi selain Mas Ken." Ken sengaja menyalakan speaker handphonenya agar Hanum juga bisa mendengar obrolannya dengan penelepon itu. Ken tak ingin Hanum kembali curiga tentangnya atau berpikir macam-macam seperti sebelumnya. Melihat sikap Ken itu, Hanum kembali terharu dan bersyukur memiliki suami seperti Ken. Dia yang berusaha menepis pikiran-pikiran buruk istrinya. "Nggak apa-apa, Mir. Mau minta tolong apa memangnya?" tanya Ken kemudian. Dari seberang, terdengar isak seseorang. Sepertinya penelepon itu sedang dilanda masalah berat, makanya berani menelepon Ken di jam yang tak wajar seperti itu. Jarum jam nyaris menunjuk angka sepuluh malam. Biasanya Ken tak akan menerima panggilan semalam itu. Hanya saja, dia penasaran kenapa tetangga yang tak terlalu jauh dari rumahnya itu tiba-tiba menelepon. "Adik saya kecelakaan, Mas. Sekarang masih di IGD. Saya butuh pegangan uang lebih untuk biaya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

BAB 189

Ken masih mematung dengan perasaan campur aduk, sementara Hanum kembali masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya."Sayang, kamu cantik banget pakai itu. Ayo keluar," lirih Ken berusaha membuat Hanum lebih nyaman."Malu, Mas." Hanum membalas singkat. Dia membasuh wajahnya yang tadi merona dengan air kran. "Ngapain malu sama suami sendiri? Malu itu kalau dilihat orang lain, Sayang.""Tetap saja malu, Mas." "Kalau begitu, ganti piyama biasa saja, Sayang. Jangan memaksakan diri kalau memang kamu belum siap. Tenang saja, aku juga nggak akan memaksamu kok." Ken kembali berujar lirih. Mendengar ucapan Ken yang tulus itu, Hanum kembali menghela napas panjang. Sebenarnya dia ingin melayani suaminya dengan baik, tapi rasa malu itu ternyata lebih besar menyergap batinnya. Setelah memejamkan kedua matanya, Hanum menghela napas panjang. Dia mengerjap pelan lalu membuka pintu perlahan. Tak ada Ken di sana. Sepertinya jauh lebih aman dan membuat Hanum melangkah perlahan menuju ranjang. Kamar i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

BAB 190

Matahari baru saja naik, memancarkan sinarnya yang hangat ke ruang makan keluarga ke rumah berlantai dua itu. Di meja makan, sarapan sudah tersaji rapi. Ada roti panggang, telur orak-arik, sosis bakar, dan sepiring kecil buah-buahan segar. Aroma kopi hitam yang mengepul mengiringi suasana pagi yang damai.Namun, pagi itu sedikit berbeda. Ken terlihat jauh lebih semangat dari biasanya. Biasanya, ia hanya duduk diam sambil menyeruput kopi. Kali ini, ia tak berhenti tersenyum. Bahkan, ia sudah lebih dulu selesai mengoleskan mentega di rotinya sebelum orang lain sempat menyentuh makanan mereka."Rajin amat." Raka menyipitkan mata, penuh curiga. Ia mengambil sepotong roti dengan gerakan malas, kemudian menambahkan selai stroberi di atasnya. "Tumben banget semangat begini. Jangan-jangan dapat vitamin semalam.""Vitamin apa?" balas Ken dengan nada geli."Nggak usah mengada-ada. Lagi mood bagus aja, nggak boleh?" sambung Ken lagi. "Masa? Biasanya pagi-pagi mukamu datar banget. Hari ini beda
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

BAB 191

Mall sore itu ramai oleh pengunjung. Beberapa orang sibuk memilih barang, anak-anak berlarian dan suara musik lembut terdengar dari speaker toko-toko. Di antara keramaian itu, Rena melangkah percaya diri. Tas branded menggantung di lengannya dan kunci mobil terayun-ayun di jemarinya, seolah sengaja dipamerkan."Mas, tunggu aku di sini sebentar. Aku mau masuk ke toko sebelah," kata Rena pada suaminya yang terlihat sibuk dengan ponselnya."Ya, jangan lama-lama," jawab Aziz tanpa menoleh.Rena mendengkus kecil, tapi tak terlalu peduli. Ia masuk ke toko fashion, menatap deretan pakaian mahal dengan tatapan puas. Setelah beberapa saat memilih, ia keluar dengan dua tas belanja di tangan.Di lantai atas, Rena dan Aziz akhirnya duduk di food court. Mereka memesan makanan cepat saji. Sambil menunggu pesanannya tiba, Rena mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret belanjaannya."Mas, senyum dong. Aku mau upload ini ke status WhatsApp," kata Rena sambil mengarahkan kameranya pada Aziz."Ah, nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

BAB 192

Halaman rumah Dina dipenuhi tenda putih dengan dekorasi bunga-bunga segar berwarna merah muda dan putih. Meja-meja persegi tertata rapi, sementara lampu gantung kecil-kecil menghiasi langit-langit tenda. Suasana hangat terpancar dari keramaian tamu yang saling bercengkerama sambil menikmati musik live yang mengalun lembut.Hanum dan Ken tiba di acara itu menjelang sore. Hanum mengenakan kebaya biru pastel dengan kain batik, sementara Ken mengenakan kemeja batik cokelat yang serasi dengan istrinya. Mereka berjalan masuk, diiringi pandangan beberapa tamu yang menyadari kehadiran mereka."Mas, Dina ini sahabat kamu, ya?" tanya Hanum sambil melirik sekitar, memperhatikan suasana. Ken mengangguk. "Iya, Sayang. Dulu kami sering bertukar cerita dan ide bisnis. Dia orangnya supel dan agak tomboy, makanya banyak teman terutama cowok."Saat mereka hampir sampai di pelaminan, Dina yang sedang berdiri di sana langsung melambai dengan senyum lebar. "Mas Ken! Astaghfirullah!" serunya begitu melih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

BAB 193

Ballroom hotel malam itu berkilauan. Lampu-lampu gantung kristal bersinar terang, memantulkan cahaya ke dekorasi serba emas dan putih. Karpet merah terbentang dari pintu masuk hingga ke pelaminan, tempat Rena dan Aziz berdiri dengan senyum yang terus melekat di wajah mereka. Para tamu mengenakan pakaian terbaik mereka, memenuhi ruangan yang mewah. Hanum berdiri di dekat meja registrasi, melihat sekeliling dengan sedikit takjub. "Mewah banget ya, Mas," katanya pelan sambil melirik suaminya, Ken, yang berdiri di sebelahnya."Iya, Sayang. Sepertinya kakakmu memang suka yang begini. Makanya, aku nggak heran kalau resepsinya bakal besar-besaran," jawab Ken sambil tersenyum tipis menatap istrinya. Mereka melangkah masuk ke ruangan, disambut oleh pramusaji yang menawarkan minuman selamat datang. Hanum tersenyum sopan dan mengambil segelas jus jeruk. Tapi sebelum sempat menyesapnya, ponselnya bergetar di tangan. Hanum mengangkat panggilan itu setelah melihat nama yang tertera di layar: "Ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

BAB 194

"Saat resepsi pernikahan begini, kamu masih cukup sibuk juga mengurusi orang lainnya, Mbak? Hebat!" Hanum tersenyum miring. "Entah terbuat dari apa hatimu, sampai bisa berpikir sejauh itu. Apalagi suka menduga-duga yangbtak pasti. Kamu pikir, kamu dan Mas Aziz itu sudah sangat hebat dan keren begitukah? Masih banyak orang-orang di luar sana yang jauh melampaui kalian, tapi nggak berisik. Diam-diam menghanyutkan." Lagi-lagi Hanum membuat Rena meradang. Wajahnya yang dihias make up pengantin itu memerah karena amarah. "Nggak usah banyak tingkah. Bilang saja kalau sebenarnya kamu cuma nggak sanggup lihat resepsi mewahku ini, jadi cari alasan buat datang telat," tukas Rena lagi."Ngapain nggak sanggup lihat? Memangnya kamu pikir aku iri dengan semua kemewahan ini? Kalau aku mau, suamiku bisa membuat resepsi jauh lebih mewah dibandingkan ini, Mbak. Hanya saja aku dan dia sama. Kami lebih menyukai kesederhanaan."Rena terkekeh mendengar ucapan Hanum. Dia geleng-geleng kepala sembari bert
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

BAB 195

Rena membuka pintu kamar hotel dengan senyum lebar. Gaun pengantinnya yang megah kini sudah ditukar dengan dress malam berbahan satin, tetap anggun tapi lebih sederhana. Aziz berjalan di belakangnya, membawa buket bunga yang tadi diberikan salah satu tamu di resepsi."Mas, taruh bunganya di meja sana, ya," ujar Rena sambil melepaskan high heels-nya dan menjatuhkan diri di sofa empuk di tengah ruangan.Aziz mengangguk dan menaruh bunga itu di meja dekat jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota. Lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi terlihat gemerlapan, menambah suasana romantis malam itu."Kamu capek nggak?" tanya Aziz sambil duduk di samping Rena."Capek sih, iya," jawab Rena sambil meregangkan bahunya. "Tapi aku juga bahagia banget, Mas. Ini hari yang luar biasa. Aku nggak nyangka acaranya selancar dan semeriah ini."Aziz tersenyum kecil. "Ya iyalah, Sayang. Aku kan sudah nyiapin semuanya buat kamu, supaya kamu puas. Kamu bilang resepsi ini salah satu mimpimu sejak dulu kan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

BAB 196

Aziz berdiri di balkon kamar hotel, memandangi kota yang gemerlapan di malam hari. Angin dingin mengusap wajahnya, namun pikirannya terasa lebih berat dari sebelumnya. Ponsel di tangannya terus bergetar dan akhirnya ia memutuskan untuk mengangkatnya."Halo?" sapanya dengan nada rendah, berharap suaranya tak terdengar ke dalam kamar di mana Rena sedang beristirahat.Suara seorang pria langsung terdengar di seberang, tegas dan tanpa basa-basi. "Aziz, akhirnya kamu angkat juga teleponku."Aziz terdiam sejenak, lalu berusaha tetap tenang. "Ya, ada apa lagi, Doni? Aku sudah bilang, aku akan cari jalan keluarnya.""Cari jalan keluar? Kamu sudah bilang itu berbulan-bulan yang lalu," balas Doni dengan nada tajam. "Tapi sampai sekarang, nggak ada uang yang masuk. Kamu pikir aku main-main?"Aziz menghela napas panjang, punggungnya bersandar ke dinding balkon."Aku lagi susah, Don. Aku baru saja menikah dan istriku minta resepsi mewah. Tolong kasih aku waktu."Doni tertawa kecil, tapi nadanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
272829303132
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status