Home / Pernikahan / Istri Kedua Sang CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Kedua Sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50

59 Chapters

41. Merobek Pakaiannya

Suasana di luar gudang semakin tegang. River memimpin anak buahnya dengan tekad kuat untuk menyelamatkan Shiera. Di dalam hatinya, ada amarah yang membara, bercampur dengan rasa takut kehilangan. Setiap langkah yang ia ambil penuh ketegangan. Napasnya memburu dan matanya tak henti-hentinya mengamati setiap sudut sekeliling mereka. “Kita hampir sampai,” ucap salah satu anak buahnya yang membawa senjata di tangan. Suaranya rendah, penuh waspada. River mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu besar gudang yang tampak kokoh di hadapan mereka. Di dalam gudang, Shiera masih terikat di kursi, mulutnya disumpal, dan keringat dingin membasahi dahinya. Tatapan James yang tajam dan sinis semakin mendekat, membuat Shiera semakin panik. Jantungnya berdetak sangat cepat, sementara rasa takut menyelimutinya. Pikirannya berputar, mencoba mencari jalan keluar, tetapi ia terlalu lemah untuk melawan. James berhenti beberapa langkah di depannya, senyum bengisnya semakin menebal.
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

42. Kamu Kenapa?

Shiera tidak menjawab, melainkan terus merobek bagian lengan bajunya hingga terbentuk kain panjang. Dengan cekatan, ia membalut lengan River yang terluka. “Luka ini harus segera diobati. Kamu kehilangan banyak darah, River. Kita sebaiknya segera ke rumah sakit sekarang,” kata Shiera dengan nada penuh kekhawatiran. River meraih tangan Shiera yang sibuk membalut lukanya. Sentuhannya hangat, namun juga terasa berat. “Shiera, ada yang ingin aku katakan kepadamu.” Shiera terdiam, matanya bertemu dengan mata River yang penuh dengan keseriusan. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang penting dari nada suaranya. River kembali mendekatkan wajahnya, jemarinya lembut membelai pipi Shiera. Jantung Shiera berdegup semakin kencang, menunggu apa yang akan dikatakan oleh River. “Shiera … sebenarnya aku—” Suara River terputus oleh dering telepon yang memecah keheningan di antara mereka. River tampak kesal, tetapi ia mengeluarkan ponselnya dan melihat siapa yang menelepon. Nama Eliana muncul di
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

43. Seperti Mimpi Buruk

Laura merasa panik melihat Eliana yang memegangi perutnya dengan wajah pucat. “Kamu baik-baik saja, Sayang? Apa yang terjadi?”Eliana menggigit bibirnya, seolah sedang menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul. Ia tahu bahwa ini satu-satunya cara untuk mengalihkan perhatian ibunya dari pertanyaan-pertanyaan mengenai Shiera dan River. “Perutku ... sakit sekali, Ma.” Eliana berbisik lemah, berharap aktingnya bisa meyakinkan.Laura dengan sigap menggenggam tangan Eliana. “Kita harus panggil dokter sekarang!”Tanpa pikir panjang, Laura memanggil perawat yang segera membawa Eliana ke ruang pemeriksaan. Shiera hanya bisa menonton dengan perasaan campur aduk, tak tahu harus merasa lega atau semakin cemas. Keadaan ini terlalu rumit untuk dihadapi, dan kini dia terjebak dalam pusaran kebohongan yang semakin menjerat.Saat Eliana dibawa pergi, River keluar dari ruangan periksa, dengan perban yang melilit lengannya. Wajahnya terlihat lelah, tetapi tatapannya langsung mencari Shiera.“Apa yang
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

44. Manis

Eliana menghela napas panjang. “Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak peduli tentang hubunganmu dengan River. Tetapi ada satu hal yang harus kamu pahami. Keluargaku tidak akan pernah membiarkan River pergi begitu saja.” Shiera menegang. “Maksudmu, El?” Eliana tersenyum tipis, kali ini tanpa kepahitan. “Keluargaku ... mereka tidak akan membiarkan River bebas. Jika dia mencoba meninggalkan pernikahan ini, keluarganya akan hancur. Bisnis mereka akan runtuh dan itu semua akan berakhir pada satu hal. River akan kehilangan segalanya.” “Aku tidak percaya!” ucap Shiera tegas. Wanita itu yakin jika Eliana hanya mengada-ada saja. Posisi River cukup kuat sebagai seorang CEO yang populer. “Jadi, apa yang akan kamu lakukan?” “Aku?” Eliana tersenyum lemah. “Aku tidak akan melakukan apa-apa. Tetapi keluargaku ... mereka sudah menyiapkan segalanya. Jika River mencoba meninggalkanku, mereka tidak akan tinggal diam. Bukan hanya dia yang akan menderita. Kamu juga, Shiera.” Shiera menggeleng, mencoba m
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

45. Pesan Baru

Shiera terdiam sejenak sebelum menjawab. “Ya, cukup nyenyak,” jawabnya pendek, berusaha menyembunyikan kegelisahan di suaranya. River tidak mengatakan apa-apa, hanya duduk sambil memainkan garpunya. Tatapannya kosong, tetapi Shiera bisa merasakan ketegangan di antara mereka. Seolah mereka berdua sedang bermain sandiwara yang rumit, berpura-pura tidak saling peduli. Laura, yang duduk di ujung meja, mengamati mereka dengan pandangan penuh perhatian. “Kalian berdua terlihat tegang,” katanya sambil tersenyum tipis. “Tidak perlu canggung, Shiera. Anggap saja ini rumahmu sendiri.” Shiera memaksakan senyum, meskipun di dalam hatinya merasa semakin terjebak. Bukan hanya karena River dan Eliana, tetapi juga karena Laura, yang selalu memperhatikan setiap gerak-geriknya. Ia tahu, di rumah ini dia hanya menjadi pion dalam permainan mereka. Eliana menyentuh lengan River dengan lembut, tatapannya terfokus padanya. “Sayang, hari ini kamu sibuk di kantor?” tanyanya dengan nada lembut, seolah tak
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

46. Ada sesuatu?

Ponsel Shiera kembali bergetar, membuatnya merasa sedikit gelisah. Ia membuka pesan itu dan melihat nama yang muncul di layarnya. Itu dari Adnan. [Shiera? Kamu ke mana saja? Aku sangat merindukanmu. Bos juga sudah menanyakan tentang kamu. Bisakah kita bertemu?] Mata Shiera membulat ketika membaca pesan tersebut. Rasanya sudah sekian lama ia tidak berhubungan dengan Adnan, sahabatnya di restoran. Rasa nostalgia yang sebelumnya hanya sekilas melintas kini menyerang lebih kuat. Ia teringat pada kenangan-kenangan lamanya saat bekerja di restoran bersama Adnan. Meski semuanya kini telah berubah, pesan itu mengingatkan Shiera pada kehidupan yang dulu terasa sederhana. Shiera menggigit bibirnya, merasa bingung harus merespons atau tidak. Di satu sisi, Adnan selalu menjadi teman yang baik. Di sisi lain, hidupnya kini berada di titik yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Pikirannya bercabang antara peringatan River dan pesan penuh kerinduan dari Adnan. Ia mendesah panjang, menatap layar
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

47. Hancur

Shiera mengusap pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Dia sudah berusaha keras menyingkirkan kecurigaan, tetapi perasaan ini semakin kuat. Ia menoleh sekali lagi ke arah pintu ruang pemeriksaan sebelum melangkah menuju kantin. Di dalam ruang pemeriksaan, Eliana duduk di kursi dengan tenang, tetapi pikirannya penuh dengan rencana licik. Ia sudah mempersiapkan ini dengan matang. Hari ini, Shiera akan jatuh ke dalam perangkap yang sudah ia susun rapi. Eliana tahu bahwa Shiera sangat dekat dengan River. Terlalu dekat, menurutnya dan dia tidak bisa membiarkan wanita itu terus berada di sisi suaminya tanpa melakukan apa pun. Saat perawat sibuk mempersiapkan alat pemeriksaan, Eliana mengambil ponselnya. Dengan cepat, ia mengirim pesan kepada seseorang yang sudah lama ia atur untuk membantunya. “Semua sudah siap. Pastikan dia tidak bisa keluar dari jebakan ini.” Setelah mengirim pesan itu, Eliana tersenyum tipis. Ia tahu bahwa setelah ini, Shiera tidak akan bisa lagi berdiri di antara dia
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

48. Menjauh Darinya

Shiera berdiri diam di depan pintu kamar River, pikirannya kacau mendengar suara marah dari balik pintu. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mungkin River bisa berpikir bahwa ia terlibat dalam sesuatu yang salah? Shiera harus masuk dan menjelaskan semuanya, tetapi langkah kakinya terasa berat. Ketakutan menyelimuti dirinya, takut bahwa River tak akan mempercayainya. Dengan penuh keberanian, Shiera mengetuk pintu pelan. Tak lama, suara River terdengar dari dalam. “Masuk.” Shiera membuka pintu dengan hati-hati dan melihat River duduk di tepi tempat tidurnya, memegang ponsel dengan wajah masih terlihat tegang. Matanya bertemu dengan Shiera, tetapi ada kebekuan dalam tatapannya, sesuatu yang belum pernah Shiera lihat sebelumnya. “Kamu ingin bicara?” River bertanya dengan nada dingin, berbeda jauh dari biasanya. Shiera menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata. “River, aku ... aku tidak tahu apa yang telah terjadi, tetapi aku ingin menjelaskan.” River tidak mengata
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

49. Kamu Siapa?

“Aku pikir, River ....” Shiera merasa sangat malu. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Beberapa menit setelah memastikan River sudah kembali ke kantor dan Eliana beristirahat di kamar, Shiera akhirnya memutuskan untuk menemui Adnan. Ada sesuatu yang membuatnya merasa perlu berbicara dengan sahabatnya itu. Mungkin untuk mencari secercah ketenangan di tengah semua kekacauan yang sedang ia hadapi. Shiera menatap ke cermin, mengatur napas, memastikan bahwa penampilannya tetap rapi. Ia tahu betul bahwa ini bukan keputusan yang mudah. Meskipun pertemuannya dengan Adnan hanyalah percakapan biasa, di dalam hatinya, ia merasakan percampuran antara rasa rindu dan ketidakpastian. Adnan adalah pengingat akan masa-masa ketika hidupnya jauh lebih sederhana, sebelum terjebak dalam situasi rumit dengan River dan Eliana. Dengan hati-hati, Shiera melangkah keluar dari rumah, memastikan tak ada seorang pun yang menyadari kepergiannya. Langit di luar sudah mulai gelap, memberikan kesan bahw
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

50. Cemburu?

Lelaki itu berjalan santai. Senyuman kecil muncul di wajahnya seolah-olah tidak ada yang aneh dengan keberadaan Shiera di sana. “Aku Vikram, adik sepupu Abang River,” jawabnya santai sambil menatap Shiera dengan penuh rasa ingin tahu. “Baru sampai dari luar negeri tadi pagi dan aku kira aku akan bertemu Abang di sini, tapi ternyata ... hemm,” imbuhnya kemudian. Shiera merasa bingung sekaligus lega bahwa orang asing ini ternyata sepupu River. Namun, tatapan penuh selidik Vikram membuatnya merasa tidak nyaman. “Oh ... Vikram,” gumam Shiera sambil mencoba mengingat apakah River pernah menyebutkan tentang sepupunya ini atau tidak. Seingatnya, River memang pernah menyebutkan seorang sepupu yang tinggal di luar negeri, tetapi tidak pernah ada cerita lebih lanjut. “Kamu pembantu di rumah ini, ya?” tanya Vikram, tiba-tiba. Nada bicaranya yang terkesan meremehkan membuat Shiera merasa janggal. Shiera terdiam beberapa detik, terkejut dengan pertanyaan itu. “Oh, itu ... sebenarnya aku—” “K
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status